Wah orang ini tulisannya kritik semua. Apakah tidak ada hal baik yang dijumpai di TMII?
Tentu ada. Saat mengunjungi anjungan Kalimantan Timur kusaksikan orang asing (bule) membuang sampah bekas makanan pada tempatnya dan di anjungan Gorontalo kusaksikan seorang gadis berjilbab memasukan bungkus permen di dalam tas kecilnya, setelah menengok kiri kanan tidak ada tempat sampah.
Jadi mari kita belajar lebih beradab dari orang bule itu. Atau jika kita malu berguru pada orang asing maka baiklah kita belajar dari anak negeri. Pada sosok gadis berjilbab yang kuceritakan tadi. Sampah disimpan di kantongi kemudian menemukan tempat sampah baru dibuang. Sesuatu yang dijaga gadis itu adalah kenyamanan pengunjung yang lain dan gadis itu sadar kalau bersih itu indah.
Bisakah kita belajar menghargai dan menjaga kenyamanan pengunjung lain di tempat umum?.
Caranya sederhana.
- Jangan merokok sembarangan di tempat umum.
- Jangan parkir sembarangan.
- Jangan buang sampah sembarangan.
Mengapa harus demikian?
Kata orang bijak, "tingkah-laku kita mencerminkan kepribadian kita. Objek wisata seperti TMII jika dilakukan hal demikian hanya akan memberi citra buruk pada turis asing tentang Indonesia secara global.
Jadi intinya tahu diri kalau ini tempat umum. Tahu waktu kalau sekarang berwisata bukan di warung kopi yang asap rokok mengepul kemana-mana pun tidak jadi soal; dan tahu tempat kalau ini jalan umum, karena jalan umum maka parkir jangan sembarangan.
Mengakhiri perjalanan di TMII, kusempatkan bersujud di kaki salib Gereja Katolik Santa Cathariana dan sejenak bertegur sapa dengan pak yosep koster di situ
Â
Martin Karakabu, Jakarta, 17/2/2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H