Mohon tunggu...
Marthinus Selitubun
Marthinus Selitubun Mohon Tunggu... Penulis - Hanya seorang hamba

Seorang warga dari Keuskupan Agats Asmat, Papua. Mencoba menginspirasi orang-orang terdekat lewat doa dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dosa Favorit

2 Desember 2019   21:07 Diperbarui: 4 Desember 2019   16:56 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian, si anak yang pertama mulai melanjutkan pengakuannya, 

“Ini pengakuan saya yang pertama. Dosa-dosa saya adalah saya malas ke sekolah, saya marah mama, saya curi sagu dan kelapa. Pastor, saya menyesal atas dosa-dosa saya, dan dengan hormat saya mohon ampun dan denda atas dosa-dosa saya,”

“Anak-anak, setelah itu dengarkan nasihat dan denda dosa atau penitensi yang diberikan. Lalu, dilanjutkan dengan doa tobat. Sekarang, ucapkan doa tobat”, kata pak Rufus mengajak si anak untuk melafalkan doa tobat,

“Allah yang Maharahim
Aku menyesal atas dosa-dosaku
sebab patut aku Engkau hukum,
terutama sebab aku telah menghina Engkau
yang Mahamurah dan Mahabaik bagiku.
Aku benci atas segala dosaku
dan berjanji dengan pertolongan rahmatMu
hendak memperbaiki hidupku
dan tidak akan berbuat dosa lagi.
Allah ampunilah aku orang berdosa ini.
Amin.”

Terdengar suara tepuk tangan yang meriah dari anak-anak yang mendukung temannya karena telah berhasil dalam latihannya. Anak yang berikutnya pun terlihat semangat dan berhasil. Saya pun senang dengan perkembangan dan semangat anak-anak ini. 

Ketika anak keempat selesai berlatih, saya tersadar karena rumusan dosa dari keempat anak ini sama. Dosa-dosa saya adalah saya malas ke sekolah, saya marah mama, saya curi sagu dan kelapa. Awalnya saya kagum karena Pak Rufus telah mendampingi anak-anak dengan baik selama sebulan penuh. Tetapi di penghujung pertemuan hari itu, saya merasa ada hal yang harus saya perbaiki dalam kegiatan ini. Hal yang dilupakan adalah bahwa dosa merupakan kesalahan yang menghancurkan hubungan dengan Tuhan, bukan hafalan. 

Arti Dosa

Ketiga dosa favorit yang diucapkan dalam proses latihan diatas, tentu merupakan sebuah rumusan kalimat hafalan, sekalipun hal itu mungkin juga ada benarnya. Anak-anak ini pun tahu, bahwa mereka sedang menghafalkan hal yang sangat penting tetapi tidak memahami baik arti dosa sebenarnya. Nah, apakah sebenarnya dosa itu?  

Secara umum, dosa merujuk pada pilihan bebas yang merusak dan memutuskan hubungan kita dengan Allah dan dengan orang lain. Dalam Katekismus Gereja Katolik, dosa bersifat individual, yang bisa dikategorikan dalam dosa ringan dan berat. Kedua jenis dosa ini masing-masing melukai komponen inti manusia sendiri, yaitu melemahkan kemampuan manusia untuk mencintai Tuhan dan untuk mencintai orang lain. Dengan hal ini, kita menciptakan luka dan bahkan menghancurkan kapasitas kita untuk mencinta. 

Dengan cara ini pula, secara sadar kita menyerang Allah dan diri kita sebagai gambar dan citra Allah. Serangan ini pula akan membahayakan diri kita sendiri, persekutuan kita, baik sekarang maupun dalam kekekalan. 

Sebagai manusia, kita pun menginginkan hubungan-hubungan yang baik dan saling memberi diri dalam relasi kita. Entah sadar atau tidak, dalam hidup berkomunitas, kita dengan mudah terjerumus ke dalam dosa melalui pikiran, perkataan, tindakan yang diambil dan tidak diambil. Hal ini tentu menghalangi hubungan yang otentik dan saling memberi sendiri. Singkatmya, dosa adalah pemutusan hubungan karena ucapan, pikiran, dan tindakan kita. Dosa yang saya lakukan menyebabkan putusnya jaringan hubungan saya. Hal ini menyebabkan luka bagi diriku sendiri, bagi orang lain, dan mungkin bahkan bagi Tuhan. Rahmat Tuhan, sebagai cinta tak berbatas  yang menyembuhkan, dan memberdayakan, membawa kita keluar dari kedalaman dosa dan masuk ke dalam diri sejati kita. Tuhan mengingatkan kita siapa kita dan bagaimana cara mencintai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun