Percakapan dua orang manusia itu samar-samar terdengar di kupingnya, Kunyik hanya terdiam dalam syukur, karena sudah selamat dan bisa terlepas dari kepungan asap, sekaligus dapat menikmati kembali buah-buahan pemberian orang yang menolongnya itu.
Sebenarnya Kunyik sudah terbiasa bergaul dengan manusia saat di Hutan tempo hari, bersama para peneliti.
Jadi saat orang tersebut mendekatinya dia biasa-biasa saja alias tidak canggung lagi.
***
Kesehatan Kunyik semakin hari semakin membaik, dan akhirnya dia pulih seperti sedia kala, tetapi ada yang aneh dari kelakuan orang yang merawat kunyik.
Bulu-bulu yang menempel di sekujur tubuh kunyik dicukurnya habis, setelah itu kunyik dimandikan dengan sangat bersih dan harum, kemudian pada malam hari, Kunyik diletakkan diatas tempat tidur dengan tangan dan kaki terikat lalu .................
***
Senyum berlapis tangis dan tawa menyembunyikan derita yang dialaminya, membuat hatinya menyimpan tanya “Mengapa aku yang harus merasakan penderitaan inii?” tetes air mata pun semakin deras menyelimuti kesedihannya. Musibah demi musibah yang menimpanya membuat dia tak berdaya. Kunyik harus meladeni hawa nafsu bejat dari orang tersebut, hanya ketegaran hati yang mampu membuatnya tetap bertahan.
Kemudian Kunyikpun menghapus air yang bergelinang di pelupuk matanya, dan dia tersenyum. Lalu berkata di dalam hatinya, “Aku pasti mampu dan aku tak akan pernah menyerah.”.
Saat penghuni rumah tersebut terlelap dalam mimpi, Kunyik yang saat itu dalam keadaan bebas dan tak terikat, dengan mengendap-ngendap membuka pintu jendela kamar, kemudian dia memanjat pohon mangga yang ada tepat di depan jendela kamar tersebut, lalu dengan gesit dia melompat dan melesat meninggalkan rumah orang itu dalam gelapnya malam.
" Tuhan ... tolong aku, selamatkan aku, aku ingin kembali ke hutan " gumannya lirih