Mohon tunggu...
Lina Hafs
Lina Hafs Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Hanya seorang wanita sederhana yang senang menulis walau tak ada yang membaca...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ambisius yang Berdrama

6 April 2023   20:38 Diperbarui: 6 April 2023   20:39 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu alasan kenapa orang lain membencimu adalah karena mereka menganggapmu sebagai ancaman. Persaingan hidup dalam prestasi, karier, Politik, dan banyak hal lain membuat manusia banyak melakukan hal yang menyimpang demi mencapai apa yang dia harapkan. 

Ambisi memang terkadang menyesatkan seseorang sampai lupa dengan kodratnya sebagai manusia biasa, memaksa dengan berbagai cara bahkan dengan cara yang tak wajar dan tak benar. Perang politik sekarang sudah mulai terasa hangat di hampir seluruh penjuru Indonesia, begitupula di tempat tinggal saya LOMBOK. 

Tiba-tiba dia ramah, tiba-tiba dia baik, tiba-tiba bertanya kabar... ada apa...?? 

Sikaf orang yang tak biasa membuat bertanya-tanya dan ah... ternyata hanya karena politik. 

Ingin rasanya ku balas semua sikafnya selama ini, acuh dan seolah tak mengenal. Ingin rasanya ku congkel bola matanya seperti kalimat dalam lagu Iwan Fals, agar dia paham bahwa aku tak butuh bujuk rayunya. Ingin rasanya ku teriaki "Maling" sebab hak rakyat sudah di rampasnya. Ingin rasanya ku bicara lantang dan kasar, mengingatkan kisahnya yang lalu, yang buruk dan kacau. 

Tapi semua ku tahan karena aku tak ingin harga diriku sebagai seorang wanita jatuh di hadapan seorang anggota Dewan yang sombong. Kini kau butuh juga rupanya, ah... aku malas. Aku sedang tak ingin bicara politik, aku bosan, muak, karena ingkarmu membuat aku enggan untuk mengulurkan lagi tangan ini untuk membantumu. 

Teriak saja sendiri, aku tak ingin berteriak lagi. Berjanji saja dan yakinkan mereka dengan gayamu, aku tak ingin terlibat. Sudah cukup bagiku berbaik sangka, berbaik hati lalu kau khianati. Tak ada satupun janji manismu dulu kau tepati, aku salah terlalu percaya dan sekarang takkan aku ulangi. Cukup sudah sampai di sini... "aku lupa siapa nama penyanyinya"

Mencoba menepi, benahi hati, tenangkan diri...

Aku harus tetap bersikaf waras, tenang, agar tak terseret dengan balas dendam. Mungkin lebih baik mendo'akan kamu yang tak pantas menjadi wakil rakyat untuk tetap sehat walAfiat, dan panjang umur agar kau bisa menyaksikan kesuksesan orang lain yang telah kau hancurkan dengan caramu dahulu. 

Tak sulit membalas. Namun ketika kita mampu untuk marah, meluapkan emosi dengan berkata kasar, mampu membalas serta ikut membenci, maka ingatlah sifat pemaaf itu di miliki oleh orang-orang yang berjiwa besar.

Belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi, mengikhlaskan apa yang sudah terjadi, namun ternyata melupakan itu sulit. 

Untukmu sang ambisius yang berteriak, suaramu terlalu keras membuat bising. Bicaramu terlalu tinggi banyak janji, laksana ayam jantan berkokok di waktu subuh lupa magrib masih sangat lama. Karena ambisimu logikamupun hilang, nyaris tenggelam. Akupun bingung dengan kosakatamu yang terlalu berat dan rancu tak terarah. Emosimu terlalu meluap-luap, hingga tuturmu menjadi tak beretika. 

Sederhanakan... 

Mungkin itu akan terlihat lebih bijak. Simpan kata-kata tajam itu, terlalu berat untuk mereka mencernanya. Bahasa tubuhmu tak perlu kau rekayasa, karena wibawa tak bisa di drama. Kenapa harus berteriak terlalu keras hanya karena ingin di dengarkan, kenapa kau tak tenangkan saja jiwa-jiwa mereka dengan cara bijakmu. Kenapa kau tak santunkan saja sikafmu sampaikan cintamu dengan bahasa tubuhmu yang teduh. Beri meraka rasa nyaman dan aman bagi setiap hati. Tak perlu kau terlalu lantang hingga suaramu menggema justru tak jelas terdengar.

Ambisius yang berdrama, sudahilah... aku muak dengan sikafmu.  

Aku memilih mengurus hidupku sendiri. Mengurus keluargaku, anak-anakku, orang tuaku yang ku cintai. Aku enggan turut campur lagi dalam perkhelatan Politik yang mengecewakanku, Aku ingin berdamai dengan hidupku. Aku ingin menikmati masa-masa kebebasanku dari kata politik. Aku ingin duduk manis menikmati alunan lagu Ebiet G Ade yang menyentuh jiwa. Sudahlah...pergi saja kau..!! ..  jangan ganggu aku lagi dengan bujuk rayumu itu. Aku bukan yang dulu lagi.... "lupa lagi nama penyanyinya"

@Lina_Hafs

#Lombok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun