Suatu yang aneh dirasakan Ainun setibanya di kota. Kenapa orang-orang tampak seperti perawakan orang zaman dahulu?
Dimana mobil-mobil yang memenuhi aspal? Kenapa semuanya berubah? Gerumulan pertanyaan memenuhi kepala Ainun.
Hawanya sangat aneh. Ainun segera kembali ke desa dengan nafas tak karuan. Saat memasuki desa, tak ada seorang pun yang menanggapi keberadaannya dan semua wajah orang desa juga berbeda.
"Nek!!! Nenek dimanaa nek????" ujarnya resah.
Seorang ibu yang menggendong anaknya keluar dari gubuk. Ainun terheran dan mengajak bicara ibu itu. Nihil ibu itu seolah tak merasakan keberadaan Ainun.
Gempuran pertanyaan terus mengelilingi kepala Ainun. Selama ini nenek tidak pernah memberitahu dimana keberadaan ibu Ainun. Satu hal yang lebih membingungkan Ainun, dimana nenek?
Tunggu dulu, bukankah anak yang digendong tersebut sama dengan foto kecil Ainun?
"Lari! Lari! Bajingan-bajingan itu menyerbu kita," teriak warga. Â Segerombolan prajurit berseragam tengah membunuh orang-orang. Sejarah kelam ini terus disembunyikan warga disana.
Ibu itu berlari sejauh mungkin menghindari manusia berdarah dingin itu. Sampai lah disebuah sungai yang amat deras alirannya. Prajurit itu terus mengejar.
Ibu itu kehabisan akal. Dia mencari sebuah kulit kayu dan menghanyutkan bayinya. Jantung Nun berdegup kencang.
"Matilah kau," ucap salah satu dari mereka.