Mohon tunggu...
Martina EniSiswanti
Martina EniSiswanti Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan membawa kemajuan

Jangan lelah untuk belajar karena belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lenggak-lenggok: Melodi Jiwaku

11 Februari 2024   10:14 Diperbarui: 11 Februari 2024   10:23 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku seorang siswa kelas VII sebuah SMP swasta. Aku merasa beruntung karena orang tuaku menyadari bakat, minat ku sejak aku kecil. Orang tuaku tidak pernah menuntutku untuk menjadi seorang anak yang sempurna. Sehingga aku dapat berkembang sesuai bakat dan minatku. 

Saat aku kelas 2 SD aku mulai masuk ke sebuah sanggar. 

"Gimana ikut nari suka gak Chatrin?" Tanya ibuku.

"Suka banget" jawabku.

"Tadi nari apa?" Tanya ibu lagi

"Cublak -cublak suweng" jawabku sambil menikmati Milo dino dan seporsi cireng. 

"Coba gimana gerakkannya?" Ujar Ibu.

Aku mulai mempraktekkan apa yang sudah ku pelajari sambil berlenggak-lenggok. 

"Ye...hebat anak Ibu, semangat untuk belajar terus ya" puji Ibu.

Hari - hari demi hari ku lewati bersama beberapa teman untuk berlatih di sanggar setiap satu Minggu sekali. Selain latihan di sanggar aku juga sering mengikuti perlombaan yang lain seperti modeling, menggambar, bercerita dan juga tentu menari. 

**

Saat aku kelas 5 SD aku mulai serius untuk mengikuti perlombaan dance Karena  aku beruntung menjadi salah seorang atlet pada cabang olah raga Dance Sport. 

Aku mulai berlatih untuk mempersiapkan Porprov. Aku lebih intensif latihan karena aku mengikuti dua cabang dance yaitu tradisional dan latin dance.

"Chatrin kakinya, ini latin dance bukan tradisional. Latin enggak ada mendak-mendak" tegur coach.

"Maaf Kak, lupa aku" jawabku.

"Ayo ulangi dari awal, inget nanti lomba gak akan diulang, gak ada maaf, ayo serius" terang coach.

Mulai ku berlenggak-lenggok mengikuti musik dengan gerakan pakem yang sudah diajarkan. Ku ingat teguran sang coach agar tidak melakukan kesalahan yang sama. 

"Power, power keluarin" coach mengingatkan.

"Nah gitu gerakan bener, power keluar, besok pas lomba gitu ya" ucap coach.

"Baik Kak" jawabku.

Latihan demi latihan ku ikuti dengan penuh semangat baik tradisional maupun latin dance. Akhirnya saatnya perlombaan yang dinantikan datang juga. Persiapan keberangkatan  pun dimulai.

"Sudah siap semua mbak, sudah masuk semu dalam koper?" Tanya Ibuku.

"Udah Ibu" jawabku.

"Kostum tari, kostum atlet, sepatu hills, sepatu cats, aksesoris tari?" Ujar ibu.

"Udah..udah semua kok" jawabku.

Siang itu aku berangkat ke kota Bandar Lampung untuk  mempersiapkan lomba Porprov. Kami tidak berada di anjungan karena kami masih anak-anak maka kami tinggal di rumah salah satu pengurus.

Seperti biasa aku diantar oleh Bapak, Ibu dan adekku yang masih bocil. Mereka selalu mendukung aku. Dalam perjalanan banyak nasehat yang diberikan oleh Ibu, Bapakku. 

"Mbak nanti di sana jaga diri, tidur waktunya tidur, nurut sama coach dan official" nasehat ibu.

"Semangat pas lomba, lakukan yang terbaik, menang kalah itu sudah biasa, menang itu bonus, yang penting lakukan yang terbaik" tambah Bapak.

Aku bahagia dan bersyukur orang tuaku tidak menuntutku untuk menang yang penting aku berjuang dan melakukan yang terbaik. Hal ini membuat aku menjalani perlombaan dengan senang dan tidak ada beban. Teringat cerita seorang temanku

"Mbak aku kadang bingung dan takut nanti gak menang" ungkap Lia temanku.

"Tenang aja Lia namanya lomba pasti ada yang menang ada yang kalah" jawabku.

"Iya mbak tapi kali aku gak menang pasti orang tua ku marah" ungkap Lia.

Kasian sekali Lia dituntut demikian, ini akan menjadi beban buat Lia saat lomba. 

**

Lomba pun dimulai pada hari pertama ini cabang tradisional dance. Tiba giliran Aku dan Lulu maju untuk tampil sebagai perwakilan kabupaten Pringsewu untuk U 16. Kami tampil dengan kompak dan tidak ada kesalahan sama sekali.

"Ayo semangat Chatrin, Lulu, pasti juara" seru para teman atlit lain dan juga coach serta official dari luar arena. 

"Sipp..bagus ujar coach" sambutnya setelah selesai tampil.

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pengumuman hasil perlombaan hari ini. 

"Medali emas Tradisional  dance U 16 diraih oleh  nomor urut 03 perwakilan dari kabupaten Pringsewu" ujar MC.

Bahagia bercampur haru, air mata menetes di pipiku. Langsung aku menelpon ibuku.

"Halo Mbak, ada apa?" Tanya ibuku.

"Ibu aku dapet medali emas, aku sambil menangis" ujarku.

"Ya ampun, Puji Tuhan, selamat Mbak, terus semangat untuk besok jangan sombong" ungkap Ibuku.

**

Hari kedua mulailah latin dance, tidak seperti tradisional, latin dance ini terdiri dari beberapa babak. Hari itu aku bisa lolos sampai babak final yang berarti peserta tinggal 4 orang. 

Hari ketiga dimulai saatnya final.

"Semangat untuk hari ini, jangan grogi, lakukan yang terbaik" ujar coach. 

"Baik coach" jawabku.

"Cabang selanjutnya latin dance rumba, para atletnya silahkan memasuki lapangan" pinta MC.

Pertandingan dimulai aku mulai bergerak mengikuti irama, aku lakukan yang terbaik. Suara semangat dan motivasi terdengar dari para penonton. Namun itu tidak memecah konsentrasi ku.

Akhirnya lagi selesai dan selesai juga tarian yang harus dilakukan. Aku bersama para atlet menunggu dengan cemas menggunakan pengumuman hasil lomba. 

Saat pengumuman hendak dilakukan Ibu, Bapak, dan adekku sudah ada di lokasi. 

"Saat yang ditunggu-tunggu, kita akan mengetahui pemenang lomba pada cabang dance sport latin dance, sudah siap semua?" Tanya MC.

"Siap" jawab seluruh hadirin di ruang GSG tersebut.

"Baik kita akan memulai pengumuman hasil lomba Porprov" ujar MC.

Cabang demi cabang diumumkan, teman-teman ku sudah mendapatkan medali perak, perunggu. 

"Medali emas latin dance rumba U 16 diraih oleh nomor 9 perwakilan dari kabupaten Pringsewu" ujar MC

Aku bahagia dan juga terharu, aku peluk teman-teman atlet, coach dan official. Aku maju ke podium lengkap dengan kostum ku.  Aku menerima medali emas yang kedua. 

Bahagia dan haru, aku langsung memeluk Ibu dan Bapakku serta adekku.  Aku bahagia  menjadi anaknya karena orang tuaku tidak pernah menuntutku untuk  selalu menjadi yang paling dan memberikan kebebasan  untuk mengembangkan bakat dan minatku. 

Orang tua yang memiliki pandangan bahwa setiap anak memiliki kecerdasan masing-masing. Tidak pernah membandingkan dengan anak-anak lain. Terimakasih Ibu, Bapak akhirnya aku bisa berprestasi dengan bakat dan minatku. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun