Setelah berbincang sejenak, beliau berkata,
"Pater, anak saya ulang tahun hari ini, saya bawa satu ekor anjing besar. Saya belum toki. Hanya dua ratus ribu, pater..", jawab Albertus ketika ditanya apa yang ada di dalam karung yang dipanggulnya.
"Wah, Bapak..dormom. Dor ense wapak oo..... Uang saya tidak ada. Uang di Agats", kata saya sembari meminta maaf sambil sambil memegang tangannya.
"ah...anak Pater....tidak-tidak apa. Saya coba tawarkan ke guru-guru nanti, pasti laku", jawabnya penuh keyakinan.Â
Sebelum dia beranjak pergi segera kuambil sepuluh ribu rupiah, sebungkus gula dan rokok, dan sebotol air minum, lalu  memberikannya kepadanya.
"Bapa, maaf ya".
Kulihat matanya memerah.
"Ini sedikit bekal saat jalan kaki pulang nanti ya, bapa", kata saya sambil tak lupa mengusulkan agar lebih baik anjingnya di bawah ke lokasi perumahan guru, kalau-kalau ada yang berminat.
Pada sore hari sekitar pukul 16.00 saya dan beberapa anak muda memutuskan untuk mencangkul dan membersihkan kebun kecil di depan rumah pastoran kami. Tidak lama kemudian lewatlah Albertus.Â
Di pundaknya masih terlihat karung yang sama. Saya pun merasa kaget dan penasaran karena hari sudah sore dan dia masih belum kembali ke kampungnya.
"Selamat sore bapa, belum pulang?"
"Slamat sore apaaaa  !! Anak pater ko tidak baik! Ko tidak mau ambil anjing saya", teriak Bapak Albertus tanpa menoleh ke arah kami.
"Ah..bapa...saya tadi kan sudah bilang ... uang tidak ada", jawab saya sambil tertawa karena melihat si bapak mencibirkan bibirnya.Â
"Terus,...kalau beli siapa yang akan makan ?". Â Anak-anak muda yang ada di dekat pastoran mulai tertawa terbahak-bahak.