Mohon tunggu...
Marthinus Selitubun
Marthinus Selitubun Mohon Tunggu... Penulis - Hanya seorang hamba

Seorang warga dari Keuskupan Agats Asmat, Papua. Mencoba menginspirasi orang-orang terdekat lewat doa dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Pedalaman

22 November 2019   20:07 Diperbarui: 22 November 2019   20:16 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "tadi saya pesan kue dari desa sebelah tetapi belum juga tiba di sini. Apakah mereka menitipkannya di susteran ?". 

Biasanya mujizat terjadi sejam kemudian.  Para suster menuju pastoran dengan kue atau sepotong ikan asin sambil mentertawakan isi pesan saya. Bahkan mereka pun tidak segan-segan mengirimkan pesan balasan jika kehabisan bahan makanan enak.

Persaudaraan sangat kental terasa. Saling berkunjung dan menguatkan adalah salah satu syarat mutlak saat bekerja di pedalaman. Pintu rumah kita harus terbuka sebisa mungkin.  Teras pastoran yang luas, menjadi tempat umat berkumpul, sekedar mampir atau berlindung saat panas dan hujan. Anak-anak sangat ramah, bahkan beberapa dari mereka akan meminta sesuatu dengan sopan kepada kita. Banyak anak muda pun akan meminta ijin jika ingin sekedar duduk di teras pastoran. 

Kepada umat saya pun melakukan yang sama. Saya merasa bebas untuk mengatakan apa yang saya perlukan jika dibutuhkan. Jika saya ingin ikan, saya bisa ke pantai, bertemu ibu-ibu yang sedang menjaring dan hanya bilang, "mama, minta ikan sedikit ya..!". 

Kisah Unik di Gereja


Seribu hari lebih saya habiskan di tempat ini dan terukir pula ribuan kisah menarik di tempat ini dan tidak bisa hilang dari memoriku. Saya teringat kembali bahan persembahan di Gereja berupa sayuran, sagu bakar, bahkan singkong rebus. Bahan-bahan persembahan yang sudah dimasak biasanya kami makan bersama-sama setelah mengikuti perayaan Ekaristi. Adapun bahan makanan yang mentah dijualkan ke para guru, susteran, perawat, atau pastoran. Memang harus dijualkan supaya memenuhi kebutuhan gereja lainnya misalnya lilin, minyak untuk membabat rumput, membeli sapu, permen untuk anak-anak sekolah minggu, dan lain-lain. 

Pada suatu hari raya, seorang bapak yang rajin ke gereja membawa persembahan berupa ayam yang masih hidup. Ayam itu diikat di tiang lilin kecil di dekat altar, dan talinya terlepas. Alhasil, seisi gereja menjadi heboh karena ayam menjadi incaran manusia dan anjing di saat bersamaan. Di saat-saat tertentu, saya juga rindu kepolosan beberapa orang tua yang berani tampil untuk membaca bacaan liturgi di Gereja sekalipun terbata-bata. Kalau diikuti, setiap hari selalu menarik. 

Syukuri harimu karena setiap hari itu unik 

Dalam pelayanan, sekalipun di pedalaman dan bertemu dengan orang-orang yang sama, kita tidak akan menemukan dua hari yang persis sama dalam kehidupan kita. Begitu pula dalam pelayanan harian. Tidak sedikit dari kita justru terjebak dalam hal ini, dalam rutinitas dan parahnya kita menyakini bahwa semua hal adalah biasa dan hampir sama. Dalam hidup seorang imam pun, harus disadari bahwa kita sedang berhadapan dengan hari, pribadi-pribadi dan jenis pelayanan sakramen dan sakramental yang berbeda. Semua hal ini tentu membantu kita dalam pelayanan yang bertujuan untuk keselamatan jiwa setiap pribadi, sehingga kita tidak terlena dalam belenggu rutinitas. Santo Paulus mengatakan, "Aku telah menjadi segalanya bagi semua orang, supaya aku dapat memenangkan beberapa jiwa di antara mereka." (1 Kor 9: 22b) Memang, seorang imam dipanggil untuk menjadi segalanya bagi semua orang karena ia bekerja untuk keselamatan jiwa.

Hal yang ingin saya katakan bahwa sejak hari saya ditahbiskan sebagai imam Yesus Kristus, saya memiliki hak istimewa dan kesempatan untuk hadir dalam kehidupan orang-orang dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya di jalan kehidupan lainnya, dan untuk berkat itu, saya sangat menghargai. Benar bahwa, ada saat-saat ketika misi imamat  yang kita bawa nampak tidak realistis atau berlebihan, tetapi pada saat-saat itu, Kristus selalu menemukan cara untuk mengisi apa yang kurang dalam diri kita masing-masing, dan untuk mengingatkan kita bahwa itu bukanlah kita, imam, yang dicari orang-orang. , tetapi Kristus, dalam pribadi imam, yang dicari orang.

Setiap hari pun Kita dipanggil untuk membaharui hidup imamat kita dengan beberapa aspek penting ini diantaranya aspek Manusia, Spiritual, Akademik, dan Pastoral, bahkan di beberapa tempat lain ditambahkan aspek kesehatan --- hal ini merupakan kombinasi yang mungkin berbeda dari waktu ke waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun