Mohon tunggu...
Annisa Marsya Rizqitta
Annisa Marsya Rizqitta Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

I'm a cat lover who loves spending time with my furry friends.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Dilema Kualifikasi vs Peluang: Realita Pahit Para Pencari Kerja

11 September 2024   22:13 Diperbarui: 11 September 2024   22:55 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pexels.com/cottonbro studio

Pasar kerja adalah tempat yang berperan sebagai titik temu antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Saat ini, pasar kerja Indonesia ditandai oleh persaingan dan kondisi yang semakin ketat. Jumlah pencari kerja yang terus bertambah, terutama lulusan baru, sangat kontras dengan terbatasnya ketersediaan kesempatan kerja yang berkualitas. 

Banyak lulusan universitas di Indonesia mengharapkan posisi yang sesuai dengan latar belakang akademis mereka, gaji yang menggiurkan, dan kemajuan karier yang pesat. Namun, kenyataan yang mereka hadapi sering kali berbeda jauh dari harapan tersebut. Banyak perusahaan mencari kandidat dengan kualifikasi yang lebih tinggi, pengalaman yang relevan, dan keterampilan tambahan bahkan untuk posisi tingkat pemula. Lebih jauh lagi, para pencari kerja mungkin mendapati diri mereka harus menerima upah yang berada di bawah standar upah minimum.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2024, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,2 juta jiwa, sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,82 persen. Dana Moneter Internasional (IMF) melaporkan bahwa Indonesia saat ini memiliki tingkat pengangguran tertinggi di kawasan ASEAN. Dalam laporan World Economic Outlook April 2024, IMF mengindikasikan bahwa tingkat pengangguran Indonesia sebesar 5,2%, melampaui enam negara lainnya, yaitu Filipina (5,1%), Brunei Darussalam (4,9%), Malaysia (3,52%), Vietnam (2,1%), Singapura (1,9%), dan Thailand (1,1%). 

Menurut Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia masih banyak menghadapi tantangan terkait rekrutmen, produktivitas, pengupahan, dan jaminan sosial. Menurut keterangannya, tidak ada “link and match” antara calon tenaga kerja dengan apa yang dibutuhkan pasar kerja, sehingga mengakibatkan kurangnya keselarasan antara calon tenaga kerja dan kebutuhan pasar.

Tantangan Pasar Kerja di Indonesia, Kualifikasi Tinggi tetapi Peluang Rendah

Persaingan tenaga kerja di pasar kerja yang semakin ketat memberikan beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pencari kerja, seperti berikut:

1) Pendidikan

Banyak lulusan perguruan tinggi mengalami pengangguran akibat ketidakcocokan antara profil lulusan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Setiap tahun, jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia terus meningkat, sementara permintaan tenaga kerja dari perusahaan tetap lebih rendah dibandingkan dengan jumlah lulusan. Beberapa program pendidikan cenderung lebih fokus pada teori dan kurang memberikan keterampilan praktis yang diperlukan di lapangan, membuat lulusan kesulitan bersaing dengan mereka yang memiliki pengalaman praktis atau keterampilan yang sesuai dengan tuntutan industri.

2) Pengalaman Kerja

Masalah yang sering dihadapi oleh fresh graduate saat melamar pekerjaan adalah persyaratan pengalaman kerja yang diminta oleh banyak perusahaan. Meskipun mereka baru saja menyelesaikan studi mereka, banyak posisi entry-level yang mengharuskan calon kandidat untuk sudah memiliki pengalaman kerja sebelumnya. Hal ini menciptakan kesenjangan yang signifikan, karena lulusan baru sering kali belum memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman praktis yang diharapkan. Akibatnya, mereka terjebak dalam siklus di mana sulit untuk mendapatkan pekerjaan tanpa pengalaman, tetapi juga sulit untuk mendapatkan pengalaman tanpa pekerjaan.

3) Keterampilan Khusus

Perusahaan sering kali menuntut keterampilan khusus dari calon karyawan, seperti penguasaan bahasa asing, penguasaan software tertentu, atau sertifikasi profesional. Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi, kemampuan berbahasa asing menjadi nilai tambah yang penting, terutama bagi perusahaan yang beroperasi di pasar internasional atau berhubungan dengan klien dari berbagai negara. Sertifikasi profesional juga sering diminta untuk menunjukkan kompetensi dan pengetahuan yang mendalam dalam bidang tertentu.

Mengapa Persyaratan Kerja Semakin Tak Terjangkau?

1) Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi baru sering kali berkembang lebih cepat daripada kemampuan pendidikan dan pelatihan yang ada, sehingga individu harus terus-menerus memperbarui keterampilan mereka untuk tetap relevan di pasar kerja. Akibatnya, pencari kerja sering menghadapi tantangan besar dalam memenuhi persyaratan yang semakin tinggi dan mampu beradaptasi dengan tuntutan yang terus berkembang.

2) Persaingan Global

Perusahaan Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dalam bersaing dengan perusahaan global yang semakin mendominasi pasar internasional. Di era globalisasi, investasi pada pengembangan sumber daya manusia merupakan kunci untuk mempertahankan daya saing di pasar global dan mendorong pertumbuhan bisnis. Tenaga kerja yang berkualitas tidak hanya menguasai pengetahuan teknis, tetapi juga memiliki soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, beradaptasi, dan bekerja dalam tim yang baik.

3) Perubahan Struktur Ekonomi

Pergeseran dari sektor tradisional ke sektor modern telah mengubah jenis pekerjaan yang ada serta kualifikasi yang dibutuhkan. seiring dengan kemajuan teknologi dan digitalisasi, sektor modern lebih menekankan pada keterampilan berbasis pengetahuan dan teknologi, seperti pengembangan perangkat lunak, analisis data, dan pemasaran digital. Tenaga kerja saat ini harus lebih terampil dalam penggunaan alat digital dan memiliki kapasitas untuk terus belajar dan berinovasi agar dapat memenuhi tuntutan pasar kerja yang semakin dinamis.

Dampak dan Solusi dalam Dunia Kerja yang Semakin Kompetitif

Tingginya standar persyaratan kerja sering kali menyebabkan ketidakcocokan antara keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja dengan kebutuhan pasar. Hal ini bisa mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi, terutama di kalangan lulusan baru atau pekerja yang kurang memiliki pengalaman. Lulusan baru mungkin terpaksa menunda memulai karir profesional mereka karena mereka harus mencari peluang untuk memperoleh pengalaman kerja terlebih dahulu sebelum dapat bersaing. Persyaratan kerja yang ketat dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi, karena hanya segelintir orang dengan keterampilan tinggi yang dapat memenuhi kualifikasi tersebut. Sementara itu, banyak pekerja yang terpaksa bekerja di pekerjaan yang kurang sesuai dengan keterampilan mereka, dengan upah yang lebih rendah dan peluang karir yang lebih terbatas.

Untuk mengatasi masalah sulitnya mencari kerja akibat persyaratan yang ketat, beberapa langkah dapat diambil oleh berbagai pihak. Pertama, pemerintah dapat memainkan peran aktif dengan menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan program pelatihan dan pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, serta mengeluarkan kebijakan yang meminimalisir akan terjadinya pengangguran.

Kedua, perusahaan sebaiknya menyesuaikan persyaratan rekrutmen mereka agar lebih inklusif dengan mempertimbangkan potensi dan kemampuan calon karyawan, bukan hanya pengalaman kerja atau kualifikasi formal. Mereka juga bisa menawarkan program magang atau pelatihan di tempat kerja untuk membantu lulusan baru mendapatkan pengalaman praktis. ketiga, pencari kerja haruslah sadar untuk mengembangkan keterampilan tambahan dengan mengikuti kursus online atau pelatihan yang dapat meningkatkan daya saing mereka. 

Dengan melakukan langkah ini, diharapkan mampu tercipta keseimbangan yang lebih baik antara penawaran dan permintaan di pasar kerja, serta memberikan peluang lebih besar bagi para pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun