Ngabang, 14 April 2024. Perjalanan kami mulai dari kota Ngabang menuju Riam Diat, pukul 13.00 WIB. Kami meninggalkan kota Ngabang, banyak lalu lalang kendaraan bermotor yang berpapasan bersama kami.
Hari ini bertepatan dengan maraknya pesta gawai hasil panen padi di kampung-kampung. Setiap tempat yang kami lewati mempunyai ciri khas masing-masing dalam pesta ini.Â
Pesta gawai panen padi salah satu rutinitas setiap tahun sekali yang dirayakan oleh masyarakat khususnya suku dayak. Wujud syukur masyarakat atas hasil panen mereka berladang.Â
Walaupun sudah banyak masyarakat yang tidak berladang seperti dulu lagi. Masyarakat setempat tetap melaksanakan gawai panen padi tersebut. "Iya, mereka sekarang hampir tidak ada lagi yang berladang, setiap kampung hampir ada perkebunan kelapa sawit. Baik itu milik pribadi maupun perusahaan."
Perkebunan sawit kebanyakan perusahaan yang punya. Masyarakat setempat hanya menjadi buruh kasar untuk mengganti rutinitas mereka dari berladang menjadi buruh perkebunan sawit.
Hujan menghampiri setengah perjalanan yang kami lalui. Beberapa orang yang melintas ikut berteduh, Kami pun menepi untuk menunggu reda hujan. Banyak pula yang melanjutkan perjalanan mereka.Â
Melihat kondisi hujan yang deras, kami menghampiri sebuah warung di depan. Sambil menunggu masing - masing dari kami memesan kopi di warung tersebut.Â
Sekitar 30 menit kami berteduh, hujan pun reda. Kami bergegas untuk melanjutkan perjalanan. Karena melihat kondisi cuaca, jarak yang masih jauh, dan medan jalan yang sangat buruk untuk dilalui.
Tepat pukul 14.20 WIB kami sampai di persimpangan jalan menuju Riam Dait. Jalan ini adalah jalan beraspal terakhir yang akan kami lalui. Setelah itu jalan seperti foto yang sempat kami ambil, saat mendorong kendaraan kami yang tersangkut dari lumpur jalan.
Sekitar 2 tahun yang lalu, saya pernah lewat jalan ini. Tapi tidak ada yang berubah infrastruktur jalannya. Entah kenapa pemerintah setempat enggan membangun jalan menuju Riam Dait.