Setiap tahunnya, umat Islam merayakan Iduladha. Umumnya, anak-anak dengan antusias menyambut hari raya tersebut, mulai dari ikut memberi makan hewan kurban sebelum disembelih hingga menyaksikan penyembelihan hewan kurban tersebut. Momen Iduladha yang berkesan ini seringkali memicu rasa penasaran anak-anak, tak jarang mereka mengajukan pertanyaan seperti, "Mengapa manusia berbuat kejam dengan memotong sapi dan kambing, lalu membagikannya ke setiap rumah untuk dimasak dan dikonsumsi?" atau "Mengapa Allah Swt. memerintahkan manusia untuk berkurban?"
Nah, peran orang dewasa dalam menanggapi pertanyaan tersebut sangat penting, lho. Jangan sampai anak salah dalam memahami makna Iduladha. Oleh sebab itu, orang dewasa---terutama orang tua---bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan yang bijaksana dan penuh pengertian kepada anak mengenai makna dan tujuan di balik penyembelihan hewan kurban pada saat Iduladha.
Pengorbanan
Momen Idul Adha tidak terlepas dari peristiwa yang menimpa Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Berangkat dari hal itu, orang tua dapat menceritakan peristiwa tersebut agar anak mampu memaknai Iduladha sebagaimana mestinya. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur'an, Nabi Ibrahim a.s. bersama istrinya sangat menantikan seorang buah hati, lalu lahirlah Nabi Ismail a.s. Ketika Nabi Ismail a.s. remaja, Nabi Ibrahim a.s mendapatkan perintah dari Allah Swt. melalui mimpinya untuk menyembelih putra satu-satunya itu. Setelah mengalami pergolakan batin, Nabi Ibrahim a.s bersedia melaksanakan perintah Allah Swt. karena ia menyadari bahwa putra semata wayangnya tersebut hanyalah titipan dari-Nya (Universitas Islam Indonesia, 2020).
Selanjutnya, orang tua dapat menjelaskan kepada anak mengenai pelajaran penting yang dapat dipetik dari cerita tersebut, yakni yang dikurbankan oleh Nabi Ibrahim a.s bukanlah putranya, melainkan rasa kepemilikannya terhadap Nabi Ismail. Dengan demikian, anak mulai mengerti, bahwa makna di balik Iduladha bukanlah berbuat kejam kepada binatang, melainkan mengorbankan sebagian kecil dari harta untuk dibelikan hewan ternak yang nantinya akan dibagikan kepada orang lain, sebab sesungguhnya harta dan segala hal yang bersifat duniawi hanyalah titipan Allah Swt (Purwitasari, 2023). Dengan begitu, pertanyaan yang sering muncul dalam benak anak mengenai Iduladha dapat terjawab.
Penting bagi orang tua untuk menjelaskan pula, bahwa pengorbanan kepada Allah Swt., bukan hanya soal menyisihkan harta untuk membeli hewan ternak pada saat Iduladha, melainkan jauh lebih dari luas daripada itu. Pengorbanan kepada Allah Swt. melibatkan kesediaan untuk memberikan yang terbaik dari diri kita, baik berupa waktu, usaha, kemampuan, dan kebaikan kepada orang lain. Dengan demikian, anak dapat menerapkan sikap yang sama dalam kehidupan sehari-hari.
Keikhlasan
Makna Iduladha selanjutnya adalah ikhlas. Keikhlasan ini berkaitan dengan pengorbanan kepada Allah Swt. Agar anak dapat memaknai Iduladha sebagai wujud keikhlasan, maka orang tua dapat menjelaskan hikmah yang dapat dipetik dari kisah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismal a.s., yakni melalui Nabi Ibrahim a.s kita belajar akan keikhlasan. Keikhlasan melepaskan kepemilikan. Entah itu jabatan, kekuasaan, harta, dan sesuatu lainnya yang bersifat duniawi.
Sama halnya dengan ikhlas dalam berkurban, pengorbanan menyisihkan harta untuk dibelikan hewan kurban harus dilakukan dengan ikhlas, yakni bukan karena inginĀ riya'Ā atau berbangga diri sebab dapat membeli hewan kurban dengan harga yang cukup fantastis, melainkan semata-mata karena Allah Swt.
Selain itu, supaya anak lebih mudah memahami apa yang disampaikan orang tua terkait sikap ikhlas, maka orang tua perlu menjelaskan contoh ikhlas dalam kehidupan sehari-hari, seperti ikhlas berbagi makanan kepada teman yang tidak membawa uang jajan, membantu tetangga yang sedang kesulitan, atau menyumbangkan pakaian yang sudah tidak terpakai kepada korban bencana alam.