Kami langsung menuju toko jamu Warisan. Setelah icip2 jamu kunyit asam buatan bu Rini, kami lanjutkan ke toko kopi.
Nama tokonya Kopi Luwak, yang semula bernama toko kopi Kenari. Pak Luardi sang pemilik Toko bercerita, kalau toko kopi ini sempat terkena musibah kebakaran tahun 2012, untungnya mesin penggiling kopi warisan ayahnya yang berusia 54 tahun, bisa terselamatkan berkat bantuan warga sekitarnya. Setelah mendengarkan berbagi cerita dari asal-muasal ayahnya berada di Indonesia, Jakarta, berdagang hingga memiliki toko kopi. Akhirnya kami pamit untuk melanjutkan ke destinasi selanjutnya, tapi sebelum itu pak Luardi ternyata, sudah menggiling kopi Robusta Lampung yang terkenal dikalangan penikmat kopi. Kemudian beliau membagikan kepada kami masing-masing satu bungkus, sebagai buah tangan.
Sehabis dari toko kopi Luwak, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Cikini, sambil menyusuri pertokoan sepanjang jalan, terdapat kantor pos lama, dan banyak lagi tempat kulineran yg bisa disinggahi.
Akhirnya sampai lah kami di hotel Cikini, dan langsung menuju counter Es Krim Tjanang,
istirahat sejenak dan menikmati manisnya es krim Tjanang yang legendaris. Konon katanya rasa dan tekstur es krimnya tidak berubah sejak tahun 1951. Pilihan Saya tertuju ke es krim rasa Kopyor, yang merupakan salah satu favorit pelanggan sejak dahulu, termasuk presiden pertama Indonesia, bapak Ir. Soekarno.
Cukup sekian cerita walking trip jelajah kuliner Cikini Gondangdia. Jika ada salah penulisan. Mohon dimaafkan ya.... :)
See yau on the next trip😍
Pamulang, 29 Juli 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H