Mohon tunggu...
Marsya Sanelia
Marsya Sanelia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Derita Ibu dengan Rhesus Negatif

25 November 2017   23:43 Diperbarui: 26 November 2017   00:17 3025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apakah rhesus darahmu positif? Atau negatif? Ternyata, rhesus darah itu sangatlah penting. Mari kita kenali lebih dalam tentang darah, rhesus, dan banyak hal lainnya.

Darah adalah salah satu jaringan ikat yang terdiri atas plasma darah, sel darah, dan trombosit. Plasma darah adalah bagian terbesar pada darah. Plasma darah berfungsi untuk mengikat nutrisi. Komposisi plasma darah terdiri dari air, protein, dan nutrisi. Protein pada plasma darah dibagi menjadi albumin, globulin, dan fibrinogen. Sedangkan nutrisi pada plasma darah terdiri atas glukosa, asam lemak, gliserol, asam amino, vitamin B dan C.

Sel darah dibagi menjadi eritrosit dan leukosit. Eritrosit atau yang biasa dikenal dengan sel darah merah memiliki ciri-ciri bikonkaf atau memiliki cekungan di tengah dan memiliki inti sel. Eritrosit berfungsi untuk mengikat oksigen atau karbon dioksida. Eritrosit diproduksi di sum-sum merah. Eritrosit berisi hemoglobin (Hb) yang jika dipecah terdiri dari (Hem + Fe) + globin. Leukosit dibagi menjadi granular (ada butiran) dan agranular (tidak ada butiran). Granular dibagi menjadi basofil, neutrofil, dan eosinofil. Sedangkan agranular dibagi menjadi monosit dan limfosit (B dan T).

Trombosit (keping darah) atau yang juga dikenal dengan platelet adalah fragmen sel yang tidak bernukleus, berfungsi dalam hemostatis yang berarti penghentian darah, pembekuan darah, dan perbaikan pembuluh darah yang robek.

Kita semua tahu, bahwa kita mempunyai golongan darah tersendiri. Ada yang A, B, O, atau AB. Lalu, apa itu sebenarnya golongan darah? Golongan darah adalah klasifikasi darah berdasarkan ada tidaknya zat antigen warisan di atas permukaan membran sel darah merah. Antigen disini lebih sering dikenal dengan aglutinogen. Karena adanya aglutinogen, tubuh terangsang untuk membuat antobodi dalam plasma darah. Antibodi ini biasa dikenal dengan aglutinin. Reaksi antara aglutinin dan aglutinogen ini menyebabkan penggumpalan sel darah merah , yang biasa dikenal dengan proses aglutinasi.  

Sejarah penggolongan darah awalnya ditemukan oleh Karl Landsteiner, seorang ilmuwan Austria. Dengan meminta bantuan teman kerjanya, ia mereaksikan sel darah merah dan serum dari donor. Dari percobaan itu, ia menemukan dua macam reaksi (aglutinogen A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki aglutinogen). Hasil percobaan itu adalah ditemukannya 3 golongan darah, yaitu A, B, dan O. Selain Karl Landsteiner, penemu golongan darah yang lain yaitu Alfred Von Decastello dan Adriano Struli, yang merupakan teman kerja Karl Landsteiner. Mereka menemukan aglutinogen A dan B secara bersamaan di sel darah merah, tetapi tidak ditemukan aglutinin pada serum. Dapat kita ketahui bahwa mereka menemukan golongan darah AB.

Orang yang memiliki golongan darah A memiliki aglutinogen A dan aglutinin yang berarti anti-B. Sedangkan orang yang bergolongan darah B memiliki aglutinogen B dan aglutinin yang berarti anti-A. Orang yang  bergolongan darah AB memiliki aglutinogen A dan B, tetapi tidak memiliki aglutinin. Dan orang yang bergolongan darah O memiliki tidak memiliki aglutinogen, dan ber aglutinogen baik maupun .

Cara mengetahui golongan darah mudah, yaitu meneteskan darah dengan serum anti-A, anti-B, dan anti-AB. Jika pada darah yang ditetesi serum anti-A terdapat penggumpalan, artinya golongan darahmu yaitu A. Sedangkan bila pada darah yang ditetesi serum anti-B terdapat penggumpalan, berarti kamu memiliki golongan darah B. Dan jika pada darah yang ditetesi serum anti-AB terdapat penggumpalan, maka golongan darahmu yaitu AB. Namun, jika kamu tidak menjumpai penggumpalan sama sekali, itu berarti golongan darahmu adalah O.

Lalu, apakah kamu pernah dengar kata "rhesus"? Apakah rhesus itu? Rhesus merupakan protein atau antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit. Rhesus dibedakan menjadi dua, yaitu rhesus positif (+) dan rhesus negatif (-). Penggolongan ini didasarkan pada ada tidaknya aglutinogen RhD pada permukaan sel darah merah. Orang yang memiliki rhesus positif (Rh+) memiliki aglutinogen RhD. Sedangkan orang yang memiliki  rhesus negatif (Rh-) tidak memiliki aglutinnogen RhD. Meskipun terdengar simple, rhesus ini sangatlah penting.

Sejarah penemuan rhesus diawali dengan penemuan oleh Karl Landsteiner dan Weiner. Penggolongan darah sistem rhesus ini mendapat nama dari monyet jenis rhesus (Macca mulatta). Kera ini memiliki faktor protein yang disebut rhesus positif, sedangkan yang tidak memiliki faktor protein disebut rhesus negatif.  Cara mengetahui rhesus yaitu dengan melakukan pengecekan darah di laboratorium atau di puskesmas.

Di setiap ras, persentase rhesus positif dan rhesus negatif berbeda-beda. Secara keseluruhan sebagian besar penduduk  dunia memiliki rhesus positif. Pada orang Asia, lebih dari 90% memiliki rhesus positif dan sisanya memiliki rhesus negatif. Pada ras bule, sekitar 15-18% orang memiliki rhesus negatif. Menurut penelitian, di Indonesia hanya 1% penduduk memiliki rhesus negatif.

Pernahkah kalian mendengar bahwa orang yang memiliki rhesus negatif itu berada di posisi yang berbahaya, terutama untuk wanita? Benarkah pernyataan itu? Pernyataan itu benar, karena ini dapat berdampak pada keturunan ibu tersebut. Orang pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah ber-rhesus positif karena tubuh penerima donor (rhesus negatif) akan menganggap darah donor (rhesus positif) sebagai benda asing dan akan menyerangnya dengan menghasilkan antibodi.

Sebelumnya, pernahkah kalian dengar eritroblastosis fetalis? Eritroblastosis fetalis adalah kelainan darah yang mengancam nyawa janin dimana dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan hati dan limpa, anemia, penyakit kuning, dan gagal jantung pada janin itu.  Eritroblastosis fetalis pada umumnya disebabkan oleh isoimunisasi, yaitu pembentukan antibodi yang digunakan untuk menyerang antigen individu lain yang berbeda. Gejala eritroblastosis fetalis yaitu anemia (kekurangan sel darah merah), edema (radang dibawah permukaan kulit), pembengkakan hati dan limpa, hidrops fetalis (masuknya cairan ke dalam ruang pada jaringan tubuh), dan bahkan dapat menyebabkan kematian intrauterin.

Jika ada seorang pria yang memiliki rhesus negatif menikah dengan wanita yang memiliki rhesus positif, maka janin wanita tersebut yang memiliki rhesus negatif akan tetap aman. Wanita yang memiliki rhesus positif jika menikah dengan pria yang ber-rhesus positif juga tetap aman. Dan juga wanita ber-rhesus negatif jika menikah dengan pria yang memiliki rhesus negatif pun tetap aman.

Sedangkan bagi pria yang memiliki rhesus positif dan wanita yang ber-rhesus negatif, janin yang dikandung (memiliki rhesus positif) akan berada dalam bahaya karena ibu akan menganggap darah janin antigen sehingga ibu akan memproduksi antibodi dan menyerang janin tersebut karena sudah dianggap sebagai benda asing. Lalu, sel darah merah janin akan pecah dan hancur atau biasa disebut hemolisis. Kejadian ini merupakan kejadian eritroblastosis fetalis. Kondisi ini sangatlah berbahaya karena dapat mengancam nyawa si janin.

Pada kehamilan pertama, janin masih termasuk aman dan belum terkena dampak serius. Hal ini terjadi karena ketika ibu mendeteksi sel darah merah janin sebagai antigen, ibu mulai memproduksi antibodi, tetapi antibodi itu belum digunakan untuk menyerang antigen tersebut. Lalu pada kelahiran selanjutnya, ibu yang sudah "merekam" antigen itu seperti apa, mengeluarkan antibodi yang sudah disiapkan untuk menyerang antigen yang baru sebagai benda asing. Maka dari itu, kelahiran kedua lebih berbahaya dibanding kelahiran pertama.

