Mohon tunggu...
Marsefio
Marsefio Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Komunikasi di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Pelita Harapan Karawaci Tangerang. Saat ini sedang menempuh studi S3 di Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta

Kegemaran saya adalah menulis, menonton film, mengajar, melakukan kegiatan sosial dan kemasyarakatan serta menjadi trainer untuk pelatihan komunikasi efektif untuk sekolah sekolah, public speaking skkill untuk korporat serta kehumasan pemerintah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Hiperrealitas di Media Sosial: Ketika Ilusi Melampaui Kenyataan

26 Juli 2023   15:17 Diperbarui: 27 Juli 2023   08:15 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ihttps://www.circulobellasartes.com/medallas/jean-baudrillard/nput sumber gambar

Kategori-kategori seperti kebenaran, kepalsuan, keaslian, isu, dan realitas kehilangan arti dalam dunia ini. Dia menyadari konsekuensi radikal dari "kode" yang menembus dunia modern ini, yang berhubungan dengan komputerisasi dan digitalisasi, dan membuka jalan bagi munculnya hiperrealitas.

Ihttps://www.circulobellasartes.com/medallas/jean-baudrillard/nput sumber gambar
Ihttps://www.circulobellasartes.com/medallas/jean-baudrillard/nput sumber gambar

Simulasi, menurut Baudrillard, bukan lagi hanya tentang meniru atau membuat tiruan, tetapi lebih dari itu, yaitu menggantikan objek itu sendiri. Representasi menjadi lebih penting daripada objek aslinya. 

Simulakra adalah model-model kenyataan tanpa referensi pada realitas. Ini menciptakan realitas kedua yang merujuk pada dirinya sendiri, disebut sebagai simulakrum. 

Bentuk-bentuk seperti imajinasi, mimpi, fiksi, fantasi, dan halusinasi, melalui teknologi simulasi, akhirnya menjadi realitas, bahkan realitas yang sempurna. Simulakra memiliki kemampuan untuk menciptakan apa pun menjadi realitas, bahkan realitas yang sempurna. 

Ini menjadi suatu simulasi yang tidak memiliki referensi apapun, mencabut manusia dari kenyataan dan menjebakkannya dalam ruang simulasi yang dianggapnya nyata.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Jean Baudrillard memperkenalkan konsep simulasi dan hiperrealitas sebagai model penciptaan realitas yang tidak nyata tanpa referensi dari realitas asli. 

Hiperrealitas merupakan hasil dari proses simulakrum yang mengaburkan batas antara ilusi dan kenyataan. 

Fenomena ini mempengaruhi cara kita memahami dunia dan menuntut kesadaran kita tentang apa yang sebenarnya nyata di tengah kemajuan teknologi digital dan informasi.

Hiperrealitas di Media Sosial 

Kehadiran media sosial di Indonesia telah mengubah cara masyarakat berinteraksi, mendapatkan informasi, dan memandang diri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun