Aku mendengar berita kematian
"Dia mati dianiaya temannya"
Begitu tutur seseorang padaku sebelum seteguk air putihpun ku telanÂ
Ah, Â mengantuk sekali tapi ku paksa diri membuka mata
ku hempaskan selimut tipis yang membalut tubuhku
Beranjak mendekati galon air yang ternyata isinya sudah tetesan terakhir
Huch... apalagi ini, gumamku
Berdering lagi... "menangis" ... air mata dan rasa yang tak mampu ku ukir
Seorang kawan yang mengenalnya bercerita sambil menangis
Suaranya tak jelas karena isaknya lebih tajam
Sudahlah... aku masih terpejam sambil berjalan tanpa menangis
Melirik ke arah jarum jamÂ
03 : 42 waktu kampungku
Hah... pantes saja aku masih sangat mengantuk, gumamku
Ku raih air suci, membasuh wajah, kepala, tangan dan kakiku
Sujud haru di atas sajadah malam tanpa ada yang tau
Terbayang senyumnya, teringat santunnya
dan...ia mati sekarang, baru sajaÂ
karena di aniaya temannya
Entah kenapa..Â
Menangis... aku tak sadar, aku menangis juga seperti mereka
Ada rasa kehilangan, ada rasa penyesalan, semua berbeda
Remaja yang sopan, ramah dan berbakti pada ibunya yang sudah tak bersuami
Ayahnya mendahuluinya berpulang  3 tahun lalu di bulan Mei
Tepat 8 hari lagi 3 tahun kepergian ayahnya
Kini, ia harus pergi meninggalkan semua menyusul ayahnyaÂ
anak yang baik, kami mengenalnya sangat baik dan bijaksana
Menjadi pemimpin untuk kedua adiknya yang masih remaja
Membantu ibunya memperjuangkan hidup merekaÂ
Ah... aku menulispun sambil menangis tak sadar
tak ku sangka penganiayaan itu seperti penyakit menular
Apakah benar, sekarang adalah musim penganiayaan...?
Tak hanya di layar kaca melihat berita itu "penganiayaan"
Tak hanya orang-orang berpangkat dan kaya melakukannya
Dia mati di aniya hanya karena salah sangka
Hal sepele yang kebenarannya belum terbukti nyata
Arogankah hidup ini ..?
Entahlah... Hatiku masih renyuh
Musim yang buruk, pergilah...!!
Jangan ada lagiÂ
*
@Lina_hafs
#Lombok