Mohon tunggu...
Martue_54
Martue_54 Mohon Tunggu... Human Resources - Culturestudy

@penatani

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Birahi Jalanan

8 Mei 2023   12:36 Diperbarui: 17 Mei 2024   00:21 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Mengiringi balutan minggu ini dengan kenangan kemarin adalah hal yang paling ku gemari. Salah satunya Kenangan Birahi Jalannan.

Birahi jalannan adalah seorang pengembara darah yang tak kunjung pulang sebelum menemukan mangsanya. Entah ke penjuru mana birahi itu akan pergi, namun rasanya tidak untuk saat ini menunggu kepulangannya. Birahi punya langkah yang indah, manis. matanya yang ekspresif mampu menelanjangi setapak-setapak kecil yang tak kasat mata. Kesendirian mengambil langkahnya jauh terombang-ambing dilaut lepas yang entah kapan dia akan menepi. 

Birahi itu selalu terbangun ditengah malam, seruan itu menggema lagi, nada dasar yang murni, murni lahir dari seorang perempuan paru baya yang dia tinggalkan beberapa tahun lalu. Dia adalah anak dara yang miskin, menikah dengan pria yatim piatu lalu  menambal kemiskinan dari tahun, bulan dan hari. Hingga celah kemiskinan itu sedikit demi sedikit tertutupi, tapi masi meninggalkan celah yang pada akhirnya akan terus ditambal hingga dan mungkin sampai usia mengakhiri hidupnya.

Birahi yang malang, tak peduli seberapa kuatnya  dia berteriak hingga ujung suara menembusi benteng yang dilapisi baja - baja hingga mengeras tujuh turunan pun akan tetap meninggalkan celah. Celah di mana anjing-anjing terus menggongong di surau, hingga kencingnya mengalir dipinggiran tembok yang bercat merah, membuat warna tembok seketika menguning. Tikus-tikus jalanan yang terus menggerutu di bawah kolong, lembut menatap terang yang tak kunjung sepi, agar bisa keluar dan mendapatkan sehelei roti. Rengekan babi yang meminta jatah sore menjelang malam dan ayam-ayam yang terus berperang dengan tuannya untuk mendapatkan tempat ternyaman dimalam hari. Dan birahi masi terus menjadi birahi jalanan yang penuh harap. Penuh harap pada keresahan di atas keresahan.

Rasanya sudah berlari sangat jauh tapi celah itu, ya....celah itu terus menggerogoti ingatanNYA, hingga akhirnya hanya perlu menggenggamnya lebih kuat dan menutup sementara dengan telapaknya yang tebal dan perlahan membalutinya tapi tidak dalam waktu dekat.

Akhirnya Birahi jalannan, mengambil jalan lain dan menikmatinya dengan cara lain. Dengan cara yang ia senangi, ia gemari dan ia rindukan.

dan pagi hari kopinya selalu mengental mengental, manisnya begitu pekat dilidah, Birahi terpaku ditegukkan kopi terakhir, waktu masi pukul 10.36. Dan tak ada satupun yang dilakukan hari ini, kisah lelaki malang membuatnya sedikit manis pada lembaran-lembaran itu dan sesekali tertawa kecil. Pinnerbeg, nama yang manis, memiliki istri yang polos dan lugu, Lammchen, seorang perempuan yang perangai buruk dalam memasak. 400 ratusan halaman, dan dia baru memulainya di halaman yang ke-101, itu membuatmu tertawa geli dengan kisah pasangan muda yang baru berumur 4 minggu, berjuang dan bertahan hidup dimasa sulit.

Kopi mulai berulah lagi, hari ini sudah beberapa kali mondar-mandir untuk membuang ampasnya. tidak bisakah kau menahan hingga tiba waktunya, pintanya...tapi kesalnya tidak mengurungkan niat untuk berterimakasih padanya karena telah bekerja dengan sempurna, membuatnya mengabiskan beberapa kata dilaman ini.

Birahi benci rasa lapar, dan haus akan kata. Jika tidak ada perut mungkin tidak akan rasa lapar, begitu pikirnya. Makanlah makanan yang bergizi agar betumbuh dan berkembang dengan baik. Ahhhh omong kosong macam apa itu. Nasi, sayur, lauk, buah dan susu itukah makanan bergizi? bagiku segala sesuatu yang bisa dimakan adalah makanan bergizi. 

Meskipun masa kecilnya mengabiskan waktu dengan tumpukan ubi, jagung, yang kerasnya menggerogoti otak dan tulang yang lambat laun mengeras, tapi otaknyaterbukti manis pada huruf-huruf ini, tentunya itu tidak membuatnya berprasangka buruk pada umbi-umbian itu. Saat ini dia hanya senang pada tubuhnya yang kuat, dan tidak mudah roboh.

Suatu malam,,,,

Dia bergurau dengan seseorang, seorang yang sengaja dia tempatkan di sampingnya.  mimik yang membingungkan, tak ekspresif sama sekali, tetapi selalu membuatnya bergurau. " Aku tidak tau mengapa engkau membawaku begitu jauh sehingga pada akhirnya aku di terlantarkan seperti ini, ini bukan sebuah kebetulan lagi, ini kepastian pahit yang jelas ada di depan mata. Aku memang meminta ini di 13 tahun lalu, tapi apakah aku harus melalui ini. Sepertinya omong kosong itu selalu mengejekku". Dia bergurau lagi, lagi dan lagi. 

Namun di sisi lain, ada sebuah keyakinan yang terus memanggilnya, membuatmu terus menoleh, dan menoleh. Jika omong kosong itu mengejekmu, keyakinan itu memanggilnya dengan lembut. Sekarang dia Justru memiliki defenisi baru untukNya yang sengaja dia ambil dari bacaanMu beberapa minggu lalu, dia begitu senang dengan kalimat itu. Bahkan ditidur malam pun dia terus memikirkan kalimat itu. 

Ku Lihat dia ragu-ragu dan bertanya-tanya apa mungkin ini lahir dari sebuah bentuk eskapisme (lahir hanya untuk memikirkan dunia).....namun kalimat itu terus terbersit dibenaknya dan menguatkanya, " .... adalah tarikan nafas panjang yang terkubur dalam stabilitas jiwa", kurang lebih itulah kalimatnya, yang dia yakini sekarang dan  sungguh merasakan itu,meresapinya dalam balutan jiwa yang sangat emosional, dia bahkan mulai mencintai kalimat itu.

Semoga kesedihan tidak mengambilnya darinya...

Hingga hari ini dia tidak lagi mencintai yang ada di depan mata, melainkan dari kesadaran akan apa dirindukan jiwa, dan apa yang dinikmati tubuhnya. Bernafas..itulah Dia.

Hatinya mulai mengeras. dia  tidak mau menjadi siapapun, yang baru beberapa menit lalu Dia inginkan, seperti Yohana istri pelayan Herodes yang dia selamatkan dari hukuman orang-orang lalim. Rafka, sang mempelai dari Kana pemilik kebun bunga yang menghilangkan rasa dahagaNya dengan sebuah bejana perak, atau mungkin maria dari magdala, yang mendandani dirinya saat melihatNya di bawah pohon cemara atau siapun wujud perempuan yang begitu mencintaiNya dikala itu, yang pasti bukan IbundaNya, yang begitu kau kagumi dan mencintaiNya tanpa henti hingga menyusul ke kediamannya.

Pada akhirnya, Birahi akan jadi seperti ini, seperti dirinya yang tidak ingin menjadi siapapun, tidak juga mereka, yang terus berteriak pada sikapMU hanya untuk mencintaiNya. Karena pada akhirnya cinta yang pantas untukNya adalah cinta yang lahir dari tarikan nafas panjang yang kau nikmati setiap detik menit, bulan dan tahun. itulah cinta yang murni. Cinta yang bergairah, yang menolak kolaborasi dengan yang lain. Kecukupanmu adalah menikmati cintaNya dalam setiap tarikan nafasmu sendiri.

Dan Birahi menyadari bahwa hari sudah menjelang malam, kalimat ini mungkin akan mengakhiri gurauanya. Akhirnya, di sore yang sepi ...dan dia  mengucapkan terimakasih sekali lagi, "kau bekerja dengan sempurna".....Untuk Mu secangkir kopi yang menemaniku beberapa menit yang lalu".....

@martue_54

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun