Setelah itu, narasumber mulai memaparkan materinya. Pertama tama narasumber bertanya kepada para peserta tentang pernahkah ibu/bapak menulis diary saat kecil/remaja? Jawaban dari para peserta sebagian besar menjawab pernah sesekali, pernah dan ritun dan ada juga belum pernah.Â
Pertanyaan selanjutnya, adalah peranh ibu bapak menerbitkan buku? Jawaban peserta adalah ada 6 orang pernah menulis buku solo, 17 pernah menulis buku antologi, dan belum pernah ada 3 orang. Pertanyaan ketiga adalah apa yang ang biasanya ibu bapak tulis (baik yang sudah dipublish d h di blog/buku/masih dilaptop/buku catatan)?
Jawaban atas pertanyaan ini sangat beragam. Disepakati bahwa menulis itu adalah kata kerja. Menulis itu harus dilakukan agar la menjadi bermakna. Namun terkadang kita berada pada titik yang seolah-olah kehilangan ide.Â
Produktivitas kita dalah menulis kurang dan melambat. Kondisi semacam ini kemungkinan besar kita terserang virus writer's block. Istilah ini pertama dipekernalkan oleh Edmund Bergle, seorang psikoanalis Amerika pada tahun 1940-an. Secara sederhana Writer's block dimaknai sebagai keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk menulis.Â
Kondisi WB ini tidak hanya dirasakan dalam hitungan detik, menit, jam, tetapi kadang berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bisa jadi tahunan. Lalu apa yang dilakukan jika mengalami WB seperti ini? Hal perlu dilakukan adalah perlu tindakan kuratif yang tepat agar bisa kembali menulis. Perlu dianalisis, apa yang menyebabkan seseorang tidak bisa menulis atau menurun produktivitas menulis.Â
Ada banyak factor yang menyebabkannya seperti tidak ada ide, terlalu banyak ide, sibuk, tidak ada mood untuk menulis, sedang banyak pikiran, sedang lelah secara fisik, sedang pada titik jenuh atau bosan, merasa tulisan belum sempurna, masih takut dikomentari orang, belum paham dengan topik atau tema yang akan ditulis, dan lainnya. Bila melihat banyak factor penyebab WB, maka cara untuk mengatasinya pun sesuai dengan penyebabnya. Untuk itu kita perlu mengenali dengan bai kapa yang menyebab kita mengalami WB.
Bagi yang sedang mengalami lelah fisik, maka obatnya adalah istirahat sejenak, melakukuan healing, melakukan mindfulness, atau aktivatas laing yang bisa membantu lebih fresh lagi agar bisa siap menulis kembali.Â
Bagi yang belum ada ide, bisa jadi memilih pergi ke perpustakaan, membaca artikel/buku, atau melakukan hal lain yang bisa memancing ide menulis keluar.Â
Bagi yang merasa tulisan belum sempurna, bisa jadi meminta teman dekat untuk mengoreksi terlebih dahulu. Meminta masukan sehingga bisa melakukan revisi dan akhirnya menerbitkan tulisan.Â
Bagi yang sedang sibuk, mungkin akan mencari gold time menulis dan meluangkan waktu walau sejenak untuk tetap menulis, bahkan jika sangat sibuk, setidaknya tiga paragraph tetap menulis. Sementara yang sedang tidak ada mood untuk menulis bisa mencari moodbooster tersebih dahulu. Banyak solusi yang dilakukan agar dapat mengatasi WB tersebut.
Setelah memberikan beberapa solusi untuk mengatasi Writer's block, narasumber memberikan tantangan untuk membuat kalimat berdasarkan benda yang diamati. Tantangan yang kedua adalah membuat dua kalimat dengan diawali: saat ini, dan aku ingin.Â