Narasumber kemudian menampilkan tulisan yang merupakan pengalamannya sendiri tentang Kelepon dan Pentol Kuah. Â Tulisan ini sangat sederhana tetapi enak dibaca. Selain artikel tadi, narasumber juga menampilkan bukunya yang berjudul Literasi dari Brunei Darussalam. Â Buku ini berisi catatan pengalaman narasumber mendapatkan biaya untuk studi selama sekitar 11 hari di Brunei Darussalam. Tebal buku ini sekitar 100 halaman karena ada banyak foto.Â
Buku lain lagi yaitu Membangun Relasi, Peluang Riset dan Dakwah Ilmiah. Buku ini merupakan hasil pemaksaan teman-teman untuk menulis satu artikel ilmiah. Buku ini sebenarnya adalah buku antologi.Â
Dari dua karya beliau ini tampak jelas bahwa menulis akan mudah jika kita menulis apa yang dialami dan menulis akan mudah jika kita menulis apa yang dibaca. Bentuk tulisannya berupa resensi buku. Selain itu untuk menulis pun kita dapat menulis tentang orang yang ada di sekitar kita. Menulit tentang orang tua kita, tentang tokoh idola kita, dan juga orang-orang yang kita sayangi.Â
Narasumber pun kemudian memaparkan strategi untuk menulis.Â
- Menulis di pagi hari karena tubuh kita masih segar dan otak kita belum cape. Tetapi strategi pertama perlu disesuaikan dengan kondisi dan situasi seseorang. Mungkin setiap orang berbeda. Menulis pada malam hari menurutnya sulit.Â
- Bermental proses artinya tidak serba instan. Tidak ada orang yang menulis dalam hitungan hari.Â
- Menulis sedikit demi sedikit. Menulis tidak langsung banyak. Beliau mengatakan menulis sedikit demi sedikit seperti ngemil.Â
- Sabar menjalani proses karena dalam menulis ada banyak hambatan atau tantangan yang kita hadapi, misalnya tidak menemukan ide, padahal ide ada di mana-mana. Menulis itu membutuhkan kepekaan hati.
Setelah selesai memaparkan materi, tibalah saatnya untuk sesi tanya jawab.Â
- Pertanyaan pertama berasal dari Pak Dadan Suandi di Sukabumi. Pertanyaannya bagaimana tips membumbui cerita yang bersumber dari pengalaman supaya bisa membuat orang tertarik membacanya? Menurut Narasumber, untuk membumbui cerita itu perlu keterampilan dan latihan. Dengan sering berlati, banyak membaca, dan berimajinasi, maka proses membumbui cerita dapat berjalan dengan baik. Tetapi prosesnya tidak sederhana. Mudah diucapkan tetapi sulitkan dipraktikan.Â
- Pertanyaan kedua dari Umi Kulsum di Kebumen. Pertanyaannya, Bagaimana mengatasi hambatan dalam menulis, apakah Profesor pernah mengalami hambatan dalam menulis dan kapan serta bagaimana solusinya dalam menghadapi hambatan tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, Narasumber juga sering mengalami hambatan. Misalnya kesibukan yang tinggi. Bisa juga karena macet. Narasumber sendiri berusaha untuk membagun kesadaran diri bahwa bisa menulis itu anugerah hidup yang harus disyukuri. Caranya dengan menulis itu sendiri. Karena itu, ketika macet, narasumber berusaha mengurainya dengan cara membaca. Selain itu kalah ada kemauan pasti ada jalan.Â
- Pertanyaan ketiga dari Kang YS di Bogor. Pertanyaannya, Apakah perlu teman yang solid  di sekolah agar agenda sekolah atau jalan-jalan study tour jadi sebuah buku? Jawaban Narasumber atas pertanyaan ini sebagai berikut: Idealnya perlu kerja sama yang solid dengan teman-teman sejawat, tetapi itu perlu proses. Pelan-pelan dipersiapkan segala sesuatunya. Lama kelamaan pasti akan bisa.Â
- Pertanyaan keempat dari Cicin di Garut. Pertanyaan keempat ini sebagai berikut: sering kali penulis menulis kata yang sama atau pengulangan kata sehingga merasa tulisan tidak enak dibaca dan terkesan tidak nyambung. Bagaimana caranya agar tulisan tersebut nyambung dan enak dibaca? Narasumber pun pernah mengalami hal yang sama. Namun berusaha untuk banyak membaca. Jika banyak bacaan, imanajinasi akan kaya. Tabungan kosa kata banyak. Intinya akan berpengaruh saat menulis. Juga sering berlatih menulis.Â
Setelah sesi tanya jawab, moderator menutup pelatihan malam ini dengan mengajak peserta untuk mendoakan anak narasumber yang akan diantar ke dokter.Â
Bapak dan ibu guru hebat demikianlah resume saya pada malam hari ini semoga bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasihÂ
Berkah Dalem
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H