Mohon tunggu...
Martue_54
Martue_54 Mohon Tunggu... Human Resources - Culturestudy

@penatani

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Birahi Jalanan

8 Mei 2023   12:36 Diperbarui: 17 Mei 2024   00:21 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia bergurau dengan seseorang, seorang yang sengaja dia tempatkan di sampingnya.  mimik yang membingungkan, tak ekspresif sama sekali, tetapi selalu membuatnya bergurau. " Aku tidak tau mengapa engkau membawaku begitu jauh sehingga pada akhirnya aku di terlantarkan seperti ini, ini bukan sebuah kebetulan lagi, ini kepastian pahit yang jelas ada di depan mata. Aku memang meminta ini di 13 tahun lalu, tapi apakah aku harus melalui ini. Sepertinya omong kosong itu selalu mengejekku". Dia bergurau lagi, lagi dan lagi. 

Namun di sisi lain, ada sebuah keyakinan yang terus memanggilnya, membuatmu terus menoleh, dan menoleh. Jika omong kosong itu mengejekmu, keyakinan itu memanggilnya dengan lembut. Sekarang dia Justru memiliki defenisi baru untukNya yang sengaja dia ambil dari bacaanMu beberapa minggu lalu, dia begitu senang dengan kalimat itu. Bahkan ditidur malam pun dia terus memikirkan kalimat itu. 

Ku Lihat dia ragu-ragu dan bertanya-tanya apa mungkin ini lahir dari sebuah bentuk eskapisme (lahir hanya untuk memikirkan dunia).....namun kalimat itu terus terbersit dibenaknya dan menguatkanya, " .... adalah tarikan nafas panjang yang terkubur dalam stabilitas jiwa", kurang lebih itulah kalimatnya, yang dia yakini sekarang dan  sungguh merasakan itu,meresapinya dalam balutan jiwa yang sangat emosional, dia bahkan mulai mencintai kalimat itu.

Semoga kesedihan tidak mengambilnya darinya...

Hingga hari ini dia tidak lagi mencintai yang ada di depan mata, melainkan dari kesadaran akan apa dirindukan jiwa, dan apa yang dinikmati tubuhnya. Bernafas..itulah Dia.

Hatinya mulai mengeras. dia  tidak mau menjadi siapapun, yang baru beberapa menit lalu Dia inginkan, seperti Yohana istri pelayan Herodes yang dia selamatkan dari hukuman orang-orang lalim. Rafka, sang mempelai dari Kana pemilik kebun bunga yang menghilangkan rasa dahagaNya dengan sebuah bejana perak, atau mungkin maria dari magdala, yang mendandani dirinya saat melihatNya di bawah pohon cemara atau siapun wujud perempuan yang begitu mencintaiNya dikala itu, yang pasti bukan IbundaNya, yang begitu kau kagumi dan mencintaiNya tanpa henti hingga menyusul ke kediamannya.

Pada akhirnya, Birahi akan jadi seperti ini, seperti dirinya yang tidak ingin menjadi siapapun, tidak juga mereka, yang terus berteriak pada sikapMU hanya untuk mencintaiNya. Karena pada akhirnya cinta yang pantas untukNya adalah cinta yang lahir dari tarikan nafas panjang yang kau nikmati setiap detik menit, bulan dan tahun. itulah cinta yang murni. Cinta yang bergairah, yang menolak kolaborasi dengan yang lain. Kecukupanmu adalah menikmati cintaNya dalam setiap tarikan nafasmu sendiri.

Dan Birahi menyadari bahwa hari sudah menjelang malam, kalimat ini mungkin akan mengakhiri gurauanya. Akhirnya, di sore yang sepi ...dan dia  mengucapkan terimakasih sekali lagi, "kau bekerja dengan sempurna".....Untuk Mu secangkir kopi yang menemaniku beberapa menit yang lalu".....

@martue_54

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun