Setelah persalinan lancar dengan biaya yang tak kecil, ditambah lagi uang Adam yang akan dijadikan sebagai modal usaha telah lenyap digelapkan, ada pesan istrinya yang menurut saya memukau, "Mas, barangkali rezeki kita memang ada di Jawa. Peristiwa ini mari jadikan petunjuk awal untuk menjemput rezeki kita tanpa harus berdagang ke Flores".
Adam berpikir keras. Kemudian, di tengah keterpurukannya, ia mulai merapat lagi ke pamannya yang punya usaha fotokopi. Adam kembali membantu pamannya di dunia fotokopi sejak 2005 sampai 2007 sebelum kemudian ia pamit baik-baik kepada pamanya untuk membuka usaha fotokopi sendiri. Nah, sejak tahun 2008, Adam merintis usaha fotokopi sampai kini ia menjadi "penguasa" usaha fotokopi di area Wonocolo. Adam telah "melahirkan" pengusaha-pengusaha fotokopi di samping ia sendiri memiliki usaha fotokopi.
Karena di sisi yang lain kala itu saya memang ingin sharing tentang dunia usaha fotokopi, sedangkan kisah perjalanan Adam yang mengesankan adalah bonus dari sharing tersebut, maka saat saya bertanya dengan pertanyaan, "Apakah dengan berbagi pengalaman dan berkenannya Anda mendampingi dan berbagi strategi pemasaran dalam dunia fotokopi tidak membuatmu merasa tertandingi dalam usaha fotokopi?!"
Pertanyaan ini sengaja saya lontarkan karena dalam dunia usaha itu biasanya setiap orang memiliki strateginya masing-masing dan strategi itu dijaga betul supaya tidak diketahui orang.
Ia kemudian tertawa lepas dan berujar, "Rejeki sudah ada yang mengatur. Santai saja. Prinsip saya, jika saya memudahkan orang, saya berkeyakinan, saya pasti juga akan dimudahkan oleh Tuhan. Dalam hal apa pun. Tidak hanya dalam hal usaha seperti ini". Saya jadi ingat pernyataan leluhur di Madura; "Pekerjaan boleh ditiru dan meniru, tapi rezeki hidup tetap apa kata yang maha kuasa".
Oya, sebagai orang Madura dari Sumenep, saya sedikit tersanjung karena hampir semua orang yang menjadi mitra kerja Adam di usaha fotokopi, sampai kami, saya dan Fathir, menjuluki Adam ini "legend" fotokopi Wonocolo, adalah orang Sumenep. Saat saya tanya, "Mengapa Anda lebih suka bermitra dengan orang Sumenep?" Jawabnya, "Karena orang Sumenep itu ulet, pekerja keras, dan jujur".
Kini, hampir semua usaha fotokopi di Wonocolo, 98 persen, sangat bertaut dengan "tangan dingin" Adam. Apalagi, Wonocolo sudah menjadi pusat strategis pertarungan usaha, termasuk fotokopi di dalamnya, setelah dibangun kampus Universitas Nahdlatul Ulama' Surabaya (UNUSA). Jadi, pangsa pasar fotokopi untuk dua kampus besar, UNUSA dan UIN Sunan Ampel, dengan jumlah mahasiswa yang ribuan. Tak heran bila harga kos-kosan dan kontrakan di Wonocolo, terus melejit naik dari tahun ke tahun.
Adam adalah orang sukses, baik dalam hal usaha maupun dalam membangun rumah tangga, tanpa peran dan keterlibatan ijazah S-1-nya. Hal ini harus dijadikan kiblat penyemangat hidup bagi siapa pun, utamanya, atas mereka yang ijazah sekolah atau kuliahnya tak bisa dijadikan sebagai kunci hidup, baik dalam urusan menjemput rezeqi maupun dalam hal lain.
Tapi kunci hidup sejati menurut saya, bagaimana pun hidup, kita harus menjadi pembelajar dan menjadi insan terdidik. Entah melalui sarana akademik formal maupun cara-cara belajar "jalanan" yang langsung menerjuni kehidupan.
Saya baru merasa semakin yakin atas adagium; "Pengalaman adalah guru terbaik dalam hidup".
Saya coba telisik, mendesak Adam untuk membeber faktor X di balik kesuksesan hidup yang telah diraihnya. Sebenarnya, dilihat dari raut wajahnya, ia enggan untuk membeber karena barangkali takut dianggap sombong, Karena ia semacam ditodong, ia membeber banyak hal yang pada intinya, hidup selain kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, juga harus ditopang oleh doa dan berbagi dari setiap rezeki yang dimiliki.