Mohon tunggu...
Marshel Leonard Nanlohy
Marshel Leonard Nanlohy Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Finding God In All Things

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Memahami Cara Spanyol Menjawab Dikotomi Sepak Bola dan Politik

5 Juni 2022   08:44 Diperbarui: 9 Juni 2022   00:07 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Financial Times/ft.com)

Tulisan ini dilatarbelakangi oleh kegeraman saya mendengar kawan-kawan yang bilang kalau "politik dan sepak bola itu nggak boleh disatukan!"

Seakan-akan anti banget sama politik. Padahal, Kuch Justin pernah bilang pada salah satu kanal Youtube bahwa orang yang bisa menyelamatkan sepak bola Indonesia adalah pemimpin negara tersebut alias Presiden.

Artinya jelas, jabatan Presiden yang merupakan jabatan politik justru punya kontribusi penting bagi sepak bola tanah air.

Ketertarikan saya untuk mengulik masalah dikotomi sepak bola dan politik semakin bertambah ketika sadar bahwa beberapa klub sepak bola di Spanyol itu kan punya "Presiden" dari klubnya masing-masing. 

Dari situlah, saya coba menyelami gimana politik dan sepak bola itu punya ruang khusus untuk menjalin titik temu di Spanyol. Apakah presiden klub sepak bola itu bisa menjabat lebih dari 2 periode? Atau jangan-jangan bisa menunda pemilu karena alasan biaya dan ekonomi juga? Mari kita cari tahu!

Pengetahuan saya mengenai sepak bola spanyol tidak sedalam itu, karena menurut saya Premier League masih menjadi liga terbaik di dunia.

Oleh karenanya, tulisan saya hanya akan mengorak-ngarik empat klub "spesial" saja. Antara lain Real Madrid, Barcelona, Athletic Bilbao, dan Club Atltico Osasuna. 

Mengapa disebut "spesial"? Hal ini dilatarbelakangi oleh kesepakatan parlemen untuk meresmikan Undang-Undang Olahraga Spanyol Nomor 10 Tahun 1990.

Di dalamnya disebutkan bahwa setiap klub sepak bola profesional harus berbentuk perseroan terbatas (sports limited liability company).

Uniknya, aturan ini memiliki pengecualian kepada empat klub spesial yang sebelumnya saya sebutkan. Mereka adalah Real Madrid (Castilian), Barcelona (Catalan), serta Athletic Bilbao dan C.A. Osasuna (Basque). 

Keempat klub tersebut mendapatkan pengecualian dari pihak otoritas karena alasan latar belakang kebudayaan dan etnisitas yang kuat dari warganya.

Adapun etnis yang dimaksud adalah Castilian, Catalan, dan Basque. Sebenarnya ini semua dimulai dari zaman kerajaan spanyol. Demi mempersingkat tulisan, bagian tersebut dibaca-baca sendiri, yaa...

Meski menuai pro dan kontra, masyarakat merespons aturan tersebut dengan sangat baik. Pasalnya, banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh para penggemarnya mulai dari segi sosial maupun ekonomi. 

Dari lingkup sosial, bentuk "member-owned" dan "non-profit" dinilai dapat mengembangkan, memupuk, dan melanggengkan ikatan komunitas di mana klub tersebut berada. Terlebih lagi, Presiden yang terpilih dalam sebuah klub merupakan hasil pemilihan umum dari para anggota.

Dalam konteks ini, para anggota (membership) yang notabene terdiri dari fans diharuskan untuk membayar sejumlah nominal tertentu setiap tahunnya. 

Dengan demikian, fans yang sekaligus memiliki status membership akan mendapatkan privilese (hak) untuk memberikan suara dalam pemilihan presiden klub.

Dari segi ekonomi, suporter juga diuntungkan karena harga tiket satu musim yang murah, dapat memberikan subsidi kepada pengembangan cabang olahraga lain di daerah yang sama, dan lainnya.

Seperti Presiden pada jabatan politik dalam sebuah negara, Presiden sebuah klub di Spanyol juga memiliki periode kepemimpinannya tersendiri.

Dilansir dari ESPN, masa jabatan seorang Presiden klub sepak bola di Spanyol adalah 4 tahun. Saya belum menemukan peraturan resmi mengenai boleh atau tidaknya seorang Presiden yang sama menjabat selama lebih dari 2 periode.

Sekadar info, Florentino Prez, Presiden Real Madrid, telah menjabat selama total 18 tahun dalam jangka waktu dari tahun 2000-2006 dan dilanjutkan pada 2009-sekarang.

Nah, Opa Florentino ini acap kali dipilih karena nggak ada kandidat lawannya. Kalau di Indonesia sih biasanya Anda kenal dengan istilah "Kotak Kosong".

Anda berminat menjadi Presiden sebuah klub? Caranya nggak sesulit itu kok! Anda hanya harus menjadi warga negara Spanyol dan terdaftar menjadi member selama minimal 10 tahun dalam sebuah klub yang sama. Mudah bukan? Bukan...!

Ilustrasi Sepak Bola Basque (centrocampista.com)
Ilustrasi Sepak Bola Basque (centrocampista.com)

Hal berbeda dialami oleh sang rival, Barcelona. Alih-alih melanggengkan kekuasaan seperti Florentino Prez, Blaugrana justru mendepak Joan Laporta dari kursi kepresidenan pascakepergian Lionel Messi ke PSG.

Hal tersebut dinilai merupakan salah satu kesalahan besar Laporta selama menjabat sebagai seorang Presiden.

Padahal, Barcelona juga terlilit utang yang nggak main-main. Pemain senior sekelas Gerard Pique aja rela gajinya dipotong sepersekian persen! Tapi nggak heran sih, kemampuan Pique dalam membaca situasi memang sangat lihai.

Fakta unik, kakek dari Gerard Pique yang bernama Amador Bernabeu merupakan mantan Wakil Presiden Barcelona lhoo. Sebagai bek sentral, kemampuan membaca situasi itu sangat diperlukan (baik di dalam maupun di luar lapangan). Siapa tahu mau lanjutin jejak kakeknya, kan...

Bagi pecinta sepak bola, Anda seharusnya sudah takjub oleh kultur yang dimiliki oleh klub yang satu ini. Bukan Madrid dan Bukan Barcelona, melainkan Athletic Bilbao.

Untuk yang belum tahu, Athletic Bilbao merupakan sebuah klub sepak bola yang bermarkas di Kota Bilbao (regional etnis Basque).

Dengan bermodalkan home-grown talent, Athletic Bilbao hingga saat ini memegang rekor sebagai klub yang belum pernah terdegradasi dari liga utama bersama Real Madrid dan Barcelona.

Di samping itu, Athletic Bilbao juga dikenal dengan aturan transfer pemain yang unik. Lantaran hanya pemain dengan keturunan Basque yang boleh direkrut dan bermain dalam tim. Meskipun Anda merupakan warga negara Spanyol, Anda tetap nggak bisa bermain di Athletic Bilbao kalau bukan keturunan Basque.

Sebelum ada globalisasi seperti sekarang, nggak jarang juga loh pemain-pemain asing keturunan Basque masih mendapatkan diskriminasi rasial. Di saat itulah, politik dibutuhkan sebagai penyelamat. Walaupun cara menyelamatkannya adalah dengan menutup pintu masuk bagi para imigran, namanya juga "strategi".

Di tahun 2018 saja terdapat 150 ribu orang asing yang berada di Basque. Data terkait menyebutkan bahwa pendatang paling banyak di Basque adalah orang-orang Prancis, diikuti oleh Romania, Maroko, Kolombia, dan beberapa negara lainnya. Kalau otot dan otak politiknya nggak jalan, nggak mungkin Athletic Bilbao bisa survive, kan?

Dari beberapa penjelasan ngalor-ngidul di atas, Anda bisa mengambil kesimpulan bahwa politik (bahkan demokrasi) itu ternyata bisa ditemukan loh dalam dunia sepak bola. Seperti halnya politik, sepak bola memerlukan kerjasama tim yang baik.

Nggak ada tuh ceritanya tim sepak bola hanya mengandalkan satu orang saja. Terbukti kan, seorang Lionel Messi yang "mencuri" jatah Ballon d'Ornya Lewandowski itu jadi apa sekarang di PSG.

Dengan demikian, politik dan sepak bola itu memang harus berjalan beriringan. Penting untuk memiliki seorang pemimpin yang dapat mengangkat marwah sepak bola Indonesia lebih baik lagi. Mungkin bisa dimulai dari Shin Tae-yong, atau mungkin juga bisa dimulai dari Anda para fans.

Saya benci bicara seperti ini, tapi faktanya memang diperlukan orang-orang "gila" yang punya visi dan misi konkret. Nggak hanya janji-janji surgawi di mulut yang habis manis sepah dibuang, cuiiiih!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun