Sang Penglaris Warkop IndiHome
Di sebuah kota kecil, ada seorang pria bernama Andi yang memiliki warung kopi atau warkop kecil di pinggir jalan. Meskipun Andi selalu berusaha keras untuk membuat warkopnya ramai, tetapi selalu saja sepi pengunjung. Ia merasa sangat frustasi karena bisnisnya tidak menguntungkan.
Â
Dalam kegalauannya, Andi mengeluh pada dirinya sendiri, "Aduh, mengapa hidup ini begitu sulit? Jika terus seperti ini, usahaku pasti akan bangkrut.'"
Â
Keluhan Andi sampai ke telinga isterinya, Yuliati. Yang sedari tadi sibuk memasak di dapur. Di lubuk hatinya, Yuliati ingin sekali membantu usaha suaminya agar tidak bangkrut. Namun apa daya dia hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa.
Â
Setelah selesai memasak, Yuliati mengajak Andi untuk makan bersama di meja makan. Sambil menikmati hidangan, Andi memulai obrolan tentang masalah usahanya yang sepi dengan isterinya. Yuliati dengan penuh perhatian mendengarkan keluhan suaminya. Mereka saling berdiskusi dan mencari solusi bersama untuk menarik lebih banyak pelanggan ke warung mereka.
Â
"Akhir-akhir ini warung kita makin sepi aja Yul. Kepala mas sampai pusing mikirin nya." keluh Andi sambil memegangi kepalanya.
Â
"Ya, gapapa atuh mas belum rezeki nya aja mungkin" balas Yuliati dengan lembut sambil menepuk pundak Andi.
Â
"Tetapi kalau terus begini, kita mau makan apa Yul." ujar Andi dengan nada khawatir.
Â
Yuliati merasa bingung bagaimana menjawab keluhan suaminya. Namun, tiba-tiba ia teringat akan usaha warkop paman yang serupa dengan warung mereka, namun usahanya sukses besar bahkan telah membuka cabang di banyak tempat.
Â
Saat melihat Yuliati bingung memikirkan solusi atas masalah bisnis mereka, Andi tidak tinggal diam. Dengan lembut, ia menegurnya, "Ada apa, Yul? Apa yang kamu pikirkan?" sambil menepuk lembut pundak sang istri.
Â
"Iya mas, Yuli teringat usaha warkop Pakde yang sukses besar mas." jawab Yuli.
Â
 "Ohh Pakde kamu itu, kira-kira apa rahasia nya ya?" tanya Andi penasaran.
Â
Yuli menjawab, "Itu dia mas yang Yuli pengen tahu, apa Yuli telepon Pakde aja ya? Minta saran dia agar usaha kita berkembang."
 Â
"Ide yang bagus Yul coba aja dulu."
Â
Yuli lalu mengambil hp-nya di atas meja dan menelepon paman nya. Setelah Yuli menekan nomor telepon paman nya, dia memperkenalkan diri dan menyampaikan niatnya untuk meminta saran agar usaha mereka dapat berkembang seperti bisnis warkop Pakde. Mendengar permintaan itu, Pakde merespons dengan suara ramah dan menyarankan Yuli untuk fokus pada kualitas produk dan layanan yang mereka tawarkan, serta memberikan rahasia mengapa bisnisnya bisa sukses dan telah membuka banyak cabang
Â
"Maaf Pakde," kata Yuli dengan sopan, "Yuli ingin bertanya, bisnis warkop Pakde kan sukses besar. Bisa kasi tahu rahasianya gak?" tanya Yuli dengan rasa ingin tahu yang besar.
Â
Pakde tersenyum mendengar keingintahuan Yuli yang tulus. "Tentu, nak," jawab Pakde sambil mengusap janggutnya. "Rahasianya sederhana, pelayanan yang ramah dan buat kopi dengan citarasa terbaik agar pelanggan senang, jangan lupa ucapkan terima kasih ketika mereka hendak pulang. "
Â
Yuli mencatat dengan seksama semua yang Pakde katakan, "Terima kasih banyak, Pakde. Yuli pasti akan mencoba menerapkan semua saran Pakde."
 Â
"Tidak perlu terima kasih, Yuli. Semoga bisnis kamu dan Andi bisa sukses seperti warkop Pakde, ohh ya, selain itu Pakde punya rahasia besar. Jika kamu pakai bisnis mu sudah pasti sukses dan ramai pengunjung, kamu mau tahu  gak?"
Â
"Apa itu Pakde?" tanya Yuli penasaran.
Â
"Pakai saja penglaris?" jawab Pakde dengan enteng.
Â
Yuli mengernyitkan dahi, "Ha! Penglaris! Ga dulu lah Pakde, hal kayak gitukan di larang," jawab Yuli dengan tegas sambil menggelengkan kepalanya.
Â
"Hahaha ...." Tawa kecil Pakde. "Kamu ini ada-ada saja. Penglaris yang Pakde maksud bukan yang kayak gituan."
Â
Yuli menggaruk kepala dengan heran "Terus apa dong? "
Â
"Penglaris yang di maksud Pakde, layanan internet provider IndiHome. Itu lo produknya Telkom Indonesia. Jadi sekarang itu anak muda kalau nongkrong biasanya ngopi sambil mabar dan cari warkop yang ada wifinya. Makanya warkop Pakde laku soalnya kan pakai IndiHome." Jelas Pakde.
Â
"Ohh ... gitu kira-kira berapa biaya pemasangannya?" tanya Yuli.
Â
Pakde menjawab, "Biaya pemasangannya relatif terjangkau. Cukup 285,000. Kamu udah bisa nikmatin layanan internet provider sepuasnya. Warung kamu sudah pasti ramai Yul, kalau paang ini."
Â
Yuli terkesan dengan penjelasan Pakde. "Wow, terjangkau sekali ya Pakde. Yuli langsung pesan sekarang juga. Terima kasih banyak ya Pakde atas saran dan tipsnya," ucap Yuli dengan senyum ramah.
Â
Setelah menutup telepon, Yuli langsung memesan layanan internet IndiHome melalui website resmi yang di sediakan Telkom Indonesia khusus pelanggan yang ingin memesan. Tak lama kemudian, petugas berhelm datang ke warkop Andi dan langsung memasangkan router wifi dengan cepat.
Â
Setelah router wifi terpasang dengan sukses, Yuli langsung memeriksa kecepatan internet yang disediakan oleh IndiHome dan terkejut dengan hasilnya. Kecepatan internetnya jauh lebih cepat dari provider sebelumnya.
Â
Tidak hanya itu, pengunjung warung kopi Andi juga sangat senang dengan kehadiran wifi yang baru. Mereka kini dapat dengan mudah menggunakan internet tanpa harus khawatir kehabisan kuota data di ponsel mereka.
Â
Dalam beberapa hari, warung kopi Andi mulai ramai dikunjungi oleh pelanggan baru. Mereka sangat menikmati suasana yang nyaman dan fasilitas internet yang cepat.
Â
Yuli merasa senang melihat warung kopi Andi semakin ramai dan sukses berkat layanan internet IndiHome yang cepat dan andal. Ia berharap bisnis warung kopi Andi terus berkembang dan menjadi tempat nongkrong favorit bagi semua orang.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H