Mohon tunggu...
Petunmarkus
Petunmarkus Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas

Menulis, membaca, olahraga (Bulutangkis, tenis meja), jalan-jalan, dan pemberi rekoleksi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menulis Itu Mudah

22 Mei 2024   21:01 Diperbarui: 22 Mei 2024   21:16 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: KBMN PGRI GEL 31

Oleh Markus Masan Bali

Resume kesepuluh

Gelombang 31

Rabu, 22 Mei 2024

Tema:Menulis itu Mudah

Narasumber: Prof. Dr. Ngainum Naim, M.H.I
Moderator: Sigid Purwo Nugroho

Selamat malam rekan-rekan guru hebat di mana pun berada khususnya di bumi nusantara dari Sabang sampai Merauke. Pada malam hari ini kita memasuki malam yang kesepuluh pelatihan menulis yang diselenggarakan oleh PGRI. Malam ini menjadi malam yang spesial karena narasumbernya adalah seorang profesor yang mau berbagi  pengalamannya tentang menulis. Topik pelatihan pada malam hari ini adalah "Menulis itu Mudah." Moderator pada malam harini adalah seorang rekan guru yang hebat yaitu Pak Sigid Purwo Nugroho. 

Sebelum narasumber memaparkan materinya, moderator mengajak semua peserta mengawalinya dengan berdoa. Selanjutnya memperkenal susunan acara seperti biasa, pembukaan, pemaparan materi, tanya jawab, dan penutup. Untuk membuka pelatihan pada malam ini, moderator menampilkan beberapa quote yang memotivasi peserta untuk menulis dan menulis. Salah satu quote yang menarik perhatian saya adalah "Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Rupanya quote ini berasal dari seorang penulis yang saya kagumi, yaitu Pramoedya Ananta Toer. 

Lanjut, moderator memperkenalkan narasumber kita lewat CV yang dikirim lewat WAG. Membaca CV narasumber yang hebat ini, saya semakin termotivasi untuk terus menulis. Kemudian, Moderator mengajak narasumber untuk memaparkan materinya. 

Narasumber mengawali materinya dengan memberikan link tulisannya tentang Perjalanan ke Barat, Resepsi, dan Silatrahmi. Tulisannya sangat istimewa karena mudah dipahami dan mengisahkan sebuah perjalanan pengalamannya bertemu dengan teman-temannya dan berdiskusi tentang banyak hal. Dari tulisannya itu, Narasumber mau menyampaikan bahwa untuk menulis itu dimulai dari hal-hal yang dialami. Tulislah apa yang kita alami dan kita rasakan. Rupanya apa yang disampaikan narasumber pada malam hari ini masih ada kaitannya dengan tema pertemuan sebelumnya yaitu Writing by Heart. 

Narasumber kemudian menampilkan tulisan yang merupakan pengalamannya sendiri tentang Kelepon dan Pentol Kuah.  Tulisan ini sangat sederhana tetapi enak dibaca. Selain artikel tadi, narasumber juga menampilkan bukunya yang berjudul Literasi dari Brunei Darussalam.  Buku ini berisi catatan pengalaman narasumber mendapatkan biaya untuk studi selama sekitar 11 hari di Brunei Darussalam. Tebal buku ini sekitar 100 halaman karena ada banyak foto. 

Buku lain lagi yaitu Membangun Relasi, Peluang Riset dan Dakwah Ilmiah. Buku ini merupakan hasil pemaksaan teman-teman untuk menulis satu artikel ilmiah. Buku ini sebenarnya adalah buku antologi. 

Dari dua karya beliau ini tampak jelas bahwa menulis akan mudah jika kita menulis apa yang dialami dan menulis akan mudah jika kita menulis apa yang dibaca. Bentuk tulisannya berupa resensi buku. Selain itu untuk menulis pun kita dapat menulis tentang orang yang ada di sekitar kita. Menulit tentang orang tua kita, tentang tokoh idola kita, dan juga orang-orang yang kita sayangi. 

Narasumber pun kemudian memaparkan strategi untuk menulis. 

  • Menulis di pagi hari karena tubuh kita masih segar dan otak kita belum cape. Tetapi strategi pertama perlu disesuaikan dengan kondisi dan situasi seseorang. Mungkin setiap orang berbeda. Menulis pada malam hari menurutnya sulit. 
  • Bermental proses artinya tidak serba instan. Tidak ada orang yang menulis dalam hitungan hari. 
  • Menulis sedikit demi sedikit. Menulis tidak langsung banyak. Beliau mengatakan menulis sedikit demi sedikit seperti ngemil. 
  • Sabar menjalani proses karena dalam menulis ada banyak hambatan atau tantangan yang kita hadapi, misalnya tidak menemukan ide, padahal ide ada di mana-mana. Menulis itu membutuhkan kepekaan hati.

Setelah selesai memaparkan materi, tibalah saatnya untuk sesi tanya jawab. 

  • Pertanyaan pertama berasal dari Pak Dadan Suandi di Sukabumi. Pertanyaannya bagaimana tips membumbui cerita yang bersumber dari pengalaman supaya bisa membuat orang tertarik membacanya? Menurut Narasumber, untuk membumbui cerita itu perlu keterampilan dan latihan. Dengan sering berlati, banyak membaca, dan berimajinasi, maka proses membumbui cerita dapat berjalan dengan baik. Tetapi prosesnya tidak sederhana. Mudah diucapkan tetapi sulitkan dipraktikan. 
  • Pertanyaan kedua dari Umi Kulsum di Kebumen. Pertanyaannya, Bagaimana mengatasi hambatan dalam menulis, apakah Profesor pernah mengalami hambatan dalam menulis dan kapan serta bagaimana solusinya dalam menghadapi hambatan tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, Narasumber juga sering mengalami hambatan. Misalnya kesibukan yang tinggi. Bisa juga karena macet. Narasumber sendiri berusaha untuk membagun kesadaran diri bahwa bisa menulis itu anugerah hidup yang harus disyukuri. Caranya dengan menulis itu sendiri. Karena itu, ketika macet, narasumber berusaha mengurainya dengan cara membaca. Selain itu kalah ada kemauan pasti ada jalan. 
  • Pertanyaan ketiga dari Kang YS di Bogor. Pertanyaannya, Apakah perlu teman yang solid  di sekolah agar agenda sekolah atau jalan-jalan study tour jadi sebuah buku? Jawaban Narasumber atas pertanyaan ini sebagai berikut: Idealnya perlu kerja sama yang solid dengan teman-teman sejawat, tetapi itu perlu proses. Pelan-pelan dipersiapkan segala sesuatunya. Lama kelamaan pasti akan bisa. 
  • Pertanyaan keempat dari Cicin di Garut. Pertanyaan keempat ini sebagai berikut: sering kali penulis menulis kata yang sama atau pengulangan kata sehingga merasa tulisan tidak enak dibaca dan terkesan tidak nyambung. Bagaimana caranya agar tulisan tersebut nyambung dan enak dibaca? Narasumber pun pernah mengalami hal yang sama. Namun berusaha untuk banyak membaca. Jika banyak bacaan, imanajinasi akan kaya. Tabungan kosa kata banyak. Intinya akan berpengaruh saat menulis. Juga sering berlatih menulis. 

Setelah sesi tanya jawab, moderator menutup pelatihan malam ini dengan mengajak peserta untuk mendoakan anak narasumber yang akan diantar ke dokter. 

Bapak dan ibu guru hebat demikianlah resume saya pada malam hari ini semoga bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih 

Berkah Dalem

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun