Mohon tunggu...
Martin Karakabu
Martin Karakabu Mohon Tunggu... Guru Kampung yang Tertarik pada Dunia Bloging dan Menyukai Kegiatan di Luar Lapangan -

https://www.karakabu.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kematian Anak Asli Papua dan Cara Menangani KLB di Asmat, Papua

5 Februari 2018   08:49 Diperbarui: 5 Februari 2018   17:54 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru dan siswi SMP Negeri 1 Fef Papua Barat/sumber foto: www.gubanesia.com

Itu adalah cuplikan dari tulisan saya yang berjudul "Guru Blogger Solusi Alternatif Pendidikan di Era Digital".

Jadi poin penting dari sub bab ini adalah membangun sarana dan prasaran, seperti sekolah, jalan, maupun puskesmas adalah mutlak sebab petugas medis maupun guru yang mengabdi di pedalaman Papua sebagian besar adalah pendatang. Dengan medan yang kurang bersahabat, kondisi sosial budaya yang berbeda dan lain sebagainya sangat mempengaruhi daya tahan dan loyalitas sang petugas. Hal ini dibuat menjadi rumit dengan minim bahkan nyaris tidak ada sarana dan prasarana yang memadai di wilayah-wilayah pedalaman Papua.  

Pertanyaan saya sudah sampai di mana masalah tol laut dan pembangunan jalan trans Papua?, berharap kompasioner yang lain bisa menjawabnya melalui kolom komentar ngarep, hehehe. 

  • Beasiswa bagi putra-putri asli Papua untuk jadi petugas medis dan guru

Guru dan siswi SMP Negeri 1 Fef Papua Barat/sumber foto: www.gubanesia.com
Guru dan siswi SMP Negeri 1 Fef Papua Barat/sumber foto: www.gubanesia.com
Solusi ini saya tawarkan setelah 4 tahun mengabdi sebagai guru di pedalaman Papua, khususnya di Distrik Fef Papua Barat. Sunggu menjadi pengalaman yang sangat berharga dan unik, saat seorang guru dijadikan acuan dalam bertindak.

Jika masalah keluarga guru dipanggil untuk menengahi, jika motor rusak guru pun dipanggil, anak nangis orang tua akan bilang "awas nanti kasih tahu bapak guru ini dan itu". Artinya bahwa posisi guru menjadi sentral. Bahkan pernah ada suatu kejadian masalah ibu yang melahirkan saya pun dipanggil untuk memberi solusi. Wah ini sulit dan kontradiksi karena pada situasi tertentu saya dan teman-teman petugas puskesmas yang lain nyaris babak belur oleh warga hanya karena seorang rekan kami menabrak babi dan kami dihakimi karena menjelaskan pokok persoalan yang menjadi pemicu.

Jadi solusi saya tentang putra-putri terbaik Papua yang diberi kesempatan untuk menjadi petugas kesehatan dan guru; sejatinya untuk mengubah paradigma berpikir etnografi budaya yang telah menganak pinak membutuhkan "orang dalam" yang terdidik. Sehingga solusi seperti cuci tangan, pola hidup sehat yang ditulis oleh beberapa media terkait kasus gisi buruk di Asmat lebih bisa diterima oleh masyarakat adat atau masyarakat lokal hanya jika anggota masyarakat itu sendiri yang menyampaikan.

Kesimpulannya

  • Untuk para politisi yang terhormat, jika berniat membantu saudara-saudari sebangsa di Kabupaten Asmat Papua, lakukan atas nama kemanusiaan dan abaikan niat untuk mendulang suara pada pemilihan umum 2018 karena tuan-tuan dan nyonya-nyonya sekalian adalah "orang terhormat bangat" .
  • KLB di Asmat hanyalah penyebab namun masalah utamanya adalah minimnya sarana dan prasarana, termasuk sumber daya manusia lokal (petugas kesehatan dan guru) yang kurang.
  • Membangun Papua pertama-tama harus memahami etnografi budaya dan keseluruhan karakter yang tumbuh dalam lingkungan budaya dan pola hidup masyarakat Papua, khususnya Asmat yang sangat tergantung dengan alam sebagai sumber utama mata pencahariannya.

Makar, Jakarta, 6/2/2018

  

   

  Rujukan:1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun