Salah satu alasan kenapa orang lain membencimu adalah karena mereka menganggapmu sebagai ancaman. Persaingan hidup dalam prestasi, karier, Politik, dan banyak hal lain membuat manusia banyak melakukan hal yang menyimpang demi mencapai apa yang dia harapkan.Â
Ambisi memang terkadang menyesatkan seseorang sampai lupa dengan kodratnya sebagai manusia biasa, memaksa dengan berbagai cara bahkan dengan cara yang tak wajar dan tak benar. Perang politik sekarang sudah mulai terasa hangat di hampir seluruh penjuru Indonesia, begitupula di tempat tinggal saya LOMBOK.Â
Tiba-tiba dia ramah, tiba-tiba dia baik, tiba-tiba bertanya kabar... ada apa...??Â
Sikaf orang yang tak biasa membuat bertanya-tanya dan ah... ternyata hanya karena politik.Â
Ingin rasanya ku balas semua sikafnya selama ini, acuh dan seolah tak mengenal. Ingin rasanya ku congkel bola matanya seperti kalimat dalam lagu Iwan Fals, agar dia paham bahwa aku tak butuh bujuk rayunya. Ingin rasanya ku teriaki "Maling" sebab hak rakyat sudah di rampasnya. Ingin rasanya ku bicara lantang dan kasar, mengingatkan kisahnya yang lalu, yang buruk dan kacau.Â
Tapi semua ku tahan karena aku tak ingin harga diriku sebagai seorang wanita jatuh di hadapan seorang anggota Dewan yang sombong. Kini kau butuh juga rupanya, ah... aku malas. Aku sedang tak ingin bicara politik, aku bosan, muak, karena ingkarmu membuat aku enggan untuk mengulurkan lagi tangan ini untuk membantumu.Â
Teriak saja sendiri, aku tak ingin berteriak lagi. Berjanji saja dan yakinkan mereka dengan gayamu, aku tak ingin terlibat. Sudah cukup bagiku berbaik sangka, berbaik hati lalu kau khianati. Tak ada satupun janji manismu dulu kau tepati, aku salah terlalu percaya dan sekarang takkan aku ulangi. Cukup sudah sampai di sini... "aku lupa siapa nama penyanyinya"
Mencoba menepi, benahi hati, tenangkan diri...
Aku harus tetap bersikaf waras, tenang, agar tak terseret dengan balas dendam. Mungkin lebih baik mendo'akan kamu yang tak pantas menjadi wakil rakyat untuk tetap sehat walAfiat, dan panjang umur agar kau bisa menyaksikan kesuksesan orang lain yang telah kau hancurkan dengan caramu dahulu.Â
Tak sulit membalas. Namun ketika kita mampu untuk marah, meluapkan emosi dengan berkata kasar, mampu membalas serta ikut membenci, maka ingatlah sifat pemaaf itu di miliki oleh orang-orang yang berjiwa besar.