Mohon tunggu...
Marlaf Sucipto
Marlaf Sucipto Mohon Tunggu... Penulis -

💼: Lawyer, Advokat, Penasihat Hukum 🏡: Sumenep & Surabaya 🖋: Citizen Journaliz'm 🌷: "Belajar, Bermanfaat & Berdoa"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Adam Sang "Legend" Fotokopi dari Indonesia Timur

5 April 2018   20:53 Diperbarui: 5 April 2018   21:45 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Sampai pada saatnya, Adam bulat untuk menerjuni usaha dagang. Ia kulaan barang di Surabaya, kemudian ia jual ke kampungnya, Waewerang, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Adam kulaan barang sesuai dengan kebutuhan orang-orang di Flores yang meliputi sarung, rokok, bahkan sampai kaset CD India-an.

Adam memutuskan untuk menjual sarung, karena di daerahnya, baik laki maupun perempuan, sarung menjadi sandang kebutuhan utama masyarakat. Termasuk orang meninggal dunia pun, sarung menjadi sandang yang paling dibutuhkan.

Dengan berjualan sarung, rokok, dan kaset CD India-an, Adam mampu meraih omzet yang melejit tajam. Pada masanya, ia merasa kaya dari usaha yang sedang ditekuninya.

Karena usaha yang ditekuni mampu membuat "dompet"-nya stabil dan berada di atas rata-rata, tepat pada tahun 2003, Adam memutuskan untuk menikahi seorang putri Jawa asal Lamongan, Jawa Timur. Dari istri tersebut, ia telah dikarunia anak, di mana saat hamil perdananya, Adam hanya menyediakan biaya persalinan normal yang ternyata, persalinan istrinya harus ditempuh dengan cara sesar. Kisah tentang sesar ini, nanti di bagian akhir akan saya ulas.

Adam menjajakan dagangannya di Flores dengan berjalan kaki laiknya pedagang pada umumnya. Walau kala itu sudah mulai ada pedagang yang menjajakan dagangannya dengan alat transportasi seperti motor. 

Adam berjalan kaki sampai dagangan tersebut laris. Ia merasa puas karena capek jalan kaki dalam berdagang impas dengan pendapatan berdagangnya. Setelah dagangan habis, ia kembali ke Surabaya untuk kulaan barang dan menemui istrinya sebelum kemudian ia kembali berdagang ke Flores. Lalu lintas Adam Surabaya-Flores ditempuh melalui kapal laut. Sejak di kapal laut, Adam bergerilya menjajakan dagangannya. Dagangan yang laris di kapal, rata-rata kaset India-an.

Adam menekuni pekerjaannya setelah lulus kuliah pada tahun 2001 sampai 2005. Dalam berdagang, Adam mengalami jatuh bangun. Ditipu orang adalah pengalaman yang turut menempanya dalam bagaimana menjadi manusia yang harus tetap bangkit dan semangat menjalani hidup di tengah kondisi terpuruk sekali pun. Pengalaman Adam inilah yang penting saya bagi.

Suatu ketika, Adam dapat channel dari pengusaha rokok asal Sidoarjo yang hendak memasarkan produknya di Indonesia timur. Rokok ini diberikan secara cuma-cuma kepada Adam untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat di Indonesia Timur sebagai promosi. Satu bal adam gratiskan tapi sisanya ia jual. Dari rokok ini omzet Adam luar biasa dan ternyata rokok tersebut laris manis di Indonesia timur. Dari berjualan rokok tersebut Adam mendapat untung yang luar biasa besarnya.

Nah, pada suatu ketika, Adam mempercayakan dagangannya kepada sesama pedagang di Indonesia timur. Ia berasal dari Jawa Tengah. Ia ter tuntut pulang ke Surabaya karena istrinya hendak melahirkan. 

Adam telah mempersiapkan segalanya untuk persalinan istrinya ini. Termasuk biayanya. Tapi, lanjut dari potongan kisah persalinan di atas, istri Adam ini tidak bisa melahirkan secara normal. Ia bersalin dengan cara sesar. Karena sesar, otomatis biaya persalinannya membengkak. Di tengah kondisi yang di luar perhitungannya, ia berusaha dengan segala cara untuk mengumpulkan uangnya yang terserak di mana-mana. Salah satunya, uang yang tertahan di pedagang yang telah menjual rokok dagangan Adam yang modalnya sungguh besar itu.

Ternyata, uang tersebut digelapkan oleh pedagang asal Jawa Tengah itu. Sampai sekarang lenyap tak membekas. Padahal, itu aset terakhir Adam dan jumlahnya memang tidak kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun