Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Area seluas kurang lebih 150 hektare atau 1,5 km2. Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dari ujung barat banda Aceh sampai di tanah Papua.
TMII adalah miniatur dari Indonesia, suatu gambaran dari kekayaan budaya dan adat istiadat yang dimiliki bangsa ini. Membanggakan menjadi anak Indonesia melihat eksotisnya rumah adat dari aceh hingga papua dengan berbagai keunikannya . Namun rasa itu perlahan berubah menjadi kecewa melihat rumah adat Rote yang tinggal puing puing karena kurang terawat.
Lihat gambar 1

Baca juga: Frans Lebu Raya Gubernur NTT, Rumah Adat Kita Nyaris Roboh, Kenapa?
Perjalanan kami lanjutkan ke ujung barat Indonesia yakni ke negeri serambi mekah propinsi Aceh. Berharap di sana ada hal menarik yang membuatku bahagia. Namun nahas, yang kusaksikan adalah potret buram perilaku manusia Indonesia.

Lihat gambar 2

Belum lagi kurangnya kesadaran masayarakat akan manfaat rumut sintesis sebagai penambah citra rasa indah pada objek wisata. Eh ini malah dijadikan tempat nongkrong.
Lihat gambar 3

Lihat gambar 4

Dalam perjalanan mengelilingi taman mini kusaksikan juga baliho para kandidat kepala daerah terpampang di mana-mana. Hanya untuk mendapatkan simpati pemilih pada pemilu 2018. Kata-kata seolah simpati pun dihadirkan. Seperti ucapan selamat Hari Raya Imlek dan lain sebagainya pun dilakoni asal dapat simpati, setelah itu, elu siapa?.
Berikut ini salah satunya gambar yang kulihat pada anjungan Aceh, yakni ucapan selamat atas pelantikan gubernur dan wakil gubernur Aceh periode 2017-2022 dari Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo.Â

*** Â
Litani di atas adalah ungkapan cintaku pada negeri ini versi saya. Berharap objek wisata seperti TMII harus dijaga demi kenyamanan pengunjung yang lain. Selain itu, TMII yang berada di ibu kota adalah sarana refresing bagi penduduk Jakarta yang merindukan alam terbuka untuk mengurangi kepenatan karena macet. Oleh karena itu menjaga sikap, tindakan, maupun asap rokok dari para pengunjung yang lain adalah suatu keharusan.
Lihat gambar 6.


***
Wah orang ini tulisannya kritik semua. Apakah tidak ada hal baik yang dijumpai di TMII?
Tentu ada. Saat mengunjungi anjungan Kalimantan Timur kusaksikan orang asing (bule) membuang sampah bekas makanan pada tempatnya dan di anjungan Gorontalo kusaksikan seorang gadis berjilbab memasukan bungkus permen di dalam tas kecilnya, setelah menengok kiri kanan tidak ada tempat sampah.
Jadi mari kita belajar lebih beradab dari orang bule itu. Atau jika kita malu berguru pada orang asing maka baiklah kita belajar dari anak negeri. Pada sosok gadis berjilbab yang kuceritakan tadi. Sampah disimpan di kantongi kemudian menemukan tempat sampah baru dibuang. Sesuatu yang dijaga gadis itu adalah kenyamanan pengunjung yang lain dan gadis itu sadar kalau bersih itu indah.
Bisakah kita belajar menghargai dan menjaga kenyamanan pengunjung lain di tempat umum?.
Caranya sederhana.
- Jangan merokok sembarangan di tempat umum.
- Jangan parkir sembarangan.
- Jangan buang sampah sembarangan.
Mengapa harus demikian?
Kata orang bijak, "tingkah-laku kita mencerminkan kepribadian kita. Objek wisata seperti TMII jika dilakukan hal demikian hanya akan memberi citra buruk pada turis asing tentang Indonesia secara global.
Jadi intinya tahu diri kalau ini tempat umum. Tahu waktu kalau sekarang berwisata bukan di warung kopi yang asap rokok mengepul kemana-mana pun tidak jadi soal; dan tahu tempat kalau ini jalan umum, karena jalan umum maka parkir jangan sembarangan.
Mengakhiri perjalanan di TMII, kusempatkan bersujud di kaki salib Gereja Katolik Santa Cathariana dan sejenak bertegur sapa dengan pak yosep koster di situ

Â
Martin Karakabu, Jakarta, 17/2/2018.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI