Mohon tunggu...
Martinus Laba Uung
Martinus Laba Uung Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati Publik

Martinus Laba Uung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku dan Duniaku

19 Maret 2024   11:23 Diperbarui: 19 Maret 2024   11:38 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagaimana tidak,,,,kata ini kerap menjadi slogan bagi politisi saat pesta demokrasi.

Kata sejahtera telah kehilangan kehakikatan maknanya didalam pancasila sebagai pliar Negara sebagaimana terkandung dalam sila ke – 5 (lima); keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kata sejahter yang seharus menjadi buah keadilan atas kebijakan, keperwanan maknanya luntur seketika menjadi buah kesenjangan sosial bahkan makna keadilan masih simpang siur dengan kenyataan yang ada, kesejahteraan bukan lagi milik petani. Kesajahteraan bukan lagi milik, nelayan, kesejahteraan bukan lagi milik buruh, kesejahteraan bukan lagi milik anak-anak manusia diperempatan lampu merah, bukan juga milik pedagang kaki lima. Ia terampas haknya oleh orang-orang cerdas berhati singa, karena kesajahteraan miliknya maling sapi pemakan padi dan kapas, miliknya koruptor bintang biru merah berkaki tiga, miliknya pohon beringin juga miliknya TV elang, TV ikan terbang, TV bola dunia dan TV-TV yang lain yang menebarkan kebohongan berita gembira serta iklan-iklan bagai mbah dukun berkomat – kamit terhadap pemerkosaan bahasa sebutkan saja mereka kaum kolonial pribumi berwajah baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun