Dari berbagai ucapan Yesus ketika di kayu salib, ada satu ucapan yang menarik untuk ditelisik. Ucapan itu adalah "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."Â
Mereka disini tidak secara spesifik merujuk pada kelompok tertentu. Apakah kepada tentara Roma karena perlakuan mereka, atau kepada orang-orang yang menyalibkan dia, tidak ada yang tahu persis. Namun ada yang berpendapat bahwa "mereka" pada ucapan itu berlaku untuk kedua kelompok tersebut.
Yesus memohonkan pengampunan bagi mereka walau mereka telah menyalibkan-Nya. Secara manusiawi kita cenderung akan membalaskan hal yang jahat yang kita terima, jikapun tidak membalas, keinginan untuk mengharapkan yang baik bagi orang-orang yang menyakiti kita bukanlah tindakan umum yang dapat kita temui.Â
Karena itulah, tak jarang kita melihat ada orang yang senang ketika orang-orang yang tidak disukainya mengalami musibah atau suatu hal yang merugikan dia. Ada yang berujar "itu karmamu", "mampus!, rasakan, itu akibat ulahmu"
Dalam konteks bernegara, perbedaan keyakinan dan pandangan politik sering sekali menjadi pemicu konflik antar kelompok masyarakat. Kecurigaan dan rasa tidak percaya seakan tidak pernah lepas dari kehidupan.Â
Diam-dia kita menaruh dendam kepada orang lain, bahkan ada yang mencari waktu untuk membalaskannya kelak. Bukankah hidup yang demikian melelahkan, membuat hidup tidak nikmat.
Bagaimana jika kita meniru tindakan Yesus tadi. Dia mengaharapkan yang baik untuk para pembencinya. Dia berdoa untuk pengampunan mereka.Â
Bukankah hidup yang demikian akan menciptakan hidup yang lebih indah dan damai? Bukankah hidup yang demikian membuat kita lebih befokus pada kemajuan kita bersama daripada celaka bagi mereka yang bukan golongan kita?Â
Pembelajaran dari peristiwa penyaliban seharusnya bisa mengajar kita bagaimana berlaku bagi golongan yang berbeda. Bukan celaka yang kita harapkan, tetapi berkat. Apakah ini mudah? Tentu tidak. Oleh karena itu marilah kita semua membisikkan doa "semoga Tuhan memberi kekuatan" Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H