Selanjutnya, apakah eritroblastosis fetalis dapat diobati? Eritroblastosis fetalis tidak dapat diobati hingga tuntas, namun dapat diperkecil kemungkinan terjadinya eritroblastosis fetalis. Caranya yaitu dengan memyuntikkan anti-RhD (Rho) immunoglobulin atau RhoGam pada ibu. Anti-RhD (Rho) immunoglobulin bekerja dengan cara menghancurkan sel darah merah janin yang beredar di tubuh ibu sebelum ibu berhasil membentuk antibodi yang digunakan untuk menyerang sel darah merah janin. Hal ini meyelamatkan janin dari antibodi yang diproduksi ibu.

Suntikan diberikan lewat pembuluh darah (IV) atau lewat otot (IM). Meskipun ini bersifat mencegah, ada efek sampingnya. Efek samping dari pemberian suntikan ini yaitu pusing, nyeri pada daerah suntikan, dan juga penghancuran eritrosit. Selain itu, ada juga efek samping yang lebih jarang dijumpai, yaitu alergi, kerusakan ginjal, dan resiko kecil infeksi.

Rho immunoglubolin disuntikkan pada ibu saat sedang aborsi, persalinan, pendarahan saat hamil, dan hamil ektopik (kehamilan yang terjadi diluar uters).  Rho immunoglubolin tidak dapat digunakan oleh semua wanita. Syarat wanita yang dilarang untuk menggunakan Rho immunoglobulin yaitu wanita yang memiliki rhesus negatif dan memiliki janin ber-rhesus negatif. Selain itu, wanita ber-rhesus negatif yang dulu pernah imunisasi terhadap antigen RhD (mendapat darah rhesus positif), dan wanita yang memiliki rhesus positif juga tidak diperbolehkan untuk menggunakan Rho immunoglobulin.

Selain dengan Rho immunoglobulin, eritroblastosis fetalis dapat diatasi dengan transfusi darah. Transfusi darah ini dilakukan pada bayi yang sudah lahir. Bayi harus segera ditransfusi darahnya dengan darah ber-rhesus positif karena sel darah merah nya yang sudah mengalami kerusakan. Sel darah merah yang ditransfusikan ke bayi akan membelah diri dan menyebabkan organ-organ vital seperti jantung, paru-paru, dan hati dapat bekerja.

 Hati yang tadi mengalami pembengkakan akibat janin bekerja secara berlebihan dalam memproduksi sel darah merah akan mendapat suplai nutrisi baru dari sel darah merah segar maka dapat mempoduksi sel ddarah merah yang baru lebih banyak. Kulit bayi yang awalnya kekuningan akan kembali lagi menjadi normal berkat sel darah merah segar yang baru. Transfusi darah dapat membuat organ kembali bekerja, tapi tidak dapat memperbaiki jaringan yang rusak karena anemia berat yang diderita janin.

Dari sini, dapat kita tarik kesimpulam bahwa golongan darah dibai menjadi 4, yaitu A, B, AB, dan O. Hal yang penting selain golongan darah yaitu rhesus. Rhesus merupakan protein atau antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit dan dibagi menjaddi rhesus positif dan rhesus negatif. Untuk wanita yang memiliki rhesus negatif memiliki resiko yang lebih besar dibanding wanita yang memiliki rhesus positif terutama dibidang kehamilan. Jika wanita yang memiliki rhesus negatif mengandung janin yang ber-rhesus positif, hal ini dapat menyebabkan eritroblastosis fetalis yang sangat beresiko bagi janinnya, terutama pada kelahiran kedua karena sel darah merah janin yang dianggap benda asing oleh ibu sehingga diserang menggunakan antibodi yang diproduksi ibu. Eritroblastosis fetalis dapat ditangani dengan transfusi darah dan penyuntikkan Rho immunoglobulin.

Demikian artikel saya tentang rhesus dan eritroblastosis fetalis. Saya harap artikel ini dapat bermanfaat bagi anda. Mohon maaf bila ada kesalahan dan informasi yang tidak sesuai. Terima kasih atas waktu yang anda luangkan untuk membaca artikel ini.  

Sumber: 

id.wikipedia.org

mediskus.com

www.kaskus.co.id

www.klinikherbaldunia.com

www.rhesusnegatif.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun