Mohon tunggu...
Martin Siregar
Martin Siregar Mohon Tunggu... -

Sudah lahir di Medan sejak zaman dahulu kala. Sempat main ke Kalbar sekitar 11 tahun. Kembali ke Medan. Tahun 2007 Persiapan Program Pendidikan Anak di Meulaboh Aceh Barat. Dalam kesempatan inilah Martin Siregar menemukan rongsokan berlumpur akibat bencana Tsunami (2005), rangka sepeda ontel Gazelle (1932) . Sepeda dipermak sedemikian rupa, sehingga menjadi kenderaan utamanya selama di Meulaboh dan di Medan.Menerbitkan buku : Istriku Kumpulan Cerpen Unkonvensionil Jilid I atas kerja sama Ford Foundation – IKAPI Kalbar (2003). Tahun 2008 di Medan menerbitkan“Kawan Kentalku Bason Kumpulan Cerpen Unkonvensionil II atas dukungan The Camp Connection 77. Naskah buku ke tiga tinggal naik cetak : Kumpulan Renungan Singkat Unkonvensionil.\r\nTengah 2010 merasa jenuh kerja di dunia perLSMan, Martin Siregar bersama keluarga hijrah ke dusun Bali desa Sebarra kec. Parindu Kabupaten Sanggau Kapuas Kalbar ---menjadi petani karet tradisionil ditanah leluhur keluarga ----

Selanjutnya

Tutup

Humor

BPI

16 April 2011   07:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:45 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar 30 tahun yang lalu, dibawah junta militer kekuasaan presiden Suharto diwajibkan setiap instansi pemerintah melaksanakan "upacara bendera" pada setiap hari senin pagi. Semua pegawai ngeri (?) diharuskan pakaian dinas ikut upacaara tersebut. Dan, biasanya pegawai rendahan takut absent tak hadir dalam upacara bendera. Takut diberikan sangsi atau terhambat proses pengangkatannya menjadi pegawai ngeri (pegawai negeri lapis bawah hidupnya selalu kengerian). Biasanya yang menjadi pimpinan upacara adalah kepala dinas yang bersangkutan.

Pak Tigor Simanjuntak adalah wakil kepala dinas di kantor tersebut. Semua orang menuduh dia (sebenarnya) tak punya kapasitas memangku jabatan wakil kepala dinas. Hanya saja adik perempuannya kawin dengan salah satu petinggi kementrian pusat di Jakarta. Biasalah batak tak tahu malu. Seenaknya saja Tigor Simanjuntak dikarbit beli ijazah sarjana S1 dan dengan gampang langsung dapat posisi wakil kepala dinas.

Semua orang dikantor itu tak simpatik melihat sosok Pak Tigor Simanjuntak. Sangat kentara bataknya (pikiran, perkataan dan perbuatan) dalam berkomunikasi dengan setiap manusia yang ada di kantor. Intonasi suara yang kasar, macam orang mau berhantam, dalam berbicara masih sangat kental bataknya Tapi, tak seorangpun berani menyentuhnya. Takut dilaporkan Pak Tigor ke iparnya yang kerja di kementrian pusat. Resikonya terlalu berat dipikul, makanya lebih baik diam saja.

Satu waktu pak Kepala Dinas berhalangan hadir dalam upacara bendera senin pagi. Terpaksa Pak Tigor Simanjuntak menggantikan posisi pimpinan upacara. Semua pegawai lemah lesu ikut upacara yang dipimpin si batak tak tahu malu (apa ada batak yang tahu malu? Hi..hi..hi..)

Sejak awal sampai penaikan bendera menyanyikan lagu Indonesia Raya upacara berjalan dengan aman dan tertib. Dan setelah itu Pak Tigor Simanjuntak dengan logat batak yang sangat kental buka suara nada membentak bentak : "Untuk mengenang jasa jasa para pahlawan kita yang banyak mati ditembak "Belanda -- Pukimaknya Itu !!!".

Hening cipta, DIMULAI !!!.

Semua pegawai tunduk kepala tak mampu menahan tawa.

Karena sangat marah mengenang kekejaman Belanda menjajah Indonesia, Pak Tigor tak mampu menahan emosi kemarahannya. Tanpa disadari terlanjur mengucapkan: Pukimaknya Itu. Hua...ha...ha..

Besoknya Lastri yang sering dikecam Pak Tigor melampiaskan dendamnya. Ditanyanya Pak Muchin."Pak Muchin...Apa Pak BPI sudah datang?". Pak Muchin sangat heran mendengar nama itu:"Siapa Pak BPI ?". Lastri tertawa sambil berkata : Bapak BPI = Pak Tigor ; BPI = Belanda Pukimaknya Itu.

Sejak itu nama Pak Tigor berubah menjadi Pak BPI.

*)Kalau tak salah si Odi panggil amang boru sama Pak Tigor Simanjuntak Hua..ha...ha...Matilah kita ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun