Mohon tunggu...
Marsellia Claudia
Marsellia Claudia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Turn everything into love

Everything is served honestly

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Urusan Piring, Perut, dan Lingkungan

25 Mei 2021   23:46 Diperbarui: 26 Mei 2021   17:37 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Food Waste, sumber: cimsa.ui

Tentara amat lekat dengan cara mendidik yang "keras dan tegas". Kami disediakan makanan prasmanan dan ompreng. Mengambil makan haruslah secara bergantian. Makan harus serentak.

Mulai dan selesai harus bersamaan. Tidak berhenti di situ, para tentara ini memberi waktu makan dengan hitungan dari satu sampai lima saja.

ilustrasi ompreng makanan
ilustrasi ompreng makanan

Tidak ada yang namanya menikmati makanan. Di pikiran hanyalah, harus habiskan secepat mungkin. Payahnya lagi, jika di dalam piring ada sisa makanan, maka teman sebelahnya harus membantu menghabiskan. Kalau tidak, kami akan diceburkan di kolam berwarna cokelat.

Setelah sesi makan, kami ditugaskan secara bergiliran menyuci ompreng. Ah, saya baru sadar. Mencuci ompreng yang tidak ada sisa makanannya jauh lebih mudah dan cepat dibandingkan membersihkan ompreng yang terdapat banyak food waste. Selain itu terasa sedikit ribet karena harus menyediakan tempat sampah.

Makanan yang tersisa di tempat prasmanan bisa diberikan pada yang membutuhkan. Beda cerita dengan makanan yang ada di tempat sampah. Kalau penanganannya tidak tepat, maka hanya akan menjadi sia-sia.

Sejak saat itu saya benar-benar menyadari pentingnya mengambil makanan secukupnya dan menghabiskan segera. Kadang perut kita menipu. Kita tergiur oleh makanan-makanan enak tapi nyatanya tak sanggup menghabiskan. Di sinilah pentingnya kontrol diri.

Selepas acara tersebut, saya bercerita tentang pengalaman berharga ini pada Ibu saya dan kita mulai membiasakan gaya hidup baru: minim sampah makanan. 

Ada banyak dampak yang timbul akibat sampah makanan ini yakni menambah pemanasan global akibat gas metana yang dihasilkan, terjadinya air lindi, bencana ledakan sampah, membuang-buang minyak bumi, dan masih banyak lagi.

Sekarang, setiap kali saya makan, saya selalu mengambil porsi sedikit dan menghabiskannya. Jika dirasa masih kurang, saya akan tambah. Akan tetapi, saya akan mengambil porsi tambahan saat makanan di piring sudah bersih.

Teman-teman saya tahu bahwa saya akan sangat jengkel dan mengomel jika ada makanan sisa di piring. Tak jarang pula saya menjadi sasaran "tempat sampah" mereka karena perut saya yang sengaja tidak saya penuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun