Mohon tunggu...
Marlaf Sucipto
Marlaf Sucipto Mohon Tunggu... Penulis -

💼: Lawyer, Advokat, Penasihat Hukum 🏡: Sumenep & Surabaya 🖋: Citizen Journaliz'm 🌷: "Belajar, Bermanfaat & Berdoa"

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Membangun Masjid dan Membangun di Masjid

21 Februari 2016   19:53 Diperbarui: 22 Februari 2016   16:38 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kembali ke soal membangun masjid, karena masjid adalah kebutuhan bersama kita sebagai tempat untuk menegakkah sholat secara berjamaah utamanya, maka, tema lanjutan dari tulisan ini; membangun di masjid, penting untuk benar-benar diperhatikan. Membangun di masjid maksudnya, mari kita jadikan masjid sebagai pusat peradaban, pusat ilmu pengetahuan tanpa dikotomisasi antara pengetahuan umum dan agama. Operasionalisasi dari segala program agenda yang akan dihelat di masjid, mari mulai dari sumbangan suka rela kemudian kelolalah hasil sumbangan tersebut berdasarkan prinsip-prinsip yang baik sebagaimana telah digariskan agama. Pengelolaan tersebut harus professional dan jangan turut dikorup sebagaimana tabiat umum orang Indonesia yang mengaku beragama Islam sekalipun. Sumbangan suka rela itu sebagai bukti sederhana yang kongkrit bahwa kita umat Islam memiliki kesadaran akan pentingnya syiar Islam yang perlu terus digiangkan dari generasi ke generasi. Selain itu, barawal dari sumbangan suka rela yang kemudian kudu dikembangakan secara baik itu, segala operasionalisasi dari kebutuhan dan kepentingan dakwah, termasuk juga pembangunan-perawatan masjid di dalamnya, cukup diambilkan dari dana bersama yang telah dikembangkan tersebut. Dalam hal ini, bentuk pengembangannya sudah fenomenal dengan sebutan, bank, pembiayaan, koperasi, dan unit usaha berbasis syariah.

Kenapa saya mengajak agar peradaban itu dibangun dimulai dari masjid? Karena masjid yang fungsi utamanya sebagai pusat sujud saat menegakkan sholat secara kolektif adalah simbol sederhana sebagai pusat kebersamaan dan persatuan umat Islam dari sekian perbedaan-perbedaan yang biasa terjadi pada setiap manusia.

Siapa Yang Akan Mengerakkan dan Menyuarakan?

Ya, kita kaula muda, kaum intelektual muslim harus menjadi pelopor utama akan Islam dan syiar Islam secara baik dan terhormat, setalah lama kita mengalami stagnasi dan terjebak dalam politik adu domba yang sengaja dihembuskan untuk memecah belah sesama saudara se-iman, sebangsa, dan se-tanah air. Umat Islam menjadi tidak produktif dan tak mampu berprestasi setelah mayoritas di antara kita tak mampu memerangi hawa nafsu negatif yang sebagian lahir dari diri kita sendiri setelah dipermantap oleh konstruksi struktural dari kelompok pemuja kapital sebagai pemenang dari pertarungan ide kini.

Allahu A’lam

Ellak-Laok, 31 Januari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun