Halo Sobat Kompasiana!
Memiliki seorang teman  memang menyenangkan. Kita bisa saling bercerita, berbagi banyak hal, bermain bersama, dan lain sebagainya. Terlebih jika teman kita memiliki pemikiran yang sama, tentu akan nyambung pembicaraannya. Namun, tidak semua pertemananan yang terjalin bisa berjalan dengan mulus. Pasti ada saja masalah-masalah yang datang baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal ini wajar dialami di setiap siklus pertemanan.
Dalam kegiatan di kelas, pasti kita pernah disuruh untuk membuat kelompok. Biasanya, kelompok ini nantinya akan menjadi partner kita dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Tentu, dalam memilih kelompok kita berharap agar disatukan dengan teman yang pintar, baik dan dapat diajak kerjasama. Namun, apa jadinya jika salah satu teman kelompokmu ada yang memiliki sifat egois? Huh, pasti menyebalkan ya!Â
Biasanya, masalah dalam kelompok bisa terjadi karena salah satu anggota yang tidak mau mengalah atau biasa kita sebut egois. Entah karena memang itu sudah menjadi sifat aslinya atau karena hal lain. Kita terkadang selalu mengasumsikan bahwa apa yang kita lakukan ke orang lain adalah yang terbaik. Padahal, belum tentu yang kita lakukan benar. Sifat egois ini yang terkadang menjadi titik konflik dalam pertemanan.
Stella Ting-Toomey dan John Oetzel (2001) menjelaskan bahwa konflik muncul ketika sekelompok orang dari komunitas budaya yang berbeda yang terlibat dalam tujuan komunikatif saling bergantung mengalami frustrasi emosional yang disebabkan oleh ketidakcocokan yang dirasakan dari tujuan yang diinginkan (Baldwin et al, 2014).
Bagaimanapun, setiap orang pasti memiliki sifat egosinya masing-masing. Namun, tentu kapasitasnya yang berbeda. Dalam pertemanan, pasti ada seseorang yang memiliki sifat egois yang terkadang membuat kita jadi kesal. Nah, biasanya konflik muncul karena adanya sifat egois ini. Ketika teman kelompok kita melakukan sesuatu yang salah dan kita menasihatinya, tetapi ia tidak mau mendengarkan, disinilah konflik akan muncul. Dengan sifat egois teman kita yang tidak mau dinasihati ini kerap menjadikan kita kesal. Pada akhirnya timbul konflik dalam pertemanan tersebut. Dari adanya konflik tersebut, kita perlu untuk melakukan manajemen konflik baik dengan diri kita sendiri maupun dengan anggota kelompok yang lain. Salah satu manajemen konflik yang bisa kita lakukan dari adanya konflik ini yaitu melakukan kompromi dengan anggota kelompok yang lain. Bagaimana jalan keluar yang terbaik dari konflik dengan si teman yang egois ini.Â
Nah kemudian, gimana sih caranya menghadapi teman kelompok yang egois? Berikut ini 5 cara menghadapi teman kelompok yang egois biar nggak bikin kita kesal lagi, hihihi.
Jangan Mudah Terpancing dan Abaikan Saja
Teman yang egois ketika sedang emosi cenderung akan mengeluarkan emosi yang meledak-ledak. Terkadang, kata-kata yang dikeluarkan bisa sangat tajam dan dapat melukai perasaan kita. Nah, sobat Kompasiana jangan sampai mudah terpancing, ya!
Kita bisa mengabaikan kata-kata yang ia lontarkan agar meminimalisir perasaan kita terluka. Selain itu, dengan kita mengabaikan kata-kata dan perlakuan dia, maka dia akan dengan sendirinya lelah dan akhirnya sadar dengan sikap buruknya tersebut.
Terima Kekurangannya
Memang memiliki sifat egois merupakan hal yang salah. Namun, kita juga tidak boleh menghendaki sifatnya tersebut. Kita perlu untuk lebih meluaskan pandangan kita dan belajar untuk menerima kekurangannya. Setiap orang tentu memiliki masalahnya masing-masing. Mungkin, bisa saja teman kita yang egois ini tengah memiliki masalah dalam hidupnya. Sehingga menjadikan sifat egoisnya ini tidak terkontrol.