Intoleransi juga tentunya tidak harus dari agama,namun dari etnis juga sering terjadi dari masa orde baru, etnis Tionghoa kerapkali mendapat perlakuan rasis dari masyarkat setempat dan sampai sekarang perlakuan rasis pun masih mereka dapatkan. Dari tahun 2016 saja seorang warga di halte Tj pernah diteriaki dan direndahkan oleh warga-warga sekitar karena etnisnya dia yang merupakan tiongkok dan mirip Ahok sebagai penista agama.Â
Dari kasus terkini saja ada kasus intoleran di Sigi yang mana keluarga yang beragama Kristen dibunuh secara mengenaskan oleh Mujahidin Indonesia Timur . Di Cikarang warga-warga Kristen yang sedang menjalankan ibadah diusir secara paksa oleh warga-warga sekitar selain dengan umpatan namun dengan menyanyikan lagu "Maju tak Gentar" dan membawakan toa masjid.Â
Di Solo juga terjadi kasus pengeroyokan kedua pengantin beragama muslim yang dilakukan oleh kelompok yang jumlahnya sebanyak 12 orang ketika mereka sedang berdoa bersama atau nama lainnya adalah midodareni. Tidak hanya itu saja, namun dari lingkungan sekolah juga terjadi. Seorang siswa bernama Evan ketika terpilih menjadi ketua kelas OSIS voting tersebut diadakan ulang karena dia non-muslim.
Bisa diliat bahwa kasus intoleransi ini rutin terjadi tiap tahun dan berlangsung sangat lama. Dalam upaya mengurangi kasus ini tentunya tidak cukup dari pemerintahan saja,karena walaupun dari pihak pemerintah sudah diisi oleh orang-orang baru dengan kebijakan yang berbeda namun tidak mendapat kerja sama atau dukungan dari masyarakat mengenai toleransi ini,maka pemahaman negatif yang ada dari masyarakat ini akan terus berkembang.
Selain dari kerja sama masyarakat untuk menumbuhkan toleransi, pemerintah harus memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku intoleransi,protektif kepada semua warga yang memiliki hak mereka sebagai warga negara yang ingin mempertahankan kelangsungan hidup mereka dengan ragam suku,agama dan ras mereka, menciptakan suasana kondusif,aman dan tentram dan mencari tau sumber-sumber pemicu alasan adanya kasus intoleransi yang marak terjadi ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H