Mohon tunggu...
Martinus Rehan Uran
Martinus Rehan Uran Mohon Tunggu... Guru - Martinus Rehan Uran , seorang pendidik pada sekolah menengah pertama

belajarlah terus menjadi manusia berkualitas

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kepemimpinan Transformasional dalam Pengembangan Sumber Daya Guru Berkinerja Tinggi

12 Januari 2024   09:58 Diperbarui: 12 Januari 2024   10:05 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Organisasi bertumbuh dan berkembang jika menempatkan orang tepat yang menjiwai visi dan misi organisasi. Orang yang tepat itu adalah pemimpin.  Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan mampu memengaruhi, menggerakan setiap anggota untuk bergerak bersama menuju perubahan. Karena itu pula seorang pemimpin tidak hanya memimpin tetapi mampu menggerakan orang lain menuju perubahan.

Perubahan sebagai keniscayaan ketika dunia sedang berubah sehingga orang yang bergerak di dalamnya harus memiliki semangat perubahan. Mentalitas mau berubah dari  kemapanan kepada situasi penuh tantangan, dari situasi biasa-biasa saja menuju situasi serba tantangan, dari pemikiran sederhana kepada pemikiran-pemikiran luar biasa. Perubahan yang ditandai perkembangan teknologi informatika menjadi peluang dan ancaman dalam berbagai bidang kehidupan termasuk termasuk organisasi pendidikan.

Dunia pendidikan harus terus beradaptasi mengikuti perkembangan. Dalam adaptasi itu tutuntan mentalitas sumber daya manusia haruslah seiring sejalan dengan perubahan itu sendiri. Ketika sumber daya manusia di dalamnya tidak mampu beradaptasi, tidak mau belajar maka  perlahan tetapi pasti organisasi pendidikan akan ditinggalkan pelanggan. 

Konsekuensi lanjutnya adalah organisasi pendidikan itu harus berhenti dalam pelayanan karena ketiadaan murid dan ketiadaan biaya. Oleh karena itu Haryatmoko (2014,8), mengatakan "kepala sekolah harus memahami sumber-sumber disrupsi digital yang berarti menangkap tantangan yang harus  dihadapi sehingga terbantu menyingkap motivasi utamanaya yakni mencari cara yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan pengguna akan produk atau jasa. 

Prinsip yang menjadi kebijakan  organisasi adalah menempatkan pengguna sebagai pusat; kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama. Menurut Haryatmoko (2014,9) pemimpin harus menjadi sumber kejelasan, artinya secara jelas menentukan arah yang mau dituju. Pemimpin masa depan harus  jernih dalam berpikir agar membuat disrupsi bisa ditoleransi. Kejernihan berpikir pemimpin mampu memberi harapan karena mampu memberi arah yang jelas. Kepemimpinan dengan kemampuan demikian sangat berdampak pada kinerja sumber daya manusia yang dimiliki.

Membangun sumber daya  manusia berkinerja tinggi menjadi permasalahan besar ketika seorang pemimpin memiliki keterbatasan dalam mengarahkan anggota menuju perubahan. Perubahan yang menantang di jaman ini jika tidak di kelola dengan baik maka yang terjadi adalah para pimpinan akan mengalami kesulitan dalam menggerakan anggota dan bisa terbentuk sikap mengeluh karena tidak mampu mengelola sumber daya yang ada.

Sikap mengeluh yang dilakukan pemimpin di lembaga pendidikan karena ketidakmampuannya meyakinkan anggota untuk bersedia menerima penugasan yang dipercayakan. Keluhan terjadi karena apa yang menjadi program tidak berjalan sebagai mana yang diharapkan.  Keluhan karena program dijalankan dengan prinsip asal selesai dengan mengabaiakan kualitas. Keluhan terjadi ketika anggota bersedia menerima tugas jika ada imbalan yang harus diterima (semua diukur dengan uang). Fenomena sosial demikian menjadi ancaman apabila dibiarkan terus akan melemahkan semangat solidaritas, kolaborasi.

Menyikapi situasi-situasi lapangan demikian seorang pemimpin  harus berani keluar dari situasi di atas. Ia tidak hanya berdiam dalam pola dan kebiasaan lama yang membelenggu dan menghambat, tetapi memiliki idealisme yang cemerlang, mentalitas inovatif  serta memiliki daya analisis yang mendalam. Seorang kepala sekolah memilki hasrat yang kuat, idealisme yang tinggi untuk menjadikan sekolahnya sebagai yang terbaik dan menjadi pilihan. Hasrat dan idealisme yang tinggi hendaknya ditularkan sehingga mampu memengaruhi anggota. Memengaruhi perlu relasi mendalam dan bermakna sebagaimana dikatakan Carnigie (2012,34-38), dalam bukunya berjudul "How to Win friends and Influence People,"mengatakan bahwa seorang pemimpin itu akan berhasil jika mampu memengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan anggota-anggotanya secara efektif dan efisien. Terdapat relasi atasan dan bawahan yang dijalankan dengan pendekatan kemanusiaan yang memengaruhi. Memberikan pengaruh, membutuhkan kemampuan menyinergikan organization capacity, kemampunan mengkolaborasi kemampuan sumber daya yang dimililiki dan berkontribusi sesuai kemampuan yang dimiliki.

Kemampuan kolaborasi menurut Bei (2023,38-39) dikatakan bahwa dalam menghadapi perkembangan dan perubahan jaman perlu ada transformasi yang melibatkan segenap elemen (2023,35) karena itu lanjut Bei (2023,39-40), sangatlah pentingnya membangun kolaborasi terukur dan integritas antara pemimpin, lembaga dan  anggota. Bei (2023,23-40), juga mengatakan "kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan dinamis dalam aneka situasi dapat mengakomodasi kebutuhan pendidikan lintas zaman."mentransformasi diri  menjadi lebih baik, visi dan misi diperkuat, personalia cakap dilatih dan dikembangkan, sistem keuangan yang dipertanggungjawabkan, serta sarana prasarana pendukung diadakan sesuai tuntutan zaman."

Menurut Fuda ( dalam Bei 2023, 39), membangun kolaborasi perlu leadership tranformed berupa konsep pimpinan biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Pemimpin yang berkualitas prima dalam berbagai segi dapat menggerakkan anggota dan komunal guna mendukung perubahan lebih baik.

Mendukung apa yang dikatakan Bei di atas, Raffaele, Dougla, dan Gascon (2017), dalam artikel "Performance Managemen: Why Keeping Score is So Importan, and So Hard," menekankan pentingnya manajemen kinerja yang efektif karena berfungsi memberikan peringatan dini tentang potensi masalah dan memungkinkan melakukan penyesuaian demi kelangsungan organisasi. Manajemen kinerja sebagai kemampuan menggerakan anggota ke arah tujuan bersama dan menggerakan kemampuan terbaik setiap anggota. Pencapaian kinerja sangat dipengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan.

          Kepemimpinan kepala sekolah dalam menghadapi tuntutan teknologi pendidikan harus berjiwa inovatif, kreatif. Oleh karena itu kepemimpinan transformasional menjadi sebuah gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan, karena dalam berbagai penelitian menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional sangat berpengaruh terhadap pengembagnan sumber daya manusia berkinerja tinggi.

Gaya Kepemimpinan Transformasional 

            Berbicara tentang gaya kepemimpinan, banyak konsep yang dikembangkan didasarkan pada situasi, konteks dan spirit organisasi. Seorang pemimpin tampil dalam gaya partisipatif yang mengajak semua anggota dalam pengambilan setiap keputusan. Seorang pemimpin bisa tampil dengan gaya transaksional karena ada harga dibalik setiap kesuksesan tim. Seorang pemimpin tampil dalam gaya melayani yang melakukan segala sesuatu secara jujur, tulus  tanpa memikirkan kepentingan diri dengan prinsip berkorban demi kebaikan dan keselamatan banyak orang. Seorang pemimpin juga bisa tampil dalam gaya otoriter yang mampu membuat semua anggota patuh, setia dan taat. Seorang pemimpin tampil dalam gaya tranformasional yang mempu membawa pembaharuan dan perubahan sesuai perkembangan jaman.

Berdasarkan beberapa gaya kepemimpinan di atas serta membaca realitas dalam lembaga pendidikan pada umumnya, maka dalam mengikuti dan terlibat dalam perubahan dan tuntutan tekonologi dalam pendidikan, maka kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengkomunikasikan ide-ide cemerlangnya sehingga memengaruhi perilaku anggota untuk mencapai tujuan tertentu (Wahjosumidjo2002,38). Oleh karena itu  gaya kepemimpinan transformasional dinilai sebagai gaya yang tepat untuk diterapkan.

Kepemimpinan transformasional adalah istilah yang diciptakan oleh James MacGregor Burns pada tahun 1978. Menurut Burn (dalam Harsoyo 2022,249), gaya transformasional sebagai kemampuan mengidentifikasi perubahan, menyusun visi untuk perubahan serta melaksanakan agar perubahan itu terjadi. Lebih lanjut Bass (dalam Harsoyo 2022,251), kepemimpinan transformasional adalah gaya seorang pemimpin memotivasi anggotanya untuk meneguhkan komitmen terhadap visi dan tujuan organisasi, mendorong mereka untuk menjadi pemecah masalah secara inovatif, serta meningkatkan kapasitas mereka melalui pembinaan, bimbingan, serta memberikan tantangan dan dukungan.

Seorang pemimpin adalah transformasional diukur terutama berkaitan dengan pengaruh pemimpin terhadap pengikutnya. Pemimpin mengubah dan memotivasi pengikut agar menyadari pentingnya tugas,  melakukan sesuatu yang melampui yang diharapkan dan memenuhi kebutuhan anggota pada tingkat yang tinggi atau dapat dikatakan pemimpin yang berpikir dan bertindak out of the box.  Artinya seorang pemimpin berani berpikir lebih jauh ke depan, tidak hanya terbatas pada apa yang sedang dihadapi, sedang dijalankan sebagai sebuah rutinitas. Ia mampu memikirkan sesuatu jauh dari kemampuan dan kebiasaan orang-orang pada umumnya. Seorang transformasionalis berusaha agar visi, misi harus menjadi tindakan nyata dengan upaya memotivasi anggota untuk menjadi kreatif, inovatif, membangun budaya belajar, dan membangun komunikasi yang efektif (Samsudin, 2021). Menurut Bass (dalam Marbun 2021), seorang tranformasionalis juga harus meningkatkan moral dan kinerja anggota, memahami kekuatan dan kelemahan anggota, memberi tantangan baru untuk berkembang, membangun relasi pribadi dengan anggota serta menciptakan perubahan sifat dan fungsi dirinya dan anggota dalam organisasi.

 Kepemimpinan transformasional dibutuhkan dalam arus perubahan jaman untuk menjawab kebutuhan. Ketika kepemimpinan yang konvensional, yang tradisional tidak sanggup membawa perubahan maka menajemen perubahan kepemimpinan menjadi unsur penting. Karena itu Rhenal Kasali (2014,3), mengatakan bawah setiap pemimpin punya janji dan cara berbeda untuk memenuhi janjinya dan punya cara yang khas. Namun pemimpin yang hebat tidak sekedar melakukan perubahan tetapi juga mengelolanya dengan manajemen perubahan. Perubahan paling mendasar adalah mengubah cara dan kebiasaan.

Perubahan cara dan kebiasaan menegaskan bahwa gaya kepemimpinan transformasionali bukan single fighter, melainkan kebersamaan dalam tim. Kebersamaan dalam kekompakan dan keterbukaan untuk bekerjasama dan bersama menumbuhkan kecerdasan kolektif (Haryatmoko 2020,33).

Berdasarkan beberapa uraian di atas, Bass (dalam Harsoyo 2022,254) menyebutkan empat komponen penting dalam kepemimpinan transformasional atau (dalam Riyono 1999,29) menyebutkan empat ciri kepemimpinan transformasional. Keempat komponen atau cirikhas yang dimaksud adalah adalah:

idealized influece, yaitu pemimpin yang memengaruhi anggota  sehingga  percaya dan mau mengikutinya karena sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai etika dan moral  yang tinggi. Cirikhas seorang transformasionalis dengan pengaruh idealnya adalah : Perilaku dan tindakannya bermoral dan beretika, Fokus pada visi dan tujuan bersama dari pada diri sendiri, bKeberanian mengambil keputusan yang sulit, bertindak sesuai nilai-nilai  yang diyakini baik dan benar,  membangun relasi yang mendalam dengan bawahan, memiliki kepekaaan, mendengarkan dan empati terhadap anggotanya.

inspirational motivation. Ia hadir memengaruhi orang lain agar memilki semangat tim, antusiasme dan optimisme. Mampu mengintegrasikan visi dan harapan menarik untuk masa depan sehingga para anggota terlibat secara penuh dan berkomitmen terhadap visi yang mau dicapai bersama.

Yaitu pemimpin yang mampu memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat dan dorongan agar para anggota bersamanya berusaha meraih presdstasi yang tinggi. Dalam proses ini pemimpin menjadi inspiraasi dengan memberikan contoh positip melalui tindakan, sikap dan pencapaian pribadi, menunjuknan ketekunan dan dedikasi yang tinggi, menggunakan kata-kata yang membangkitkan semangat, serta mengarahkan perhatian pada tujuan bersama.

intellectual stimulation  yaitu proses merangsang pikiran seseorang secara intelektual. Mendorong atau terlibat dalam aktivitas yang membantu seseorang mengembangkan ide-ide baru atau meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu konsep,. Berpartisipasi dalam diskusi atau berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki pandangan atau pengetahuan yang berbeda, sehingga menciptakan lingkungan yang merangsang pertukaran ide dan pandangan. Terlibat dalam pembelajaran yang melibatkan pemecahan masalah, analisis, dan pemikiran kritis, daripada hanya menerima informasi secara pasif. Mempertahankan sikap terbuka terhadap ide-ide baru, konsep, atau informasi, bahkan jika mereka bertentangan dengan pemahaman atau pandangan yang sudah ada. Merangsang kreativitas dan inovasi dengan mendorong orang untuk berpikir di luar batas dan mencari solusi yang belum terpikirkan sebelumnya

Individualized consideration. Pemimpin yang memosisikan dirinya sebagai pelatih dan mentor untuk mencapai tujuan serta membedayakan potensi anggota untuk belajar hal-hal baru dalam iklim kerja yang baik. Pemimpin selalu melakukan pemantuan kepada anggota  ketika didelegasikan

Selain empat komponen dalam kepemimpinan transformasional, seorang transformasionais berkarakter visioner, inspiratif, adaptasi, berpikir terbuka dan progres.

Pemimpin berkarakter visioner mampu memprediksi kondisi yang ideal bagi organisasi sebelum merencanakan perubahan untuk mencapai visi tersebut. Mengembangkan suatu visi organisasi, para pemimpin transformasional harus memiliki pola pikir optimis tentang perkembangan, dan terus-menerus menganalisis bagaimana perkembangan tersebut dapat berdampak pada industri dan perusahaan mereka.

Pemimpin barkarakter menginspirasi harus mampu memberikan teladan yang etis, menunjukan sikap empati, tulus, optimis, serta berwibawa. Sikap-sikap positip tersebut, memudahkan terlaksananya perubahan yang diperlukan. Tanpa sikap inspiratif, para anggota tidak akan mampu mengubah pola pikir, pola kerja sesuai tuntutan perubahan itu sendiri.

Pemimpin berkarakter adaptif yakni pemimpin yang mampu menyesuikan diri dengan lingkungan kerja dinamis, mencari cara meminimalisir risiko yang dihasilkan dari berbagai implementasi dan perubahan baru, menjawab tantangan dari dinamika pasar yang baru, serta mencoba berbagai metode untuk melakukan tugas-tugas tertentu demi kemajuan perusahaan.

Pemimpin tranformasional barkarakter berpikir terbuka yakni pemimpin yang berusaha untuk tidak bersikap konservatif atau skeptis; ia memiliki kemauan kuat mencoba hal-hal baru melalui tindakan-tindakan inovatif dan kreatif produktif.

Pemimpin transformasional berkarakter progresif bersedia menerima gagasan dan praktik terbaik organisasi. Pemimpin yang tidak takut menantang diri terhadap hal-hal baru selama dinilai, dianalisis bisa memberi keuntungan bagi masa depan organisasi.

Gaya kepemimpinan tranformasional sangat penting dalam organisai karena dari cirikhas serta karakternya menegaskan dalam diri pemimpin itu tumbuh keyakinan diri yang kuat, berkomitmen tinggi, memiliki visi yang jelas, menjadi pribadi tekun, pekerja keras, militan, konsisten dan mampu hadir dengan ide-ide besar yang meyakinkan anggota untuk mengikutinya. (Wijayanto,Ghufron,Wuryandini 2021, 60-61).

Jadi dapat dikatakan bahwa kepemimpinan tranformasional adalah kepemimpinan pembaharuan yang visioner, kreatif dan inovatif yang mampu memberi pengaruh kepada anggota untuk berpikir secara cerdas, mengatasi masalah dengan dengan cara  atau pendekatan baru serta melakukan segala sesuatu secara out the box. Kepemimpinan transformasional mampu mendobrak kemapanan kepada ketidaknyamanan supaya orang terbuka pikiran untuk mengevaluasi  dan mengkritisi dengan cara dan metode baru. Oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah dengan menerapkan gaya kepemimpinan transformasional menjadi unsur penting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Dalam mengembangkan sumber daya manusia yang produktif, inovatif dan kreatif hanya dapat terealisasi dengan baik karena seorang transformasionalis mengetahui cara dan teknik memengaruhi, menggerakan anggotanya.  

Seorang  pemimpin transformasional dapat memengaruhi dan memberdayakan sumber daya yang dimiliki ; karena keteladanan sikap dan tindakan yang menjunjung tinggi etika moral ; Karena cara berpikir, konsep pemikiran atau gagasan-gagasan cemerlang yang menyakinkan anggota bahwa bisa dilakukan dan akan sukses; Karena keberanian, keyakinan untuk melakukan hal-hal besar yang melampui dari yang diharapakan; Karena kesaksian hidup untuk mengutamakan kepentingan anggota, organisasi dari diri sendiri. Dan lebih dari itu pemimpin yang mampu memberi jawaban atas perubahan dengan solusi-solusi yang tepat.  

Kepemimpinan kepala sekolah yang transformasional hendaknya menjadi pribadi yang Idealized Influece, Inspirational Motivation, Intellectual Stimulation  dan Individualized Consideration, serta menghidupi karakter yang melekat dalam kepemimpinan itu sendiri yakni visioner, kreatif, adaptif dan berpikir out of the box.

Kepala sekolah dengan menghidupi cirikhas dan karakter kepemimpinan transformasional ini akan sangat berpengaruh pada pengembangan sumber daya manusia yang berkinerja tinggi. Jika sumber daya dengan segala potensi dikelola dengan baik maka kontribusi pengembangan menjadi harapan menghadapi berbagai tantangan dan persaingan sekolah-sekolah kompetitor di era perubahan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun