Mohon tunggu...
Marshel Leonard Nanlohy
Marshel Leonard Nanlohy Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Finding God In All Things

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Politik Anti Hero dan Respon Positif Masyarakat atas Aksi Peretasan

15 September 2022   12:31 Diperbarui: 15 September 2022   12:36 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana duka atas meninggalnya Yang Mulia Ratu Elizabeth II seakan hilang disapu oleh tsunami trending topic mengenai kebocoran data orang-orang penting di Indonesia. Mulai dari munculnya nomor telepon pribadi milik seorang Menteri, alamat rumah, dan NIK beberapa tokoh penting di Indonesia, dan sebagainya. Mengapa antusiasme masyarakat begitu besar? Mari bedah bersama~

Kebocoran data merupakan masalah vital di pemerintahan yang beberapa kali telah menjadi perbincangan secara berulang di kalangan masyarakat. Jauh sebelum sosok Bjorka muncul di sosial media, Pemerintah Indonesia telah beberapa kali kecolongan dalam menjaga data-data masyarakatnya.

Jika Anda masih ingat, kebocoran data pernah terjadi pada tahun 2021 ketika penggunaan aplikasi electronic Health Alert (e-HAC) buatan Kementerian Kesehatan yang pada waktu itu digunakan untuk melacak persebaran virus Covid-19. Aplikasi tersebut mengharuskan masyarakat untuk (tentunya) mengisi data-data pribadi yang diperlukan dalam rangka tindakan preventif persebaran virus. 

Dilansir dari Kompas, diperkirakan ada 1,3 juta data masyarakat yang menggunakan e-HAC bocor. Adapun ukuran dari data tersebut adalah 2 GB. Buat download gim Mobile Legends aja cuman 250 MB lhoo...

 Di tahun yang sama, kebocoran data lainnya juga terjadi. Bukan dari aplikasi, kali ini giliran BPJS Kesehatan yang kecolongan oleh seorang anggota Raid Forums (sebuah forum online) yang bernama "Kotz". Ditemukan data sekitar 279 juta penduduk Indonesia yang diperjualbelikan di forum tersebut. 

Data itu juga termasuk penduduk yang telah meninggal dunia, dan lebih parahnya lagi 20 juta diantaranya mengandung foto pribadi. Kabarnya, penjual juga menyertakan tiga tautan yang berisi sampel data dan dapat diunduh secara gratis.

Dalam satu tahun aja, sudah ada dua kasus kebocoran besar yang kalau dijumlahkan mungkin datanya bisa melebihi  setengah dari populasi Indonesia saat ini. Belum kebocoran e-commerce di tahun 2020, belum juga kebocoran data pemilih dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahun 2019 silam. Waah gawat ya...

Belum lama ini -- tepatnya pada April tahun 2022 -- Pemerintah Indonesia dinobatkan sebagai juara dari kebocoran data versi laporan DarkTracer kuartal 1 tahun 2022. Berdasarkan data, total kebocoran terpantau lebih dari 240.000 kredensial dari total 849.859 kredensial yang bocor secara global. Artinya, persentase korban kebocoran di Indonesia adalah sebesar 28 persen dari total kredensial yang bocor.

Laporan tersebut seakan-akan menunjukkan keabsahannya dengan munculnya Bjorka. Awalnya, saya menduga 'Bjorka' ini adalah sebutan fans musisi asal Islandia yaitu Bjrk. Dugaan awal tersebut salah total, ternyata Bjorka ini bukan sebutan dari fans Bjrk. Lebih jauh lagi, Bjorka justru mendapatkan banyak fans khususnya masyarakat Indonesia. Kenapa ya...?

Tindakan Bjorka ini jelas termasuk ke dalam jenis pelanggaran UU ITE. Wong meretas pemerintah yo jelas melanggar hukum toh. Pelanggaran tersebut tercantum pada Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Jika melanggar, ancamannya adalah pidana dengan hukuman paling berat penjara 8 tahun dan denda 800 juta rupiah. Artinya, penyadapan dan peretasan itu harusnya nggak bisa sembarangan di Indonesia.

Melanggar hukum tapi kok punya banyak penggemar, ya? Nah, ini yang unik dari kejamnya Bjorka meretas data-data pemerintah. Dari pengamatan singkat saya, kok rasa-rasanya Bjorka ini memunculkan aura negatif yang positif ya. Supaya ada gambaran, cobalah membayangkan peran "Anti-Hero" yang menurut Anda paling ideal dalam tokoh fiksi maupun di dunia nyata.

Mengapa mencari yang paling ideal? Masalahnya, perlu dipahami bahwa belum ada yang tahu motif apa yang melatarbelakangi tindakan membabi-buta Bjorka ini. Idealnya, narasi Anti-Hero berfungsi dalam mendorong boundaries atau batas-batas normal masyarakat dalam menilai suatu pahlawan (hero) secara konvensional menjadi lebih beragam.

Gampangnya, ketika sosok Anti-Hero muncul, Anda tidak langsung menilai baik/buruk tindakannya, melainkan justru mengkritisi peran heroik apa yang selama ini sudah dilakukan olehnya. Dalam hal ini, melakukan peretasan adalah hal yang nggak menggambarkan sikap kepahlawanan sama sekali.

Tapi sebaliknya, Bjorka justru mendapat simpati dari masyarakat yang selama ini merasa tidak puas terhadap kinerja pemerintah. Padahal, selama ini wajah yang ditunjukkan oleh pemerintah kepada masyarakat adalah wajah yang adem, ayem, lan tentrem aja.

Mengutip tulisan ciamik Richard Wilson dalam bukunya yang berjudul Anti Hero: The Hidden Revolution in Leadership & Change bahwa sosok Anti-Hero membantu menjelaskan mengapa begitu banyak dari masyarakat frustrasi dengan pemimpinnya. Di sisi lain, peran Anti-Hero juga dapat menjelaskan mengapa isu populer apapun seharusnya nggak mengejutkan masyarakat.

Anti-Hero juga berperan dalam menyadarkan masyarakat untuk siap sedia dikecewakan berkali-kali oleh para pemimpinnya, sampai suatu saat pemimpin tersebut secara fundamental mengubah gaya kepemimpinannya.

Aksi Bjorka mengobrak-abrik pemerintah Indonesia berjalan di waktu yang sangat tepat. Gelombang keresahan masyarakat yang sedang tinggi akibat naiknya harga BBM dan kebocoran data pemerintah diseluncuri dengan sangat mulus oleh Bjorka sebagai transportasi dalam mengangkat isu lain yang lebih jauh dari itu.

Ketika membayangkan sosok Anti-Hero yang ideal di dunia nyata, rasa-rasanya Bjorka sekali lagi bertindak dengan sangat cermat. Seluruh isu mengenai kebocoran data seakan lumat dan dalam sekejap, berita utama adalah mengenai dalang dari pembunuhan munir. Padahal, bukankah Bjorka yang seharusnya diwaspadai?

Pada akhirnya, sosok Anti-Hero seperti Bjorka akan hancur ditelan popularitas. Rasa simpati saya terhadap Bjorka perlahan menghilang setelah dirinya secara perlahan (nggak tau sadar atau tidak) membongkar keberadaannya. Memulai revolusi, katanya. Memiliki teman seorang exile, katanya. Tinggal di Warsawa, Polandia, katanya.

Menurut saya sih tinggal menunggu waktunya saja kapan mas/mbak Bjorka ini akan terungkap. Sosok Anti-Hero yang paling ideal memang cuman Deadpool dan Joker-nya Heath Ledger!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun