" Begini ya nak, kalian percaya tidak tentang adanya mahluk halus, hampir disetiap bangungan, apalagi bangunan tua, pasti banyak penghuninya, yang dapat melihat mahluk-mahluk ghoib itu hanya orang-orang tertentu, adapun orang awam yang dapat melihat, itu mungkin pada posisi satu dimensi dengan mahluk itu. dan menurut bapak, temanmu tadi berada pada posisi yang sama dengan mereka."
" Tetapi tenang, Inshaa Allah temanmu Dina bisa kembali ketengah-tengah kalian disini" sambil membacakan doa mata pak tua itu menatap puncak stasiun kota.
" Stop !! .. Jangan melompat Dina !! " Anton dan teamnya sontak kaget, ternyata Dina selama beberapa jam yang lalu berada di atas itu.
Wajah pucat, tangan dingin, Dina hanya terdiam, tatapannya kosong, entah apa yang ada dalam pikirannya, semua begitu cepat,Â
" Basuhlah wajahnya dengan air ini, lambat laut dia akan sadar, jangan lupa berikan gula batu ini untuk di isap-isap , biar ada tambahan tenaga " pak tua itu pun berlalu meninggalkan Anton dan kawan-kawan, menembus gelapnya Kota Tua.
Betul, apa perkataan pak tua itu, ternyata hanya menghitung menit, Dina sudah siuman.Â
" Sudah mbak Din, kamu masih lelah...ceritanya kapan-kapan saja"Â
" Iya " katanya lirih, sambil memperhatikan jari manis kirinya yang sudah tersemat  cincin berlian yang bergrafirkan nama DIDI.
Cerita diikutkan pada event horor dan misteri Fiksiana Community
Pamulang, 30 September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H