Mohon tunggu...
Marshel Leonard Nanlohy
Marshel Leonard Nanlohy Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Finding God In All Things

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mispersepsi Informasi di Indonesia

8 Mei 2020   21:46 Diperbarui: 8 Mei 2020   21:45 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari hasil survei yang sama, saluran penyebaran hoax paling tinggi adalah sosial media (92.40%), disusul oleh aplikasi chatting (62.80%), situs web (34.90%), dan televisi (8.70%).

Mengenal Strategi Propaganda: The Firehose of Falsehood

Menurut Paul dan Matthews (2016), propaganda mulai dibangun di Russia pada era Perang Dingin Soviet. Teknik ini dilakukan dengan memberikan penekanan pada informasi yang sengaja dibuat secara salah (hoax). Tujuannya adalah menciptakan kebingungan pada masyarakat mengenai berita mana yang valid.

Teknik ini memiliki beberapa ciri antara lain dilakukan secara terus menerus, cepat, tidak memiliki konsistensi, tidak fokus kepada kenyataan secara objektif. Propaganda ini juga mencakup teks, video, audio, dan gambar yang disebarkan melalui seluruh media. Antara lain internet, media sosial, televisi, dan radio.

Selain itu, anggaran juga telah disediakan untuk membayar beberapa orang yang bertugas untuk membuat akun sosial media palsu. Orang-orang ini kemudian dikenal dengan istilah buzzer di Indonesia.

"don't expect to counter the firehose of falsehood with the squirt gun of truth."- (Paul & Matthews, 2016).

Strategi ini telah digunakan oleh beberapa elit birokrasi di luar negeri. Contohnya Bolsonaro di Brazil, Donald Trump di Amerika Serikat, dan Vladimir Putin di Russia (AFP, 2018 dan Nugroho, 2019).

Ilustrasi Firehose of Falsehood (Sumber: https://www.perspectium.com/drinking-from-the-data-firehose/)
Ilustrasi Firehose of Falsehood (Sumber: https://www.perspectium.com/drinking-from-the-data-firehose/)

Sesuai dengan namanya, teknik propaganda ini diibaratkan sebagai selang pemadam api yang mengeluarkan semburan kebohongan dan dilontarkan terus menerus dengan skala yang besar. Hal ini mengakibatkan masyarakat kesulitan dalam memilah sumber berita yang kredibel.

Harmonisasi Hoax-Clickbait

Keikutsertaan linimasa media dalam rangka penyebaran berita bohong semakin memperkeruh keadaan. Pasalnya, hoax dan clickbait merupakan dua aspek yang sangat dibutuhkan dalam kampanye hitam melalui media sosial.

Alih-alih penyebaran hoax, sosial media justru diperkeruh oleh konten clickbait. Singkatnya, artikel dengan judul clickbait akan menimbulkan rasa keingintahuan yang tinggi. Contoh judul clickbait di media sosial salah satunya adalah "Viral! 10 Fakta Unik Tentang Indonesia".

Penggunaan tanda baca dan huruf kapital yang berlebihan (tidak baku) akan meningkatkan kuantitas pengunjung laman tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadi masalah baru bagi masyarakat Indonesia. Tingkat literasi yang rendah akan menimbulkan mispersepsi di masyarakat.

"The single story creates stereotypes, and the problem with stereotypes is not that they are untrue, but that they are incomplete. They make one story become the only story." --Chimamanda Adichie

Bahaya Perspektif Tunggal

Kalut yang timbul di media harus ditanggapi dengan benar. Salah satu caranya adalah dengan membaca berbagai sumber. Dalam hal ini, sumber dapat diartikan sebagai perspektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun