Mohon tunggu...
MARLINA RESTU SULISTIOWATI
MARLINA RESTU SULISTIOWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Marlina Restu Sulistiowati Membaca, memasak, olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosiologi Pendidikan: Peran Keluarga dalam Sosiologi Pendidikan

15 Desember 2023   22:05 Diperbarui: 15 Desember 2023   22:09 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

      Manusia merupakan makhluk sosial, dimanapun berada tidak pernah lepas dari yang namanya interaksi sosial. Maksudnya berhubungan dengan sesamanya baik secara langsung maupun tidak langsung. Agar berjalan dengan baik, maka manusia perlu menerapkan nilai-nilai dan norma. Nilai-nilai dan norma yang dimiliki setip masyarakat berbeda-beda. Sehingga sering mnimbulkan persamaan atau perbedaan. Dengan menyadari memiliki persaman dan perbedaan inilah manusia perlu belajar supaya menjadi manusia yang berkembang.

      Sosiologi berasal dari kata socious yang artinya teman atau kawan, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Maka, Ilmu Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan seseorang dengan lingkungannya dan sekitarnya baik individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Oleh karna nya sosiologi mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia, karna manusia adalah mahluk sosial yang hidup bermasyarakat dan selalu melakukan interaksi dalam kehidupan sehari hari.

       Sedangkan pendidikan adalah bidang kehidupan yang menyangkut semua orang. Pendidikan adalah proses secara sadar dan terencana untuk mengembangkan diri baik tentang sikap, keterampilan, pola pikir, dan pandangan seseorang. Pendidikan itu penting bagi manusia, karena manusia memiliki potensi yang harus dikembangkan untuk mencapai kesejahteraan, terlepas dari kebodohan, meningkatkan kualitas diri dan melaksanakan kewajiban sebagai Makhluk ciptaan Allah SWT.       

       Di pesatnya perkembangan zaman ini, pendidikan dianggap sebagai sarana yang utama dalam kefektifan menyadarkan individu dalam upaya mengembangkan kecerdasan supaya generasi selanjutnya siap menghadapi yang akan mendatang. Apabila pendidikan tidak menghasilkan individu yang berbasis pengetahuan, maka Pendidikan dianggap gagal membentuk manusia mandiri berwawasan dan berketerampilan.

       Dalam pendidikan, tidak mungkin individu melakukannya seorang diri, melainkan membutuhkan orang lain juga supaya bisa sama-sama belajar. Dari sini terbentuklah sebuah interaksi antar sesama manusia. Interaksi tersebut merupakan salah satu penerapan dari sosiologi. Dari interkasi ini membuktikan bahwa dalam pendidikan juga membutuhkan ilmu sosiologi.

        Menurut Dr. Ellwood " Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yg mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yg satu dengan orang yg lain.” Sosiologi pendidikan lebih mengutamakan pembahasan pendidikan karakter dari sisi sosialisasi peserta didik sebagai individu (Self) dalam hubungannya dengan masyarakat (Society), termasuk nilai-nilai bersama yang dibangun dalam hubungan itu. Sosiologi pendidikan memiliki pandangan umum yaitu sebagai suatu analisis yang diperlukan untuk menganalisa pendidikan dari pandangan sosiologi.

        Salah satu tujuan sosiologi pendidikan adalah sebagai analisis proses sosialisasi. Diantara beberapa ahli sosilogi pendidikan banyak yang beranggapan bahwa seluruh proses sosiologi anak-anak merupakan pusat perhatian bidang studi ini.sosiologi Pendidikan juga untuk menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Selain itu, sosiologi pendidikan bertujuan untuk menganalisi pendidikan dalam masyarakat. Hal inilah yang akan kita bahas, seberapa penting peran kelarga dalam sosiologi pendidikan?

        

           Tuhan Yang Maha Esa menciptakan makhluk-Nya dengan berbeda-beda. Apalagi manusia, yang diciptakan secara sempurna berakal dan berbudhi. Dimana kita mempunyai kewajiban untuk mengembangkannya. Manusia sebagai makhluk sosial yang dimana membutuhkan manusia lain untuk hidup, untuk berinteraksi. Interaksi inilah sebagai bentuk sosiologi.

          Dalam proses pendidikan, di sekolah misalnya. Terdapat guru dan murid yang beinteraksi satu sama lain. Dimulai dari seorang murid yang berkenalan dengan murid yang lainnya. Berarti interaksi individu dengan individu. Atau seorang guru dengan murid-muridnya. Masuk dalam interaksi invidu dengan kelompok. Atau para guru dengan siswa baru. Yang merupakan kelompok dengan kelompok. 

           Hal sederhana yang melibatkan orang lain dapat dikatakan sebagai sebuah kegiatan sosial. Sebagai seorang calon pendidik atau Pendidik perlu menguasai cara bersosialisasi. Walaupun perlu mempelajari bagaimana setiap karakter setiap individu yang akan dihadapi melalui pendekatan. Ini berarti sosiologi tidak berjalan sendiri dalam pendidikan, juga membutuhkan ilmu-ilmu yang lain.

         Keluarga sebagai salah satu dari tri pusat pendidikan bertugas membentuk kebiasaan-kebiasaan (habbit formations) yang positif sebagai pondasi yang kuat dalam pendidikan  informal. Dengan pembiasaan tersebut anak-anak akan menyesuaikan diri dengan keteladanan orang tuannya.

         Salah satu problem yang marak saat ini adalah pengangguran dan kenakalan remaja. Problematika dalam pendidikan kenakalan remaja merupakan hal yang patut diberi perhatian lebih. Karena melibatkan anak-anak, remaja yang merupakan generasi muda. Kasus putus sekolah kebanyakn menjadi pemicu kenakalan remaja ini. Dari putus sekolah, kurangnya pendidikan baik moral maupun pengetahuan membuat remaja-remaja melakukan hal yang terbilang nekat dan tidak baik yang tidak seharusnya dilakukan.

       Factor yang menjadi penyebab putus sekolah misalnya; factor ekonomi, factor keluarga dan factor lingkungan. Anak-anak yang putus sekolah seperti hanya tamat SS, SMP atau bahkan tidak tamat, akan menjadi beban masyarakat, yang bahkan bisa mengganggu. Seterusnya anak yang putus sekolah akan sulit mendapat pekerjaan yang berakhir menjadi pengangguran. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan intelektual dan pengalaman.

         Namun adapula, anak putus sekolah karna factor keluarga. Dimana keluarga mereka berpikir bahwa ‘sekolah itu tidak perlu.’ Seperti kasus yang sering terjadi di perkampungan atau pedalaman. Dimana anak mereka hanya disekolahkan sampai SD lalu selanjutnya menunggu beberapa tahun yang kemudian dinikahkan. Hal ini sangatlah mengkawatirkan. Karena keluarga mereka belum bisa berpikir terbuka dan mengikuti adat.

        Dan pemerintah akhirnya berupaya untuk keluar dari situasi tersebut. Dengan cara membuat UU yang mewajibkan anak bersekolah minimal 12 tahun, seperti yang tertera pada UU Pasal 31 UUD 1945. Dan seiring dengan perkembangan zaman, kasus putus sekolah sudah mulai berkurang. Dan kenakalan remaja tidak marak seperti sebelumnya.

        Kesimpulannya, Keluarga sebagai salah satu pusat pendidikan maka keluarga bertugas dalam membentuk karakter yg baik bagi anak. Lingkungan yg baik maka akan membentuk karakter yang baik juga bagi si anak, begitupun sebaliknya jika lingkungannya buruk maka akan terbentuklah karakter yang buruk. Maka dari itu pendidikan karakter akan terbentuk didalam sebuah keluarga, cara mendidik orang tua akan berpengaruh juga kepada pola hidup dan cara berpikir anak. Maka dari itu orang tua adalah salah satu faktor penting dalam memberikan contoh teladan untuk sang anak, dan perlu dilakukan penelitian terkait peran orang tua dalam memberikan motivasi dan khususnya motivasi sekolah pada anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun