"iya, tapi masih ada satu di dalam mama-nya punya perut. Tadi anak laki-laki ini su keluar sekitar jam delapan pagi. Dia menangis terus, mungkin karena sejak tadi memanggil adiknya yang belum juga keluar", bisik suaminya yang berdiri di sampingku.Â
'wah. berarti anak ini sudah  lama berada di dalam. Kita harus melakukan sesuatu', kataku segera.Â
***
Rasa takut dan cemas seakan-akan menghilang dari diriku. Dengan segenap keyakinan, kukumpulkan semua kekuatanku untuk mulai berdoa.Â
Aku percaya bahwa apa saja bisa terjadi jika kita sungguh-sungguh menyerahkan pergumulan hidup kita kepada Allah.Ditempatkan di tempat tugas yang baru ini, telah membuat nyaliku menciut dan goyah perjalanan hidupku. Aku sempat merasa bahwa Tuhan tidak berpihak lagi kepadaku. Mestinya, aku bersyukur atas apa yang telah kuterima, bahkan atas pengalaman pahit sekalipun.
Apakah alasanku sehingga aku menolak Tuhan yang mengutus aku di tempat terpencil seperti ini? atau, apakah alasanku sehingga aku hanya boleh bersukacita ketika ada peristiwa gembira?. Maafkan aku Tuhan. Â
Doa-doa terus mengalir dari mulutku, yang berkaitan dengan permohonan bagi keselamatan jiwa ibu dan anak ini. Sambil berdoa aku terus bersyukur atas kasih Allah yang tak terhingga yang telah kuterima selama ini. Doa-doa yang kudaraskan dengan sepenuh hati  ini juga,  membantuku agar tidak mudah terhanyut dalam segala kesulitan hidup ataupun terbuai dalam kesenangan dunia.
Tidak terasa ada air mata memenuhi kelopak mataku. Aku merasa ditegur oleh Tuhan supaya lebih berani menjalani kehidupan ini dengan pengharapan yang teguh. Aku juga percaya bahwa Allah yang telah memilihku, akan selalu mendampingiku, Â sampai aku dapat memasuki kehidupan kekal bersama-Nya. Dia tidak pernah meninggalkan aku. Aku yang meninggalkan Dia!
Allah memang setia dan sungguh baik hati. Allah mengajarkanku dengan cara yang sederhana, untuk keluar dan berjumpa dengan umatnya. Rasanya inilah pertama kalinya aku berdoa dengan penuh harapan. Aku sungguh ditobatkan melalui perjumpaan dengan bayi kecil ini. Entah mengapa, semua orang yang hadir turut menangis dan saling memegang tangan.Â
"panggil adikmu keluar ya. Harus !. bisikku di telinga kakaknya saat hendak kembali pulang.Â
***