Beberapa hari kemudian, Marla sedang duduk di halaman gubuknya. Dia merenung sambil menggambar lingkaran-lingkaran tidak jelas di tanah, menandakan ia memiliki banyak pikiran di kepalanya. Tiba-tiba Tirta datang membawa botol berisi es coklat kesukaan Marla dan boneka berwarna pink yang juga merupakan warna kesukaan Marla.
Tirta datang sambil meminta maaf kepada Marla dan berjanji akan terus berada di sisi Marla, terurai senyum kecil di bibir Marla. "Pokoknya Tirta harus sama Marla terus! Titik nggak pakai koma!" kata Marla dengan tertawa dan sudah tidak marah lagi. Tirta pun mengajak Marla untuk berjalan-jalan dengan menaiki sepeda kesayangannya, dikayuh sepedanya tapi ternyata rantai sepedanya lepas dan diikuti dengan tawa mereka berdua.
Nenek Marla yang sudah hidup sejak peradaban Belanda sudah semakin tua. Ia sedang duduk di kursi di depan gubuk sambl menasihati Marla perihal kehidupan, mengetahui usianya sudah tidak lama lagi. Marla hanya bisa mengangguk-angguk mendengarkan neneknya yang juga sudah mulai terbatuk-batuk.
Marla memberikan gelas berisi air hangat untuk neneknya tetapi gelas itu malah terjatuh karena tangan neneknya sudah bergetaran. Marla sangat sedih mengingat kondisi neneknya, ia pun menelpon Tirta untuk meminta kertas resep untuk neneknya.
Bagi Marla, neneknya adalah manusia yang paling berjasa dan paling menyayanginya sepanjang hidupnya. Harta mereka tidak banyak tetapi hanya peninggalan-peninggalan dari kakek Marla, dan panah berburu kakek Marla adalah barang yang paling disukai oleh neneknya.Â
Barang-barang tersebut adalah bukti bahwa keluarga mereka pernah utuh dan berbahagia. Saat ini kebahagiaan itu masih terasa. Susah dibayangkan, jika nenek harus meninggalkan Marla. Mungkinkah Tirta menjadi keluarga baru dengan kebahagiaan keluarga yang ada selama ini? Biarlah semesta yang akan merangkai cerita selanjutnya.
*WHy-liSCa
**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value)Â dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.Â
***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H