Hari-hari terus berlalu
Tiada pernah berhenti
S`ribu rintang jalan berliku
Bukanlah suatu penghalang
Hadapilah segala tantangan
Mohon petunjuk yang kuasa
Ciptakanlah kerukunan bangsa
Kobarkanlah, dalam dada
Semangat jiwa Pancasila
Hidup tiada mungkin
Tanpa perjuangan
Tanpa pengorbanan
Mulia adanya
Bergandengan tangan
Satu dalam jiwa
Demi masa depan
Indonesia Jaya
(Lirik Lagu "Indonesia Jaya"- Harvey Malaiholo)
Demikianlah nada-nada yang terurai dalam lirik lagu yang berjudul "Indonesia Jaya" karya Harvey Malaiholo. Kita tahu bahwa satu minggu terdiri dari tujuh hari, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu. Silih berganti membawa kita menjalani hari-hari kita. Hari-hari akan biasa-biasa saja kita rasakan jika kita hanya menjalaninya dalam diam. Tuhan yang memberikan kita kekuasaan dalam hidup sehingga memiliki kebebasan dalam bertindak. Dengan adanya kebebasan dalam bertindak ini, kita sendiri dapat menentukan arah bagaimana cara kita menciptakan bunga-bunga indah yang akan menjadi penghias di sepanjang hari kita.
Tak sedikit pribadi yang "diam" dalam menjalani hari-harinya. Ada beberapa faktor, bisa saja karena timbulnya rasa takut hingga akhirnya memendam semua suara yang sebenarnya merupakan kekuatan besar untuk menghadapi rintangan. Namun, coba kita pikirkan kembali, apakah diam akan menyelesaikan persoalan? Atau dapatkah diam menjamin keberlangsungan masa depan kita?
Suaraku, suaraku, suaraku
Suaraku, suaraku, suaraku
Ku bertanya pada waktu
Apa ada jalan keluar (keluar)
Ku ragu untuk menunggu
Pada kesempatan kedua (kedua)
Tak kuasa ku menyimpan
Tak jua `kan ku melawan
Nuraniku, nuraniku
Akan dapatkan jawabannya
Dan kini t`lah ku tetapkan
Yakin aku mengungkapkan
Naluriku, naluriku
Tak ada yang sia-sia
Kumengangkat pandanganku
Kutemukan arah tujuan (tujuan)
Ku layangkan harapanku
Ku tentukan langkah kedepan (depan)
(Lirik lagu "Suara" -- Gamaliel Audrey Cantika)
      Jika kita memperhatikan lirik lagu kedua ini, ada untaian yang menyampaikan bahwa "dengarkan lagunya ketika kamu senang, pahami liriknya ketika kamu sedang sedih." Lagi, belajar bukan hanya dari guru atau membaca saja, tetapi dalam menggali inspirasi kita bisa mendapatkannya dari berbagai sumber. Bahkan dari kesusahan sekalipun kita dapat menemukan banyak inspirasi. Namun satu yang pasti, tidak ada alasan untuk takut melangkah galau, dan hanya berfokus pada kebiasaan buruk.
      Masa depan tidak cukup hanya untuk dikhawatirkan, namun dipersiapkan agar niscaya tidak keteteran di hari-H. Tidak jarang kita mengutarakan pertanyaan tentang bagaimana jalan keluar dari masalah hidup kita sehari-hari. Tanpa sadar, kita adalah kunci jawaban atas semua pertanyaan itu. Kitalah yang harus menjadi arah petunjuk jalan di dalam kesesatan dunia ini. Jika sulit dalam menentukan arah jalan hidup, coba gunakan naluri dalam hati dengan menanyakan secara baik dan tepat sehingga menghasilkan jawaban yang mantap.
       Zaman saat ini sudah banyak dilontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan mengenai apa itu perubahan dan bagaimana cara berubah. Namun perubahan ini sudah dikuasai oleh tangan-tangan yang membuat pencabulan seperti jajanan micin, yang rasanya enak tetapi perlahan-lahan merusak dan dapat membunuh diri kita. Demikian juga perubahan ini, dulu anak-anak yang senang bermain tali goyang atau lompat tali, atau bermain sepeda bersama, kini sudah hilang. Hampir semua dari jenjang anak-anak hingga dewasa sudah gila bermain gawai, anak-anak yang masih sekolah dasar sudah mengendarai sepeda motor. Sungguh meruapakan kemajuan, atau kemerosotan?
Terlebih lagi dimasa pandemi saat, alasan belajar daring kebanyakan orang tua akhirnya harus membelikan gadget pada anak-anak mereka yang masih SD ataupun SMP, yang kenyataanya menimbulkan penyimpangan dan terkadang meninggalkan pelajaran, Â bermain sosial media, berselancar di dunia tiktok. Dampak negatif yang jauh-jauh terjadi adalah ikut-ikutan belanja dari olshop, dan ketika orderan tiba, barang tidak bisa dibayar dan justru membuat resellernya rugi dan bahkan membuat kekacauan antar dua belah pihak.
Lalu apa sepatutnya kita lakukan, seperti dalam lirik terakhir lagu Indonesia Jaya diatas? Hidup yang ada ini sudah sepatutnya dijalani dengan berbagai rintangan dan sudah pasti ada perjuangan. Istri Presiden Negara Republik Indonesia yaitu B. J. Habibie pernah berkata "Untuk mendapatkan sesuatu yang berharga, harus ada yang dikorbankan. Untuk mendapatkan kesuksesan, maka anda harus siap mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran anda." Sanggupkah kita melakukan itu? Jawaban yang tepat ialah sanggup, meskipun sebenarnya kata sanggup itu pasti akan sulit keluar dari kita yang masih memendam ketakutan itu.
Hingga akhirnya, kita akan tersungkur berserah pada Yang Maha Kuasa, untuk diberikan kemampuan yang dapat kita rasakan kemudian dari naluri kita masing-masing untuk menemukan tujuan kita. Negara yang luas ini tidak akan bergerak jika hanya dijalankan oleh seorang manusianya dari sekian berjuta-juta manusia yang menikmati hikmatnya, dan itu hanya akan berlangsung ketika kita bergandengan tangan, dalam arti bekerja sama untuk melayangkan impian-impain kita. Tetapi yang pasti, jika kita ingin sesuatu terjadi tanpa bergerak, maka sama saja jawabannya diam, dalam artian tidak akan ada perubahan yang terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H