Untuk tahun 2019 anggaran pendidikan indonesia mencapai Rp 492.5 Triliun. Tetapi tampaknya upaya ini belum mebuahkan hasil yang maksimal. Kita bertanya lagi, apakah persoalan ini hanya mampu diselesaikan oleh seorang rektor asing?
Anggaran yang masih kurang
 Sekilas tampaknya anggaran pendidikan Indonesia sudah cukup besar, tetapi perlu dipahami bahwa sesungguhnya anggaran pendikan disini mencakup dari pendidikan dasar sampai pada perguruan tinggi, dan dana ini tidak seluruhnya dikelola oleh pemerintah pusat, tetapi juga ditransfer ke daerah-daerah dengan nilai yang mencapai 63% dari total anggaran. Sementara kemenristek dikti hanya mengelola Rp. 41.2 T di 2019 atau sekitar  8.36% dari total anggaran pendidikan.Â
Berdasarkan pemberitaan di kompas.com pada 19/08/2018, anggaran kemenristek dikti ini digunakan untuk beasiswa bidikmisi, revitalisasi politeknik, Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), dan anggaran sarana dan prasarana. Sehingga dapat dipastikan bahwa tidak semua anggaran tersebut akan digunakan untuk kebutuhan penelitian atau gaji dosen, dan biaya lain-lain yang berkaitan langsung dengan hasil-hasil penelitian.Â
Belum lagi jika dibagikan dengan jumlah perguran tinggi negeri yang berjumlah sekitar 283 dengan asumsi 75% dibawah kemenristek dikti (lainnya dibawah kementrian lain), maka anggaran yang diterima berada di kisaran Rp. 193M per PTN per Tahun.Â
Jika dibandingkan dengan anggaran pendidikan negara-negara lain dengan jumlah penduduk yang kurang dari 10% dari penduduk indonesia misalnya Singapura dan Taiwan, negara ini memiliki anggaran pendidikan setara dengan Rp. 131.8T (2018) atau sama dengan 26.7% dari anggaran pendidikan indonesia, dan Rp. 186.9 T (2017) atau setara dengan 37.9% anggaran pendidikan Indonesia.Â
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka Indonesia masih kalah jauh. Jika dirata-ratakan per penduduk, maka warga negara singapura akan memperoleh hampir 12 kali dan warga negara Taiwan memperoleh lebih dari 4 kali lipat dari anggaran yang diterima oleh warga negara indonesia.Â
Padahal anggaran di Taiwan ini masih yang dialokasikan pemerintah, belum termasuk anggaran yang didapatkan dari kerjasama penelitian/inovasi dari Industri yang jumlahnya juga sangat besar. Maka kita dapat menyimpulkan pada bagian ini bahwa anggaran pendidikan indonesia, sejatinya masihlah kurang dibandingkan negara lain yang lebih maju.
Beban Berat Pada Dosen
Sudah diuraikan di atas, bahwa rata-rata publikasi dosen di Indonesia ini masih sangat rendah. Hal ini berkontribusi pada susahnya universitas-universitas di indonesia untuk bersaing di level internasional. Dampaknya peringkat PTN terbaik kita masih belum masuk 100 besar dunia. Apa persoalan yang tersimpan di balik fenomena ini?
Beban dosen di Indonesia bisa dikatakan sangat berat, mulai dari beban mengajar, jadi dosen akademik, membimbing mahasiswa yang sedang tugas akhir, melakukan penelitian, melakukan pengabdian terhadap masyarakat, menguji mahasiswa dalam sidang tugas akhir, memeriksa tugas dan ujian, menulis dan mereview paper, dll. Pekerjaan-pekerjaan ini sebenarnya terlihat sederhana, tetapi sangat menyita waktu para dosen kita.Â