Mohon tunggu...
Maria Theressa
Maria Theressa Mohon Tunggu... Guru - Seorang praktisi pendidikan yang senang belajar, menulis, dan dikritisi. Karena segala pujian hanya milik Sang Pencipta semata. Akun twitter : @hommel_edu

Seorang praktisi pendidikan yang senang belajar, menulis, dan dikritisi. Karena segala pujian hanya milik Sang Pencipta semata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Listrik Pintar, Proyek 35000 MW dan Earth Hour

21 April 2016   15:20 Diperbarui: 21 April 2016   16:14 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut PT. PLN Lampung, sebenarnya pemadaman listrik terbagi menjadi dua jenis, yaitu pemadaman terencana dan pemadaman tidak terencana.  Pemadaman listrik terencana biasanya disebabkan adanya perbaikan teknis dan perawatan berkala, seperti penambahan peralatan jaringan, pemeliharan pembangkit tenaga listrik (penggantian kabel konduktor).  Sedangkan pemadaman listrik yang tidak terencana disebabkan oleh beberapa gangguan.  Misalnya; terganggunya unit pembangkit listrik (gangguan sistem pelumasan, sistem pendingin, generator, dan lain-lain), adanya jaringan atau transmisi listrik yang terganggu (akibat petir, terkena pohon roboh, longsor, trafo meledak, dan lain-lain).  Pemadaman listrik yang tidak terencana juga bisa disebabkan karena adanya korsleting, yang notabene kesalahan terletak dari dalam rumah pengguna sendiri.  Namun, jika pemadaman listrik terjadi selama berkali-kali dalam sehari, atau bahkan sudah melampaui sehari, masih wajarkah itu?

Jumlah populasi masyarakat Indonesia yang kian meningkat setiap tahun, tak ayal lagi pasti memerlukan sumber pasokan listrik yang memadai.  Berdasarkan data statitistik Ketenagalistrikan tahun 2015, ada peningkatan penjualan tenaga listrik PLN pada tahun 2014.  Dibandingkan tahun sebelumnya, penjualan tenaga listrik naik sebesar 58,9%.  Pengguna terbanyak berasal dari sektor rumah tangga (84.086,46 GWh), diikuti oleh sektor industri (65.908,67 GWh), sektor komersial atau usaha (36.282,42 GWh), dan terakhir sektor publik atau umum (12.324,21 GWh).  Apakah peningkatan kebutuhan pasokan tenaga listrik ini sudah sebanding dengan jumlah pembangkit tenaga listrik yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia?

Pemadaman listrik yang kerap kali dialami oleh berbagai daerah di Indonesia disebabkan karena kekurangan pasokan listrik.  Cadangan listrik yang terbatas merupakan cerminan ketidakmampuan pasokan listrik dalam mengimbangi pertumbuhan kebutuhan.  Salah satu kebijakan Presiden Jokowi yang diprioritaskan untuk rentang tahun 2015-2019 yaitu pembangunan proyek listrik 35.000 megawatt di beberapa wilayah Indonesia.   Rencana ini masih menimbulkan kontroversi karena dinilai merupakan proyek ambisius dan kurang tepat sasaran.  Arif Fiyanto, seorang aktivis lingkungan Greenpeace mengemukakan bahwa jika sekitar 60% dari total 35.000 megawatt (sekitar 21.000 megawatt) akan digunakan untuk membangun pembangkit listrik di wilayah Jawa dan Bali, maka proyek tersebut masih jauh dari harapan untuk memenuhi pasokan listrik secara lebih merata di wilayah Indonesia.

Menurut Fiyanto yang pernah melakukan perjalanan hampir ke seluruh provinsi di Indonesia, terutama kawasan-kawasan pedalaman dan wilayah-wilayah terpencil di seluruh pelosok nusantara, rasio elektrifikasi di provinsi-provinsi Jawa-Bali telah hampir mencapai 100%.  Sedangkan wilayah Papua, Maluku, dan Nusa Tengara rasio elektrifikasinya masih jauh di bawah rata-rata nasional.  Merujuk pada data yang dikeluarkan Dirjen Ketenagalistrikan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, jumlah desa yang telah memperoleh pasokan listrik (baik oleh PLN maupun non-PLN) hingga Desember 2014, baru mencapai 80.375 di antara 82.190 desa.  Atau dengan kata lain, masih sekitar 2.21% (1.815 desa) masih belum memiliki pasokan listrik, dan kebanyakan desa tersebut berada di wilayah Indonesia bagian timur.  Ironis memang, di saat sebagian besar penduduk daerah perkotaan bergelimang  pasokan listrik, justru di daerah-daerah tertentu harus berjibaku dengan pemadaman listrik untuk mengimbangi pasokan listrik yang lebih merata.

Earth Hour yang didengungkan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengajak masyarakat peduli terhadap perubahan iklim, dengan cara mengurangi pemakaian energi listrik, nyatanya tidak juga mengurangi beban listrik di perkotaan.  Seperti yang dilansir oleh media Tempo.Co, peringatan Earth Hour tidak menurunkan beban listrik di kota-kota besar.  Berdasarkan data PLN, beban listrik di Jakarta pada Sabtu, 19 Maret 2016, sekitar pukul 21.00 WIB, sebesar 5.667 megawatt (MW) atau naik 5,7 persen.  Nilai ini setara dengan 328 MW. Padahal beban listrik di Jakarta pada jam yang sama pada Sabtu lalu, tercatat 5.339 MW.  Sementara untuk beban listrik di Bandung cenderung sama dengan beban tahun lalu. Beban listrik saat Earth Hour tercatat sebesar 1.407 MW.  Untuk di Surabaya beban listrik saat Earth Hour pada pukul 21.00 WIB, 1.369 MW.  Nilai ini justru meningkat dibandingkan beban pada Sabtu lalu di jam yang sama, yakni 1.284 MW.  "PLN mencatat, di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya tidak terjadi penurunan beban listrik saat Earth Hour," kata Senior Public Relation Manager PT PLN Agung Murdifi dalam pesan tertulisnya, Jakarta, Minggu, 20 Maret 2016.

EFEK DOMINO LISTRIK PINTAR

Alih-alih terus-terusan mencibir PLN dan mengkritik pemerintahan Jokowi –JK dengan program 35.000 MW-nya, sebenarnya kita bisa mulai menciptakan solusi yang dimulai dari diri kita sendiri dulu.  Dengan cara menghemat listrik dan menggunakannya secara bijaksana, kita telah turut andil dalam membantu saudara-saudara setanah-air yang masih membutuhkan pasokan listrik di beberapa wilayah tertentu.  Adanya pasokan listrik yang cukup, mereka akan dapat meningkatkan pertumbuhan wilayahnya di bidang ekonomi, industri bahkan pendidikan.

Layanan Listrik Pintar yang dicanangkan oleh PLN merupakan salah satu upaya menyebarkan “virus hemat listrik” di kalangan masyarakat Indonesia.  Keunggulan dan manfaat menggunakan layaran prabayar Listrik Pintar yaitu sudah tidak diperlukan lagi pencatatan meter oleh petugas PLN, tidak ada sanksi pemutusan dan denda keterlambatan  jika terlambat membayar listrik dan tidak perlu lagi membayar biaya beban bulanan (seperti yang berlaku pada sistem Pasca-Bayar sebelumnya).  Dengan sistem Prabayar yang menyerupai pembelian pulsa telepon seluler ini,  para pengguna listrik bisa merencanakan sendiri jumlah pemakaian listrik (stroom) dalam kurun waktu tertentu.

Stroom adalah 20 digit angka yang dimasukkan ke meter prabayar saat melakukan isi ulang listrik.  Nilai stroom isi ulang pada ATM atau payment point adalah : Rp 20.000, Rp 50.000, Rp 100.000, Rp 250.000. Rp 500.000 dan Rp 1.000.000.  Lebih menyenangkannya lagi, stroom listrik pintar tidak ada masa kadaluarsa, sehingga bisa terus digunakan sampai habis.  Jika ingin segera mengontrol pemakaian listrik, segera migrasikan layanan listrik Pasca-bayar menjadi listrik Prabayar (Listrik Pintar).  Ikuti saja cara-cara berikut ini,

  1. Pelanggan melakukan pendaftaran melalui contact center PLN 123 atau website www.pln.co.id dengan menyiapkan ID Pelanggan (12 digit) yang tercantum pada bukti pelunasan rekening listrik (struk) dan kemudian akan mendapatkan noomor registrasi
  2. Pelanggan membayar biaya penyambungan dan kewajiban (bila ada) yang harus dibayarkan ke PLN.
  3. Pemakaian rekening terakhir yang belum lunas akan dikompensasikan dengan Uang Jaminan Langganan (UJL).
  4. Petugas PLN akan menerbitkan surat persetujuan.
  5. Pelanggan menandatangani surat perjanjian jual beli tenaga listrik.
  6. Petugas PLN melaksanakan penyambungan dan mengaktifkan kWH-meter listrik prabayar.
  7. Listrik Pintar langsung bisa dinikmati pelanggan.

Selain inovasi program Listrik Pintar untuk penghematan pemakaian listrik, saya juga melihat ada niatan positif di balik program layanan ini.  Baru-baru ini saya sempat berkunjung ke kantor PLN Salatiga dalam rangka menemani ibu untuk mendaftarkan pemasangan listrik baru di rumah.  Saya melihat ada usaha pihak PLN untuk berbenah dalam sistem manajemennya.  Guna menghindari praktik calo, segala biaya pemasangan telah tercantum jelas.  Sesuai Peraturan Menteri ESDM No. 33 Tahun 2014 Tanggal 17 November 2014 tentang Tingkat mutu pelayanan dan biaya yang terkait dengan penyaluran tenaga listrik oleh PT. PLN, biaya untuk daya tersambung hingga 450 VA sebesar Rp 421.000, daya tersambung 900 VA sebesar Rp 843.000, daya tersambung 1.300 VA sebesar Rp 1.218.000, daya tersambung 2.200 VA Rp 2.062.000.  Untuk penambahan daya hingga 2.200 dikenakan biaya Rp 937 per VA.  Dengan menggunakan dan menyebarkan informasi yang benar tentang layanan Listrik Pintar, kita juga turut andil dalam membersihkan praktik calo dalam lingkungan PLN.

Dengan bertindak bijaksana dalam menggunakan listrik, kita juga berperan dalam menjaga keseimbangan alam.  Mau sampai kapan kita terus menerus terputar-putar di “lingkaran setan” ?  Pemakaian listrik yang berlebihan menyebabkan  temperatur lingkungan sekitar meningkat.  Jika temperatur lingkungan terus  meningkat secara kontinyu, maka (lagi-lagi) dibutuhkan listrik untuk menyalakan AC dan alat mesin pendingin lainnya.  Jika bukan dari diri kita sendiri yang memulai, lalu harus mulai dari mana untuk memutus “lingkaran setan” ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun