tak patah di hempaskan  badai, menahan dingin dan panas
Lantas kukuatkan jiwa yang mulai rapuh
Belajar dari tegarnya Edelweis yang tumbuh di ketinggian
Bahkan ketika patahpun masih indah tersentuh
Namun ia tetaplah perhiasan alam yang di banggakanÂ
Pada runut yang tak terukur, aku gelisah..
Pada bentangan panorama di ketinggian jiwa, kau tetap indah
Pada hati yang bimbang merajuk dalam sepiÂ
Elokmu abadi mewarnai jati diri...
Edelweis, kau membakar semangatku untuk tegar
kau padamkan api cemburu untuk memulai bugar
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!