Mohon tunggu...
Markus Fernando Siahaan
Markus Fernando Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Pengelana

Aktualisasi tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nada Kehidupan

22 Februari 2021   19:07 Diperbarui: 23 Februari 2021   02:17 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak ada yang sia-sia

Kumengangkat pandanganku

Kutemukan arah tujuan (tujuan)

Ku layangkan harapanku

Ku tentukan langkah kedepan (depan)

(Lirik lagu "Suara" -- Gamaliel Audrey Cantika)

            Jika kita memperhatikan lirik lagu kedua ini, ada untaian yang menyampaikan bahwa "dengarkan lagunya ketika kamu senang, pahami liriknya ketika kamu sedang sedih." Lagi, belajar bukan hanya dari guru atau membaca saja, tetapi dalam menggali inspirasi kita bisa mendapatkannya dari berbagai sumber. Bahkan dari kesusahan sekalipun kita dapat menemukan banyak inspirasi. Namun satu yang pasti, tidak ada alasan untuk takut melangkah galau, dan hanya berfokus pada kebiasaan buruk.

            Masa depan tidak cukup hanya untuk dikhawatirkan, namun dipersiapkan agar niscaya tidak keteteran di hari-H. Tidak jarang kita mengutarakan pertanyaan tentang bagaimana jalan keluar dari masalah hidup kita sehari-hari. Tanpa sadar, kita adalah kunci jawaban atas semua pertanyaan itu. Kitalah yang harus menjadi arah petunjuk jalan di dalam kesesatan dunia ini. Jika sulit dalam menentukan arah jalan hidup, coba gunakan naluri dalam hati dengan menanyakan secara baik dan tepat sehingga menghasilkan jawaban yang mantap.

             Zaman saat ini sudah banyak dilontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan mengenai apa itu perubahan dan bagaimana cara berubah. Namun perubahan ini sudah dikuasai oleh tangan-tangan yang membuat pencabulan seperti jajanan micin, yang rasanya enak tetapi perlahan-lahan merusak dan dapat membunuh diri kita. Demikian juga perubahan ini, dulu anak-anak yang senang bermain tali goyang atau lompat tali, atau bermain sepeda bersama, kini sudah hilang. Hampir semua dari jenjang anak-anak hingga dewasa sudah gila bermain gawai, anak-anak yang masih sekolah dasar sudah mengendarai sepeda motor. Sungguh meruapakan kemajuan, atau kemerosotan?

Terlebih lagi dimasa pandemi saat, alasan belajar daring kebanyakan orang tua akhirnya harus membelikan gadget pada anak-anak mereka yang masih SD ataupun SMP, yang kenyataanya menimbulkan penyimpangan dan terkadang meninggalkan pelajaran,  bermain sosial media, berselancar di dunia tiktok. Dampak negatif yang jauh-jauh terjadi adalah ikut-ikutan belanja dari olshop, dan ketika orderan tiba, barang tidak bisa dibayar dan justru membuat resellernya rugi dan bahkan membuat kekacauan antar dua belah pihak.

Lalu apa sepatutnya kita lakukan, seperti dalam lirik terakhir lagu Indonesia Jaya diatas? Hidup yang ada ini sudah sepatutnya dijalani dengan berbagai rintangan dan sudah pasti ada perjuangan. Istri Presiden Negara Republik Indonesia yaitu B. J. Habibie pernah berkata "Untuk mendapatkan sesuatu yang berharga, harus ada yang dikorbankan. Untuk mendapatkan kesuksesan, maka anda harus siap mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran anda." Sanggupkah kita melakukan itu? Jawaban yang tepat ialah sanggup, meskipun sebenarnya kata sanggup itu pasti akan sulit keluar dari kita yang masih memendam ketakutan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun