Mohon tunggu...
Marshel Leonard Nanlohy
Marshel Leonard Nanlohy Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Finding God In All Things

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Kopi Dabe, Minuman Kopi Rempah dari Timur Indonesia

18 Agustus 2023   21:22 Diperbarui: 18 Agustus 2023   22:04 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi sudah menjadi komoditas yang menjamur di Indonesia. Faktanya, International Coffee Organization (ICO) pada April 2023 menjelaskan bahwa Indonesia merupakan produsen kopi nomor dua di kawasan Asia Pasifik. Posisi satu diduduki oleh Vietnam, sedangkan nomor tiga ditempati oleh India. Dalam satu tahun, Indonesia dapat menghasilkan 10 hingga 12 juta karung.

Dilihat dari perspektif konsumen, Indonesia dapat menyentuh angka konsumsi kopi sebesar 5 juta karung setiap tahunnya. Angka tersebut menduduki posisi kedua terbesar di Asia Pasifik, konsumen terbesar lainnya adalah Jepang, Vietnam, dan Filipina.

Hingga saat ini, kopi masih menjadi salah satu minuman yang paling populer di Indonesia. Bahkan mungkin kedai-kedai kopi saat ini sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Setidaknya di Yogyakarta, hampir setiap sudut Anda dapat menemukan kedai kopi.

Di wilayah Maluku, kopi juga telah menjadi gaya hidup bagi masyarakat, baik di desa maupun di kota. Oleh karena itu, kopi sudah menjadi minuman yang paling disukai selain teh. Sejak ratusan tahun lalu, produksi kopi telah berperan dalam menghidupi masyarakat lokal.

Dari sejarahnya, wilayah Maluku memang sangat identik dengan rempah-rempahnya. Sejak masa kolonialisme, wilayah timur nusantara telah menjadi incaran banyak bangsa dari seluruh dunia.

Pengolahan rempah-rempah telah menjadi kultur bagi masyarakat Maluku. Lebih jauh lagi, Maluku dan sumber daya rempah yang ada di dalamnya telah menjadi identitas yang menonjol sejak dulu.

Keragaman kopi di Indonesia nggak perlu diragukan lagi, deh. Indonesia punya banyak banget jenis kopi, mulai dari kopi gayo di bagian barat sampai kopi bajawa di bagian timur. Semuanya punya ciri khas dan keunikannya masing-masing.

Satu lagi varian kopi yang mungkin masih jarang terdengar adalah kopi dabe dari Tidore, Maluku Utara. Kopi dabe adalah salah satu varian kopi spesial dari Indonesia. Mengapa demikian?

Diracik dengan Rempah

Tidak seperti kopi lainnya, kopi dabe dikenal sebagai minuman kopi yang diracik dengan rempah. Kopi yang dapat ditemukan di Maluku Utara ini memiliki cita rasa yang khas. Kata "dabe" sendiri dapat diartikan sebagai "baku tambah" atau "saling menambahkan" dalam bahasa daerah Tidore.

Adapun yang ditambahkan adalah aneka rempah, seperti jahe (goraka), cengkeh, pala, daun pandan, dan kayu manis. Kombinasi berbagai rempah yang ada pada kopi dabe menciptakan rasa yang kompleks dengan aroma yang unik.

Dari segi rasa, kopi dabe memiliki sensasi hangat, segar, manis, dan asam. Semua rasa tersebut bercampur dalam satu gelas kopi. Kebayang dong, aromanya?

Berbeda dengan pembuatan kopi biasa, bubuk kopi dabe diseduh menggunakan air rebusan rempah-rempah seperti jahe (goraka), cengkeh, pala, daun pandan, dan kayu manis.

Proses penyeduhan tersebut biasanya dilakukan dengan menggunakan kompor tungku tradisional. Tapi kalau Anda tidak memiliki tungku tradisional, pakai kompor gas biasa juga bisa, kok.

Khusus buat Anda yang ada di Jogja, seluruh sejarah, kuliner, dan serba-serbi mengenai Maluku Utara dapat kalian temukan di Juanga Culture, Rumah Budaya Maluku Utara yang ada di Yogyakarta.

Diambang Kepunahan

Romantisme mengenai Maluku dan rempah-rempahnya tidak seindah sejarahnya. Faktanya, saat ini produksi kopi di wilayah Maluku Utara tergolong langka. Keadaan ini disebabkan oleh nilai jual yang rendah dan tidak adanya pasaran kopi di setiap kabupaten/kota.

Padahal konsumsi kopi di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan selama tujuh tahun terakhir. Rerata konsumsi kopi di Indonesia bahkan lebih tinggi (7,77%) dibandingkan pertumbuhan konsumsi kopi di dunia (2,96%).

Permintaan terhadap kopi yang semakin tinggi justru menjadi tantangan karena negara-negara lain akan melihat Indonesia sebagai pangsa pasar potensial industri kopi bagi pelaku bisnis.

Di sisi lain, faktor-faktor seperti perubahan iklim, keterbatasan lahan, dan tenaga kerja yang minim menjadi tantangan lain bagi produksi kopi di Indonesia, khususnya Maluku Utara.

Seperti biasa, peran aktif pemerintah perlu ditingkatkan karena perkebunan kopi di Indonesia masih didominasi oleh perkebunan rakyat. Pemberian subsidi bagi para petani dan program pendampingan dari pemerintah diharapkan dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas tanaman kopi.

Peran pemerintah dalam memperkenalkan budaya khas Maluku Utara saat ini juga diwakili oleh komunitas Juanga Culture di Yogyakarta. Pengetahuan mengenai sejarah, budaya, kuliner, politik, sosial, dan seluruh aspek yang berkaitan dengan kultur Maluku Utara dapat ditemukan di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun