[caption caption="Yuli Ambarsari Rosyidah SPd, guru kelas 1 SDN Segunung, Kecamatan Mojokerto, bersama siswa-siswi kelas 1 membaca Big Book tentang Kebun Binatang di halaman sekolah/marta nurfaidah"][/caption]Belajar tidak harus berada di dalam ruang kelas. Apalagi jika materi yang akan dibahas berkenaan dengan tempat wisata dan binatang. Ini yang dilakukan Yuli Ambarsari Rosyidah SPd, guru kelas 1 SDN Segunung, Kecamatan Mojokerto, bersama siswa-siswi kelas 1.
Duduk bersila, berjajar dengan teman-teman sekelas cukup menyenangkan bagi anak-anak berusia sekitar tujuh tahun ini. Kadang di antara mereka saling mendorong, ada pula yang bergurau sejenak. Suasana membaca pun semakin menarik.“Ayo, tirukan ibu ya!” seru Ambar, panggilan akrab sang ibu guru, kepada muridnya. Sekitar 25 anak serentak pandangannya tertuju ke depan, ke arah ibu guru yang duduk sambil membawa sebuah buku bersampul warna-warni. Perlahan-lahan, Ambar membuka sampul buku besar (Big Book). Saat dibuka, kedua sisi Big Book ini terdiri dari tulisan dan ilustrasi. Masing-masing memenuhi satu lembar penuh.
“Bima dan Ratih, di kebun binatang,” ucap Ambar. Sesaat kemudian muridnya menirukan apa yang dibacanya.
“Mereka melihat monyet,” lanjut Ambar yang ditirukan seketika oleh anak-anak.
Meski sambil berceloteh dengan teman di sebelahnya, perhatian anak-anak tetap tercurah ke suara ibu gurunya. Mereka yang duduk di belakang pun tak khawatir tidak melihat tulisan, sebab tulisan dibuat dengan ukuran cukup besar.
Sesekali beberapa siswa disuruh maju ke depan untuk membaca tulisan yang tertera di Big Book. Seperti Rulli Mufidatul Ilmi (6) yang membaca kalimat ‘Bima dan Ratih ke kebun binatang. Mereka melihat buaya.” Selain itu, ada pula yang bertutur tentang pengalamannya saat berkunjung ke kebun binatang.
Ambar juga menarik perhatian anak dengan menanyakan binatang apa yang sedang diperlihatkan ilustrasi dalam Big Book. Fabian Ibrahim Nabawi (7) langsung bisa menebak binatang apa yang ditunjuk Ambar di buku itu.
“Lion! Itu Lion! Singa!” teriak Fabian yang mengenali langsung binatang bersurai tersebut saat Ambar menunjuknya di buku. Fabian bercerita bahwa dia pernah mengunjungi kebun binatang dan melihat singa di televisi sehingga ia dengan cepat mengenalnya. Di sela kegiatan membaca itu, Ambar menunjukkan selembar kertas bertuliskan kata ‘Binatang’ ukuran besar. Dia memaparkan bagaimana mengeja kata tersebut dengan baik,”bi-na-ta-ng”. Ditunjukkan pula kata-kata seperti ‘burung’ dan ‘singa’. Semua ada dalam Big Book tersebut. Ketiga kata itu mengandung huruf ‘ng’. Ambar sengaja memilih ketiga kata itu untuk tugas siswa berikutnya, yaitu mencari kata-kata yang memakai huruf ‘ng’.
“Selanjutnya, kalian mencari kata-kata berhuruf ‘ng’ di dalam kelas ya. Semua kata ditulis di lembar kertas yang sudah saya siapkan ini. Ayo berbaris dulu,” tuturnya. Anak-anak segera berdiri dan berbaris lurus di depan ibu gurunya. Ambar membagikan kertas berwarna hijau, kuning, merah, dan biru itu kepada semua siswa. Setelah mendapat lembar kertas, mereka berhamburan menuju kelas. Tempat duduk di kelas sudah ditata secara berkelompok. Mereka menempati kursi masing-masing dan langsung membuka kotak pensil. Toh, ada saja yang sengaja tidak duduk tetapi bergabung dengan teman-temannya. Sambil berdiri, dia mengerjakan tugas dari ibu guru Ambar. Hampir setengah jam mereka sibuk mencari kata yang memakai huruf ‘ng’. Setelah selesai, Ambar memilih satu kelompok untuk dibimbing membaca. Kelompok lainnya mengerjakan tugas berhitung memakai alat peraga berupa buah-buahan mini terbuat dari tepung terigu.
Kelompok membaca yang didampinginya diberi tugas menyusun kata dari potongan kertas yang bertuliskan huruf per suku kata. Mereka yang berhasil menata huruf-huruf itu kemudian menulis kata itu di atas selembar kertas. Menurut Ambar, itu adalah pola belajar membaca untuk anak-anak yang kesulitan membaca. Siswa yang lebih baik kemampuan membacanya sudah mampu membuat kalimat utuh dengan kata-kata tertentu, misal ‘serangga’ atau ‘hutan’. Itulah proses Program Membaca Berimbang yang dapat diterapkan melalui beberapa strategi yaitu membaca bersama, membaca terbimbing, dan membaca mandiri. Membaca big book di luar kelas merupakan strategi membaca bersama. Guru melibatkan siswa untuk membaca bersama-sama dengan mengikuti petunjuk.
Bukan big book saja sarana yang dapat digunakan guru untuk mengajak anak membaca bersama. Guru bisa memakai puisi, lagu, dan kegiatan lainnya yang mendorong siswa untuk menulis. Untuk itulah, murid kelas 1 SDN Segunung menuliskan kata-kata yang memakai huruf ‘ng’. Apa yang dilakukan Ambar di dalam kelas dengan satu kelompok siswa merupakan praktik dari strategi membaca terbimbing. Anak-anak di kelas dikelompokkan berdasar kemampuan membaca yang sama (homogen). Buku baru diperkenalkan oleh guru kepada muridnya serta senantiasa membimbing setiap siswa dalam membaca dan memahami seluruh bacaan.
Tingkat kelas tidak selalu menentukan kemampuan membaca anak. Kerap pula dijumpai siswa kelas 4 sekolah dasar (SD) masih terbata-bata ketika membaca. Kondisi ini yang menjadi perhatian USAID PRIORITAS dan menjadi landasan digelarnya program Membaca Berimbang. Buku yang dibaca Ambar termasuk dalam Buku Bacaan Berjenjang (B3) Jenjang B. Materinya menceritakan tentang Bima dan Ratih yang sedang mengunjungi kebun binatang. Di sana, mereka melihat monyet, singa, harimau, dan sebagainya.
“Program ini membuat guru tahu solusi menangani anak-anak yang masih mengalami kesulitan membaca. Mereka merasa tidak dibedakan dengan teman-temannya yang sudah lancar membaca,” ungkap Ambar. Strategi membaca bersama dirasakan Ambar sebagai solusi terbaik untuk membuat anak tetap bersemangat membaca meski memiliki kemampuan yang berbeda. “Saya menjadi tertolong dengan adanya strategi ini,” ujar perempuan yang baru menerima materi Program Membaca Berimbang ini pada September 2015.
Mukhsan Hudi, Teacher Training Officer (TTO) Primary School USAID PRIORITAS Jawa Timur, menuturkan membaca bersama memakai Big Book merupakan metode untuk meningkatkan kemampuan membaca kelas awal.
“Buku-buku itu berjenjang untuk masing-masing kelas, mulai dari A hingga F. Anak-anak di kelas juga dikelompokkan sesuai kemampuan membacanya. Membaca terbimbing ini bergiliran, ada jadwalnya sendiri untuk setiap kelompok,” papar Mukhsan. Marlina Simarmata, Technical Coordinator Program Literasi USAID PRIORITAS Jawa Timur, menambahkan Kemampuan membaca anak tidak ditentukan dari tingkat kelasnya tetapi dari kemampuan masing-masing anak.
“Membaca membuat anak mengetahui informasi lebih banyak dan itu semua diawali dengan kemampuan membaca yang baik. Inilah tujuan dari program membaca berimbang,” jelasnya.
Buku-buku Bacaan Berjenjang yang disalurkan ke sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS merupakan kerja sama dengan Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI). B3 ini akan dibagikan ke sekolah-sekolah mitra dan non mitra yang jumlah keseluruhannya di Jawa Timur mencapai 177 SD/MI. (marta nurfaidah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H