Mohon tunggu...
Martino
Martino Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Freelance Writer

Gemar Menulis, Penimba Ilmu, Pelaku Proses, Penikmat Hasil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Muda Berencana Tua Sejahtera: Membibit Generasi Masa Depan Bangsa

25 Juli 2016   22:50 Diperbarui: 25 Juli 2016   23:17 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cita-cita bangsa adalah tanggung jawab yang menjadi keniscayaan dipundak generasi muda. Lewat pembelajaran dan perjuangan berkelanjutan, ia menanti diwujudkan. Di era modern, tantangan dan acaman hadir lewat beragam bentuk dan media. Tantangan yang bila tidak disikapi dengan tepat dapat menjadi bencana masa depan bangsa. Fokus perhatian utama layak diberikan pada permasalahan penduduk usia remaja serta jalan keluar yang mendesak ditemukan.

Generasi Harapan dan Sengkarut Masalah yang Mengancam

Setiap bangsa menaruh mimpi dan harapan akan masa depan yang lebih baik pada generasi muda sebagai penerus bangsa. Dengan segenap potensi dan ekspresinya, generasi muda menjadi agen perubahan yang diharapkan. Tongkat estafet kepemimpinan, pembangunan dan perjuangan cita-cita bangsa niscaya akan diemban para pemuda hari ini dan akan datang. Maka sebuah negara akan selalu mempersiapkan generasi mudanya menjadi generasi emas untuk membawa perubahan bangsa yang lebih baik di segala bidang.

Merujuk pada data sensus penduduk di tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai mencapai 237,6 juta jiwa. Dari jumlah tersebut 26,67 persen atau 63,4 juta diantaranya merupakan penduduk usia muda yaitu 11-24 tahun (BPS, 2010). Jumlah ini merupakan cerminan peluang dan potensi emas yang akan membawa Indonesia mencapai tujuan dan cita-cita kemerdekaannya. Jika perhitungan kuantitas tersebut dapat berbanding lurus dengan tingkat kualitas generasi muda, hal tersebut dapat menjadi jaminan kejayaan bangsa di masa yang akan datang. Dapat dibayangkan kekayaan kreatifitas, inovasi, gagasan pemikiran, karya dan kinerja yang akan disumbangkan 63,4 juta pemuda untuk bangsa ini. Oleh sebab itu kualitas penduduk remaja harus terus dijaga dan ditingkatkan agar dapat benar-benar menjadi aset pembangunan yang potensial.

Besarnya penduduk usia muda akan mempengaruhi pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan saat ini maupun di masa yang akan datang. Penduduk remaja perlu mendapat perhatian serius sebab remaja termasuk dalam usia sekolah, usia kerja dan usia reproduksi yang akan berperan besar bagi kemajuan bangsa. Karakteristik remaja yang selalu ekspresif, selalu ingin tahu dan mudah menerima nilai-nilai baru merupakan hal yang harus terus dikawal dan diarahkan pada hal-hal yang positif. Era globalisasi yang menerabas batas dan menghadirkan beragam perubahan telah membawa berbagai pengaruh kedalam kehidupan, perilaku dan mental masyarakat, tidak terkecuali bagi kehidupan remaja.

Tidak terpungkiri globalisasi menghadirkan nilai dan budaya baru yang tidak semuanya layak dan tepat diterapkan di Indonesia. Arus globalisasi kini kian deras menginfiltrasi berbagai bidang kehidupan lewat transkulturasi dan modernisasi. Keduanya menggerus beragam nilai dalam sendi-sendi kehidupan dan menyebabkan perubahan cara pandang, gaya hidup, hubungan sosial hingga menggoyahkan keyakinan memegang nilai-nilai budaya. Kegagalan melakukan penyaringan transkulturasi dan pembentengan dengan nilai-nilai budaya diindikasikan dengan munculnya permasalahan dekadensi moral dan penyimpangan sosial.

Kehidupan yang serba cepat, instan, bebas dan disandarkan berdasarkan nilai materi menjadi awal bencana dalam kehidupan kemanusiaan masa kini. Atas nama modernisasi, generasi kita mulai terseret dalam pola konsumerisme, menceburkan diri dalam gaya hidup bebas dan hedonis. Selain itu semakin bersikap apatis dengan berbagai permasalahan masyarakat dan bangsa yang ada disekitarnya. Selalu menagih apa yang negara berikan, tanpa melihat apa yang telah disumbangkan untuk bangsa. Generasi kekinian perlahan mulai kehilangan rasa memiliki dan kebanggaan atas tanah air. Menjadi individualistis dan tidak peduli dengan sesamanya. Cenderung memaksakan kehendak, kehilangan rasa toleransi dan bahkan menggunakan cara kekerasan dan radikal untuk mencapai tujuan. Kondisi ini menjadi bibit lahirnya permasalahan kebangsaan yang kini sedang menggerogoti ketahanan nasional.Wujud nyata hal tersebut tergambar dari kehidupan remaja yang semakin mencemaskan. Dari jumlah besar remaja aset bangsa potensial, sebagian berguguran terjerumus pergaulan bebas, seks bebas, pornografi, narkotika kekerasan dan berbagai bentuk permasalahan remaja lainnya.  

Era globalisasi telah membawa perkembangan informasi, komunikasi, dan teknologi yang luar biasa pesat. Kebebasan akses arus informasi tanpa batasan ternyata juga menimbulkan dampak negatif yaitu penyalahgunaan internet dengan maraknya akses pornografi oleh remaja. Tingginya akses pornografi berbanding lurus dengan meningkatnya perilaku seks bebas. Mudahnya mengakses tayangan-tayangan yang merangsang nafsu seksual membuat sebagian remaja kecaduan akan tayangan pornografi. Dampaknya, remaja terpacu untuk mencoba apa yang ia lihat dalam tayangan-tayangan tersebut untuk memenuhi rasa ingin tahu dan mencari kepuasan sesaat. Hal inilah yang mempengaruhi peningkatan perilaku seks bebas dikalangan remaja.

Tahun 2011 Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) pernah melakukan survei terhadap 14.726 sampel remaja di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Bandung, Makassar, Medan, Lampung, Palembang, Kepulauan Riau. Hasilnya mengerikan. Hampir 83 persen mengaku pernah menonton video porno, sekitar 93,7 persen pernah melakukan hubungan seks, dan 21,2 persen mengaku pernah melakukan aborsi. Survei KPAI juga menyebutkan, 97 persen perilaku seks remaja diilhami pornografi di internet. (Majalah Detik, rubrik Fokus edisi 25 Juni-1 Juli 2012). Perilaku seks bebas dikalangan remaja ini menghadirkan resiko kehamilan diluar nikah, gangguan kesehatan reproduksi hingga tertular HIV/Aids. Kehamilan di usia muda dapat menyebabkan resiko kematian maternal karena ketidaksiapan organ reproduksi. Disamping itu keluarga yang terbina karena kasus hamil di luar nikah sangat beresiko tidak siap mental dalam membina perkawinan yang harmonis dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab.

Kenyataan akhir-akhir ini kian menegaskan betapa masa depan remaja dalam bayang-bayang kelam. Kebanggaan akan pergaulan bebas semakin hari semakin dipertontonkan, bahkan hingga menjangkiti anak-anak. Candu pergaulan bebas di kalangan remaja telah meracuni pikiran dan cara pandang hingga mengabaikan masa depannya sendiri. Dampaknya kini beragam kasus pelecehan seksual, kekerasan seksual, pemerkosaan seakan terus bermunculan setiap hari dengan remaja sebagai objek pelaku dan/atau korbannya.

Edukasi Multiaksi: Edukasi Kependudukan, Pendidikan Seks & Pendidikan Karakter

Darurat generasi muda saat ini mendesak ditanggulangi. Bila kondisi tersebut tidak segera diatasi, maka mimpi untuk memiliki generasi emas yang mampu mewujudkan cita-cita masa depan bangsa akan menjadi jauh panggang dari api. Sebab pembiaran hanya akan menyebabkan semakin banyak generasi muda yang menyambut kelamnya masa depan diusia muda akibat pergaulan bebas, pornografi, seks bebas dan narkotika. Untuk mengantisipasi hal tersebut tentu kita bersepakat menjadikan pendidikan sebagai garda terdepan guna membentuk generasi muda berkualitas serta sehat secara sehat secara jasmani, rohani dan mental spiritual.

Menanggulangi darurat kependudukan usia remaja yang berpotensi menghadirkan masalah multidimensi di Indonesia diperlukan upaya pengendalian dan penataan penduduk usia remaja secara tepat. Hal utama yang harus menjadi perhatian khusus adalah upaya pencegahan dan penataan perilaku remaja melalui pendidikan seks, edukasi kependudukan serta penanaman nilai-nilai moralitas melalui pendidikan karakter. Pengenalan sejak dini secara bertahap terkait dengan reproduksi, seperti alat reproduksi, proses reproduksi, hingga resiko dan ancaman bahaya seks bebas harus secara komprehensif diedukasi kepada remaja.

Memberikan pengetahuan reproduksi bagi para remaja perlu juga ditunjang dengan upaya mendorong remaja untuk berperilaku positif. Sebab meskipun pengetahuan reproduksi sudah dipahami oleh remaja, belum cukup kuat untuk membendung infiltrasi nilai dalam kehidupan yang kian bebas. Oleh sebab itu disamping edukasi perihal reproduksi, remaja juga diarahkan untuk menghindari seks bebas, pergaulan bebas, narkotika, hedonisme dan budaya lain yang merusak. Remaja didorong untuk untuk memiliki perencanaan masa depan yang baik melalui edukasi kependudukan dan pendidikan karakter. Hal ini diperlukan guna membentuk generasi muda yang positif sekaligus mampu berprestasi, berkarya dan berkontribusi optimal diusia produktifnya.

Hingga saat ini kita masih terus  mencoba menemukan bentuk ideal target sasaran, substansi dan cara penyampaian pendidikan seks dan edukasi kependudukan diimplementasikan. Mengingat keduanya penting diberikan sejak dini hingga dewasa, maka setidaknya target sasaran dapat dikelompokan menjadi penduduk usia anak-anak; penduduk remaja dan dewasa muda; serta penduduk dewasa/berkeluarga. Pengelompokan ini perlu dilakukan agar dapat merumuskan  substansi/materi edukasi kependudukan yang efektif dan sesuai dengan  usia penduduk dan masalah yang ingin dipecahkan. Selain itu diperlukan guna menghindari kerancuan yang selama ini sering terjadi. Misalnya tentang perdebatan pada jenjang mana sex education dan kesehatan reproduksi idealnya diberikan.

Dari segi materi, pada jenjang penduduk anak-anak substansi yang perlu ditekankan adalah pengenalan dasar tentang reproduksi, pengetahuan dasar tentang keluarga serta hubungan antar manusia. Adapun jenjang penduduk remaja, wawasan kependudukan yang diberikan meningkat pada pengetahuan proses reproduksi dan resiko seks bebas, serta arahan untuk mewujudkan generasi yang berencana, berprestasi dan bebas dari narkoba, seks bebas dan HIV/Aids. Pada penduduk dewasa (usia menikah dan berkeluarga), wawasan yang diberikan lebih komprehensif mencakup upaya perwujudan perilaku hidup berwawasan kependudukan (PHBK) seperti pendewasaan usia pernikahan, pandangan tentang jumlah anak, jarak kelahiran, tertib administrasi kependudukan, serta manajemen perencanaan keuangan, pendidikan, dan kesehatan keluarga.

Upaya menata penduduk usia remaja merupakan rangkaian upaya merubah sikap dan perilaku remaja tentang pergaulan, gaya hidup, dan perencanaan masa depan. Untuk generasi muda, hal ini berarti menanamkan keyakinan dan cara pandang dalam menjalani masa muda dengan positif dan merancang masa depan dengan baik. Maka pendidikan seks, edukasi kependudukan serta pendidikan karakter adalah cara yang dapat ditempuh guna menanamkan pola berpikir, keyakinan dan cara pandang untuk mewujudkan perubahan sikap dan perilaku remaja. Edukasi kependudukan bagi remaja bertujuan membentuk penduduk usia remaja menjadi warga negara yang dalam segala perilakunya berpandangan ke depan terhadap masalah kependudukan dan lingkungan hidup, menuju masyarakat yang serasi, dan seimbang dalam hubungannya dengan kehidupan sosial. Diharapkan dengan terbentuknya kesadaran berpikir dan berperilaku akan melahirkan generasi yang memiliki perencanaan kehidupan yang lebih baik, rasional serta bertanggungjawab.

Ketiga bentuk edukasi tersebut dapat disatukan melalui gerakan generasi berencana, dimana setiap generasi muda untuk diajak untuk menjauhi narkoba, seks bebas, serta mengkampanyekan kesehatan reproduksi. Melalui upaya tersebut, para generasi muda khususnya remaja diarahkann untuk menjalani 5 fase kehidupan remaja dengan perencanaan matang yaitu sekolah kejenjang lebih tinggi; mencari pekerjaan yang komprehensif; memulai kehidupan berkeluarga yang harmonis; menjadi anggota masyarakat dan berperilaku hidup sehat. Dengan demikian diharapkan akan tercipta tercipta generasi yang sehat reproduksi, bermental dan berperilaku positif, matang usia perkawinan, serta terhindar dari risiko seksualitas, HIV/AIDS dan narkoba.

Melawan dengan Media Sosial

Salah satu sumberdaya yang dapat digunakan dalam memberikan pendidikan seks dan edukasi kependudukan adalah pemanfaatan Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Selain berperan sebagai sistem  komunikasi, seluler bersama internet dan media sosial saat ini berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan berbagai informasi penting. Melalui media ini, distribusi informasi secara aktual dan cepat tanpa adanya batas. Hal inilah yang dapat dioptimalkan dalam upaya penyebarluasan informasi pendidikan seks dan edukasi kependudukan. Kampanye kesehatan reproduksi, anti pergaulan bebas dan seks bebas, dan budaya kekerasan melalui seluler dan media sosial diharapkan mampu membentuk perubahan cara pandang dan perilaku positif remaja dalam menjalani masa mudanya.

Jika melihat intervensi internet dan jejaring sosial yang mampu menciptakan perubahan besar dalam nilai dan perilaku remaja saat ini, maka peluang untuk melakukan perubahan dengan pendidikan seks dan edukasi kependudukan dalam melalui internet juga memiliki kesempatan yang sama besarnya. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi seluler telah menghadirkan internet dan berbagai media sosial yang kini semakin mudah diakses dalam genggaman sebagai sarana strategis. Merujuk pada fenomena dimana seluler dan internet telah menjadi suatu kebutuhan, maka sudah seharusnya ranah ini menjadi sarana guna menyebarluaskan wawasan kesehatan reproduksi dan pendidikan seks. Oleh sebab itu pemanfaatan ranah maya dapat menjadi salah satu peluang melepaskan remaja dari ancaman pergaulan bebas, seks bebas, pornografi dalam rangka membangun kualitas kesehatan reproduksi remaja.

Remaja kini bersahabat sangat dekat dengan gadget dan internet, tidak ada hari yang terlewatkan untuk berkomunikasi dan mengakses internet lewat selulernya. Terlebih dengan pola komunikasi yang kini bergeser menggunakan basis akses data internet pada layanan pesan. Belum lagi beragam sosial media menjadi favorit remaja untuk berekspresi karena menghadirkan berbagai fasilitas yang memberikan kesempatan bagi pengguna untuk berinteraksi dengan orang lain, mendokumentasikan setiap aspek dari hidupnya serta menemukan berbagai informasi. Beragam media sosial dapat menjadi sarana yang efektif sekaligus efisien dalam memotivasi remaja, mengedukasi, serta mengkampanyekan kesehatan reproduksi dan mental remaja.

Ada beberapa kondisi yang menjadikan alasan mengapa upaya membangun kesehatan reproduksi dan mental remaja dapat dilakukan lewat ranah broadband. Pertama, seluler yang kian canggih dengan fasilitas internet telah menjadi konsumsi sehari-hari remaja. Kedua, tingginya jumlah pengguna dan aktifitas di media sosial yang rata-rata didominasi oleh penduduk usia 11-24. Kedua,media sosial merupakan ruang private yang membuat remaja lebih merasa nyaman untuk terbuka menyampaikan berbagai ekspresi dan perasaannya. Ketiga,interaksi kedekatan antarpengguna media sosial mampu mendekatkan personalitas sehingga pemberian informasi dan penanaman nilai dapat lebih mudah diterima. Kelima, melalui interaksi diranah maya, komunikasi dapat dilakukan secara efisien.

Melihat kondisi tersebut, maka seluler, internet serta media sosial merupakan sarana yang sangat menjanjikan untuk membangun kualitas reproduksi dan mental bagi remaja. Kemampuannya melakukan intervensi nilai dan merubah persepsi masyarakat penggunanya merupakan peluang yang harus diambil guna mengedukasi para remaja untuk hidup positif dan merencanakan masa depannya dengan baik. Adiksi internet dan media sosial yang menghampiri masyarakat, khususnya remaja seharusnya dijadikan momentum membentuk mindset dan persepsi anti pergaulan bebas, anti narkoba, dan anti seks bebas, maupun anti budaya kekerasan di kalangan remaja. Kecanggihan telekomunikasi menjadi kombinasi apik yang dapat dimanfaatkan menyisipkan informasi dan pesan seputar pendidikan seks, edukasi kependudukan dan pendidikan karakter kedalam genggaman remaja saat ini.

***

Edukasi secara multiaksi menjadi harapan, komitmen sekaligus upaya kolektif untuk mulai mengurai berbagai permasalahan remaja dalam rangka mewujukan kesehatan reproduksi dan mental. Syaratnya, hal ini perlu dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan melalui kerjasama semua pihak. Perpaduan antara kampanye di media sosial dan tindakan nyata merupakan salah satu hal yang efektif untuk membentuk mindset baru dengan syarat dilakukan secara serius, kolektif dan konsisten. Sebab tidak ada cara dan hasil instan untuk merubah nilai, cara pandang, sikap dan perilaku remaja yang terlanjur tercemar dampak negatif globalisasi. Melalui upaya pendidikan seks, edukasi kependudukan serta pendidikan karakter, maka investasi sosial telah dilakukan untuk menumbuhkan generasi yang mempunyai kehidupan yang lebih baik, peduli dan bertanggungjawab terhadap masa depan pribadi dan bangsa

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun