Mohon tunggu...
mbah bejo m
mbah bejo m Mohon Tunggu... Indigo -

terbuka , selalu belajar dan belajar , suka bergaul ....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politisasi Masjid dan Jejak Kemenangan Anies

28 April 2017   05:23 Diperbarui: 28 April 2017   18:00 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengkritisi Pilkada kali ini dari kaca mata awam , menurutku adalah pilkada yang terkotor lebih kotor dari jaman orba , Apapun alasan yang di lemparkan ke publik , bahwa hasil pilkada ini adalah kemenangan rakyat , dan benar benar menunjukkan demokrasi sangat sangat meragukan .

, baik , itu hak orang menyatakan pendapatnya tentang pilkada  , dan kenyataanya rakyat indonesia di suguhi dengan adegan adegan pemaksaan berseri dengan mengatas namakan agama  , adalah kenyataan , kasat mata , bukti yang bicara , dan waktu yang akan menyatakan kebenarannya. 

 membaca analisis saudara eep , sebagai konsultan politik , saya sertakan link , dimana strategi politiknya di munculkan ,

http://www.gerilyapolitik.com/di-mana-integritas-eep-saefulloh-fatah-ketika-ia-menyerukan-politisasi-masjid/

https://seword.com/politik/ada-eep-dibalik-politisasi-masjid/

kumparan.com/munawir-aziz/anies-sandi-dan-dosa-dosa-politisasi-masjid

https://www.youtube.com/watch?v=pvumgmkgUug

Dari videonya , dapat di lihat , bagaimana cara mengalahkan petahana 

Tulisan ini tidak bermaksud menggugat hasil pilkada , sekedar mengingatkan ,untuk menjadi pemenang gunakan cara yang fair dalam berkompetisi jangan didik rakyat untuk jadi pecundang dengan menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan ,

 Juara / kemenangan adalah hasil dari sebuah proses , bagaimana menjalani proses untuk mencapai intergritas dan kepercayaan diri karena si pemenang memang pantas untuk menang , menanglah secara wajar , menanglah karena kamu memang pantas untuk menang , 

penutup , 

mengutip analogi saudara eep ,

" Sebagai penutup, saya mau kasih analogi tentang Ahok yang melayani tapi tidak baik itu. Ahok punya kewajiban membuatkan sarapan buat saya, dan saya berhak mendapatkan sarapan yang dia siapkan. Saya duduk di meja menunggu sarapan saya. Ahok datang. Sambil meletakkan piring makanan dan gelas minuman di depan saya, sambil melotot Ahok membentak saya: "Bangsat! Maling! Itu sarapan kamu! Makan situ!"

untuk lengkapnya 

http://www.portal-islam.id/2017/04/eep-saefulloh-fatah-beberkan-kenapa.html

Saya cuma mau mengatakan , Tuhan ciptakan manusia dengan hati , hati yang akan menjadi pertimbangan untuk otak sebelum memutuskan , apa yang harus dilakukan , 

dan saya percaya semua mahkluk hidup punya hati , punya kebaikkan , hubungannya dengan analogi di atas , saya hanya maau mengatakan , Orang yaang paling bangsat sekalipun masih punya hati , jadi kemungkinan ungkapan " "Bangsat! Maling! Itu sarapan kamu! Makan situ!" gak mungkin akan keluar jika orang yang di hadapannya tidak melakukan sesuatu yang salah atau melakukan kesalahan , Logikanya dimana , orang yang tidak bersalah tiba tiba di katain seperti itu , kecuali orang yang di hadapannya itu benar benar bangsat maka sudah sepantasnya ungkapan itu keluar , 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun